Happy Reading Semuanya! Ana menaruh makanan tepat di hadapan Daniel yang hanya memasang wajah bingung, sudah empat kalinya dalam satu hari perempuan cantik yang menjadi rekan dekat dari kekasihnya tampak menjamu makanan di ruang kerjanya. Keadaan Kevin memang sedang memburuk dan dalam keadaan buruk, tidak ingin stress maka inilah yang dilakukan oleh Ana untuk mengusir kebosanan. “Kapan Eva akan kembali? Aku merindukan dia,”ungkap Ana sembari duduk di kursi berhadapan dengan Daniel. “Urusannya belum selesai dan kebetulan mantan suaminya belum sadar, mungkin Minggu depan. Aku juga merindukan bayi kecil Ansell, dia bertambah gemuk sekarang.” Ana terdiam membayangkan bayi menggemaskan itu. Keponakannya yang lucu dan membuatnya bahagia. Daniel memperhatikan tempat makan yang ada di depannya, entah apalagi yang dibuat oleh Ana. Dia yang memenuhi nutrisinya selama Eva tidak ada disini. “Kamu membuat apalagi? Apakah tadi tidak cukup?” tanya Daniel. Ana menghela napas kasar, “Aku bosan d
Happy Reading semuanya! Hubungan mereka mendadak canggung, ini memang salah Daniel karena memiting Ana dan salah Ana juga yang memancing lelaki seperti Daniel. Mereka salah dan dua-duanya merasa bersalah. “Kalian kenapa? Bukankah sebelumnya kalian saling goda? Kenapa sekarang malah menjadi batu? Ayo temani aku minum, aku sudah mengundang Joshua kemari.” Ana hanya menghela napas pelan dan mengangguk memang salah mereka sampai seperti ini. Sepertinya ketika Eva pulang nanti dia harus meminta maaf pada temannya itu. Bagaimana bisa dirinya begitu bodoh dengan memeluk lelaki yang sudah menjadi kekasih orang lain. Dan bagaimana bisa Daniel tampak begitu menyebalkan dan membuatnya menjadi seperti ini. Pandangan mereka berdalih pada pintu rumah mereka yang terbuka, menampilkan Joshua yang menjadi teman tapi mesra dari Lusi. Ana tidak tahu menahu tetapi hanya secuil itu yang bisa ia ketahui karena curhatan dari Lusi. “Kenapa kalian hanya diam-diam saja? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan?”
Happy Reading Semuanya! "Morning... Om dan Tante," Panggilan untuk orang tua Zaidan telah berubah, Eva tidak bisa memanggil lagi sebutan keduanya dengan panggilan dulu seperti Mami dan Papi. Tatapan kecewa itu ada, tetapi mereka mencoba untuk menghargai tentang keputusan Eva dan ingin melakukan yang terbaik pada kesembuhan Zaidan juga. Eva menjadi lebih rajin hadir dengan membawa Ansell sebagai upaya Zaidan agar sadar. Skin to skin mereka lakukan, bayi tampan itu sudah tahu jika saat ini ia berada di pelukan ayahnya. "Sudah makan? Kalau belum ingin makan apa biar Mami pesankan?" tanya perempuan paruh baya itu membuat Eva tersenyum tipis. "Enggak perlu Tante, tadi di rumah sudah makan sama Mama dan Papa. Nanti siang juga Mama akan datang kemari membawa makan siang," jawab Eva sembari memberikan Ansell pada lelaki yang bersedia menggendong putranya. Ansell benar-benar tumbuh dengan baik. Dia anak yang pengertian dan tidak menyusahkan orang-orang meskipun sedang sakit, bocah lelaki
Happy Reading Semuanya!“Mas, kenapa enggak tidur? Ini sudah jam 2 malam,”Eva benar-benar tidak mengerti kenapa lelaki yang menjadi mantan suaminya masih membuka matanya dan sibuk memperhatikan dirinya bukan beristirahat. Posisinya yang sakit disini adalah lelaki itu bukan dirinya kenapa Zaidan masih membuka matanya.“Kenapa? Mas ada yang sakit?” tanya Eva sekali lagi.Kepala Zaidan menggeleng dan menarik Eva kedalam pelukannya saat ini satu anak itu menghampirinya, Eva sama sekali tidak melarang lelaki itu memeluknya. Ia juga masih merindukan Zaidan yang semakin terlihat tampan.“Mas masih merindukan kamu,” ungkap Zaidan.“Mas bisa melakukannya besok, aku juga masih ada disini. Ansell juga ada disini, kami enggak akan pergi. Sekarang mas tidur disini posisinya mas sedang sakit... jadi lebih baik istirahat dulu. Kita bisa melakukannya besok lagi,”Zaidan menggeleng, ia masih merasa jika ini adalah mimpi dan maka dari itu ia tidak ingin bangun dalam tidurnya.Mereka tampak saling tatap
Happy Reading Semuanya! Eva memperhatikan Rendi yang duduk terdiam tanpa mengatakan sepatah kata apapun di kursi tempat biasanya ia menunggu. Zaidan juga baru saja terlelap tidur setelah mengkonsumsi obat, lelaki itu begitu gila dengan tidak tidur karena begitu takut ia akan pergi bersama Ansell. Pada ia sama sekali tidak memiliki niatan untuk pergi sedikitpun. “Mas Rendi,”panggil Eva. “Iya, kenapa?” Eva mengatupkan bibirnya sembari menghela napas pelan memperhatikan lurus dinding yang ada di depannya itu. “Sebenarnya aku harus gimana? Aku bingung dengan yang aku lihat sekarang ini. Semuanya buat aku bimbang,” ungkap Eva pelanRendi menatap bingung Eva yang ada di sebelahnya, ia bingung kenapa Eva bicara seperti ini. “Nyonya kenapa harus bingung dan kenapa bimbang?” tanya Rendi “Kehidupan dengan mas Zaidan. Apalagi sekarang Kak Livy juga menghilang, dia pergi kemana sebenarnya? Bukankah dia masih menjadi istri dari Mas Zaidan? Mereka belum bercerai dan aku enggak bisa terlalu l
Happy Reading Semuanya!Kepulangannya menuju Swittzerland semakin dekat, ia sudah menyiapkan semua barang untuk kembali tanpa sepengetahuan dari Zaidan. Dan sekarang adalah waktunya, ia akan kembali setelah berpamitan dengan Zaidan dan menunggu Daniel menjemputnya untuk kembali ke rumah. Ini adalah kali terakhir ia fokus melihat Zaidan, orang tercintanya dan ayah dari anaknya. Ia harus membuat kakaknya kembali, harus ada yang menjaga Zaidan selain dirinya. Tatapannya benar-benar tidak lepas dari lelaki yang ada di depannya itu. Mantan suaminya bisa memakan makanan di depannya dengan lahap, lelaki itu tidak seperti orang sakit. Tangannya mengusap lembut kepala Ansell yang tertidur di dalam pelukannya, bocah lelaki tampan itu baru saja menyusu pada dirinya.“Kamu enggak mau makan lagi? Mau mas belikan pizza? Kamu pasti lapar lagi setelah menyusui Ansell. Kamu mau pizza? Pasta?” tawar Zaidan.“Apakah ada orang yang makan pizza dan pasta di pagi hari? Ini baru jam 8 pagi dan mas sudah me
Happy Reading Semuanya! Tidak banyak pembicaraan antara Daniel dengan Eva semenjak berpamitan dengan keluarganya dan lelaki yang menjadi mantan suaminya, mereka lebih banyak diam tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Daniel juga terlihat sibuk mengurus Ansell dan membiarkan dirinya dalam ambang lamunan dirinya sendiri. Ia sibuk memikirkan bagaimana wajah Zaidan saat ia pergi. Zaidan meminta dirinya untuk tetap tinggal dan membiarkan mereka kembali ke posisi awal dimana mereka saling mencintai, Eva tidak bisa seperti itu. Jika ia melakukannya, bagaimana dengan Daniel? Bagaimana dengan kehidupan barunya? Bukankah jika pergi ke arah Zaidan, makin banyak orang yang tersakiti. Sudah cukup mereka berdua yang merasakan luka sendiri. Kehidupannya benar-benar jungkir balik sekarang ini dan membuat ia bingung serta bimbang. "Apa kamu mau makan?" Eva tidak menjawab perkataan dari Daniel. "Baby," panggil Daniel Lelaki itu mengusap pipi perempuan yang ada di sebelahnya itu. "Eva, apa yang
Happy Reading Semuanya! Helaan napas terdengar disana dengan tatapan yang sulit di jelaskan, Eva terlihat sedang menginterogasi kedua orang yang tampak menyembunyikan bangkai dan tercium begitu menyengat. Ia mencurigai keduanya dan perasaan itu tidak berubah. “Kalian benar-benar aneh, apakah ada sesuatu yang kalian sembunyikan? Atau kalian sedang merencanakan sesuatu bersama tanpa ingin aku tahu? Minggu ini tidak acara ulang tahun atau apapun, kalian ini kenapa?” Tatapan Eva menyipit memandang kedua orang yang sejak tadi tampak terdiam dengan gelagat aneh. Eva bisa menyadari jika memang ada yang aneh dengan Daniel bahkan saat lelaki itu tiba, seperti ada perasaan bersalah atau perasaan takut menyakiti. padahal biasanya kekasihnya itu akan menjadi banyak bicara terkait dengan kesehatan Ansell ataupun dirinya. Meski itu hanya perasaan Eva, tetap saja ia harus berterus terang. Mereka sudah tiba di rumah beberapa jam lalu, bahkan Kevin yang baru saja kembali setelah perawatan panjang