Happy Reading Semuanya!"Biarkan Eva tinggal sementara waktu di tempat saya,"Daniel membawa pulang Eva saat menyadari ada yang tidak beres dengan rumah itu, setelah memperhatikan mobil asing dipekarangan rumah Kevin. Sekarang ini ia berbicara dengan perempuaan yang tampak mengangguk menyetujui permintannya saat ini.Ana tidak masalah jika Eva harus tinggal di sebelah rumah mereka untuk meminimalisir pembicaraan mereka antara Zaidan dan Eva,"Sekarang Eva sedang apa?" tanya Ana."Tidur, ibu hamil mengalami kelelahan. Apalagi sekarang kandungan Eva sudah memasuki trimester terakhir," Daniel memperhatikan rumah di sebelahnya tampak sedikit ramai disana. Lelaki itu menghela napas pelan dan tersenyum tipis, "Apakah orang itu sudah pergi? Dan berancana akan berapa lama disana?" tanya Daniel."Tidak tahu dan tidak perlu dipedulikan, kamu bisa menjaga Eva dengan baik, kan?" "Apa kamu meragukan aku nona?" tanya Daniel.Ana tampak tersenyum dan menggeleng, mana mungkin ia meragukan Daniel. S
Happy Reading Semuanya! Eva ingin menganggap semuanya baik-baik saja dan tidak peduli apa yang terjadi tadi malam, ia hanya melakukan hal seperti biasa seolah tidak terjadi sesuatu. Tatapan matanya mengarah pada Daniel yang tengah membuat sarapan untuknya di rumahnya bersama Ana dan Kevin, kedua orang itu sendiri sibuk melihat Daniel yang memang sudah seperti ahli gizi di rumah mereka dengan sasaran utamanya adalah Eva. Langkah yang tertatih dengan perut besarnya melangkah menuju dapur dimana lelaki dengan wajah tampan itu tengah sibuk membuat makanan, "Daniel, aku ingin makan risotto. Apakah kamu bisa membuatnya?" tanya Eva. "Biar saya saja yang buat," sela Zaidan membuat Eva kini menggeleng. "Tidak jadi, aku akan memakan makanan buatan Daniel saja." Eva menumpukkan tangannya diatas meja dan menaruh wajahnya diatas tumpuan. Ana tersenyum puas mendengar perkataan dari Eva barusan. Rekan dekatnya itu memang sepertinya sudah benar-benar melupakan Zaidan dan ingin menjaga jarak. "K
Happy Enjoy Reading! “Eva suka makan pudding mangga,” ungkap Zaidan. Daniel menggeleng, ia sangat ingat jika perempuan muda itu langsung terkena alergi dengan buah tersebut. Dulu ia pernah membawakan Eva mangga dari negara tropis dan memberikan makanan sehat itu, Eva langsung mengalami gatal-gatal dan mual. Tidak ada kaitannya dengan kehamilan ataupun penyesuaian, tapi itu memang benar karena alergi. “Tidak, Eva alergi dengan buah mangga. Dia lebih suka pudding rasa cokelat dan strawberry, dia punya langganan di sekitar sini tadi saya juga sudah minta pada Ana untuk membelikannya.”Zaidan terdiam memandang lelaki yang kini tampak sibuk dengan laptop di depannya. Sejak kapan Eva memiliki alergi? Eva sama sekali tidak memiliki riwayat alergi bahkan dalam buah-buahan sekaligus. Tatapan matanya mengarah pada Eva yang tampak berjalan menghampiri Daniel dengan wajah cemberut seolah sedang ingin dibujuk untuk dibelikan sesuatu. Eva tidak pernah seperti ini pada dirinya, bahkan memeluknya
Happy Reading Semuanya! Semakin sore keadaan menjadi sedikit lebih membuat Eva tenang, pasalnya tidak ada lagi hujan salju meskipun masih menyisihkan rasa dingin. Tidak masalah karena sekarang yang penting adalah keperluan persiapan untuk bayi yang ada di dalam kandungannya dengan Daniel menyetir di depan dan Zaidan di sebelahnya yang lebih banyak diam. Kevin juga sama seperti Zaidan, tidak banyak bicara. Lelaki itu memang begitu. Ana sendiri sibuk dengan ponselnya, sepertinya Ana akan memulai kehidupan barunya dengan menjadi seorang pekerja. Hanya dirinya yang masih tidak melakukan apapun dan kosong. "Eva, kamu mau ikut aku berkemah?" tawar Ana. "Berkemah di musim dingin memangnya enak? Kenapa enggak tinggal di hotel saja dan jalan-jalan biasa, gue perlu banyak jalan supaya nanti lahiran bisa normal." "Boleh, gimana Mas Kevin? Ide bagus, kan?" tanya Ana. "Iya terserah," sahut Kevin membuat Ana tersenyum. "Enggak bakalan kangen sama dokter temannya Daniel, kan?" ejek Ana memb
Happy Reading Semuanya! Tuhan seakan memberikan kesempatan untuk Zaidan bisa berbicara berdua dengan Eva setelah beberapa waktu lalu lebih banyak dihabiskan dengan kehadiran Daniel, dan kedua orang yang menjadi pawang terdepan dari Eva. Kini semua orang tersebut tengah pergi, Ana yang memulai pekerjaan, lalu Kevin pergi ke rumah sakit untuk berobat, dan Daniel bekerja. Tatapan matanya memperhatikan Eva tengah memejamkan matanya di sofa ruang tamu dengan keadaan tidak nyaman karena perutnya yang besar. Orang tercintanya masih saja terlihat cantik bahkan semakin mempesona, jadi selama ini ia mengalami morning sickness karena kehamilan Eva. Tangannya ia taruh diatas perut Eva dan mengusap lembut perut besar orang tercintanya itu, Air matanya mengalir seiring ia merasakan pergerakan bayi yang ada di dalam kandungannya itu. "Mas sedang apa?" tanya Eva. "Maaf, Mas hanya ingin merasakan bayi yang ada di dalam kandungan kamu saja." "Mas tidak ingin mendengarnya?" tawar Eva. Zaidan mena
Happy Reading Semuanya! Zaidan yang menyusul kedua orang ke rumah sakit hanya menunduk menatap lantai, Eva baru saja masuk kedalam ruang operasi dan dalam keadaan kritis. Zaidan tidak menyangka jika pembicaraan mereka membuat keadaan Eva menjadi seperti ini, semua adalah salahnya. Jika terjadi sesuatu maka ia patut membenci dirinya sendiri. “Bisa-bisanya anda berani datang kemari setelah membuat masalah yang begitu besar tanpa merasa bersalah! Jika terjadi sesuatu dengan Eva dan bayi yang ada di dalam kandungan, saya tidak akan pernah memaafkan Anda.”marah Ana kesekian kalinya dengan ia yang selalu kalah dan salah, tetapi memang saat ini letak kesalahannya ada pada dirinya. Kevin juga hanya bisa menunggu dengan rasa khawatir, tatapan matanya tidak bisa lepas dari ruang operasi yang masih menyala itu. Lelaki itu benar-benar berharap ini bukan sesuatu yang buruk, ia merindukan suasana kehidupan nyaman tanpa Eva yang tersakiti. Daniel yang berhasil menyembuhkan luka Eva kini kembali b
Happy Reading Semuanya!Sebelum pergi ke Bandara untuk kembali ke rumahnya, sekarang yang bisa ia lakukan adalah melihat kamar ditempati oleh Eva. Sebuah kamar dengan nuansa simple dengan pinggiran kamar dihias untuk menandakan akan ada kelahiran bayi.Ini salahnya semua menjadi seperti sekarang, ia adalah orang yang jahat dan tidak mengerti orang lain termasuk orang tercintanya. Andai ia tidak mengatakan itu, mungkin ceritanya akan berbeda. Eva masih ada di sini dengan senyuman manisnya sembari mengusap perutnya yang membesar bahkan berbicara dengan bayi seolah ada di sebelahnya. Bukan terbaring dengan peralatan menyakitkan.“Maafkan Mas sayang,”gumam Zaidan.Tangannya mengambil sepatu bayi dan figura berisi foto maternity Eva, ia ingin menyimpannya sebagai kenangannya. Pasti Eva tidak akan keberatan jika ia membawanya, sekarang ia tidak punya kuasa apapun. Uang saja tidak bisa menjadi jaminan kebahagiaan.Figura tersebut ia peluk secara erat dan menangis, Zaidan tidak menyangka akan
Happy Reading Semuanya! Tubuh Zaidan seolah tidak mau menerima obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya dan sudah dua hari juga, lelaki dengan wajah tampan itu tidak kunjung sadar dari pingsannya. Dokter tidak bisa memastikan Zaidan sesungguhan pingsan atau koma secara mendadak. Mereka benar-benar berharap agar mendapatkan keajaiban. Kedua orang tua Zaidan juga tampak hanya bisa menunggu dengan pasrah sang anak sadar atau paling tidak menerima obat yang masuk melalui infus, anak mereka seolah menolak semuanya. Ini adalah kejadian yang tidak pernah mereka sangka akan seperti ini. Seharusnya mereka tidak membuat kehidupan anak mereka memburuk sejak kepergian Eva. "Ini semua salah kamu! Andai kamu tidak egois, anak kita mungkin tidak akan seperti ini. Sudah aku bilang jika itu adalah hak kehidupan anak kita tapi kamu dengan serakah merusak semuanya dan membuat kubangan sehingga membuat kami membuat keputusan buruk seperti sekarang ini," Perempuan yang disalahkan hanya menunduk menatap