"Dewa sudah makan siang sama saya.” ujar wanita itu dengan senyum mengejeknya.Naya berhenti menatap wanita yang baru saja keluar dari ruangan suaminya dengan wajah penuh percaya dirinya. “Kenapa anda disini?” tanya Naya dengan wajah datarnya.Wanita itu tertawa kecil. “Apalagi, selain bertemu dengan Dewa,”Naya menghela nafas, Naya memilih mengabaikan mantan istri Dewa. Mengingat tujuan utamanya yaitu mengantarkan makan siang untuk suaminya.“Ingat! Dewa akan kembali dengan saya!”Langkah Naya terhenti kemudian menoleh menatap wanita di depannya ini dengan tertawa mengejek. “Percaya diri sekali anda!” Setelah mengatakan itu Naya kembali melanjutkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam ruangan suaminya.Padahal dirinya sudah menjelaskan kalau dirinya tidak suka mantan istri Dewa masih ke kantor untuk menemui suaminya. Tapi sepertinya wanita itu tetap menemui Dewa bagaimanapun caranya, dan disini yang salah bukan hanya mantan istri Dewa namun suaminya juga salah karena tidak tegas den
Pagi ini Naya dan Dewa sudah bersiap-siap untuk datang keacara tujuh bulanan adik iparnya. Padahal undanganya pagi namun Naya telat bangun karena semalam dirinya memilih tidur di ruang tengah dengan menonton drama korea hingga beberapa episode, karena Naya kesal dengan suaminya yang kemaren memilih makajn siang dengan mantan istrinya tanpa memperdulikan perasaannya.Dan sialnya, sampai pagi ini suaminya tidak menjelaskan apapun ke Naya.Hingga berakhir dengan bangun telat, bahkan suaminya itu bangun lebih dulu tapi tidak ada keinginan untuk memhangun Naya sama sekali, justru memilih olah raga pagi.“Ini semua salah kamu, Mas.” Naya menyalahkan Dewa yang tidak membangunkannya justru memilih menunggunya hingga bangun sendiri.Dewa yang baru saja selesai berganti pakian kembali di hadapkan dengan omelan sang istri, padahal Dewa sudah membangunkan wanita itu beberapa kali. Namun pada dasarnya Naya itu kalau tidur kaya orang mati, jadi Dewa menyerah dan memilih untuk menunggu hingga wanita
Senyum manis di wajah cantiknya seketika pudar, matanya terpaku pada seorang wanita dengan rambut pirang sebahu yang tersenyum kearah mereka.“Nggak papa,” jawab Anita.Naya terpaksa tersenyum, karena wanita di depannya ini adalah mantan istri Dewa yang membuat Naya selalu merasa takut, kesal dan marah. Dirinya takut jika Dewa akan kembali dengan wanita itu karena Naya tau suaminya masih belum bisa move on dari mantan istrinya dan akan membuatnya menjadi janda. Apalagi Naya tau jika suaminya itu belum mencintainya jadi kapan saja bisa pergi darinya. Dulu Naya tidak mempermaslahkan jika Dewa akan kembali dengan mantan istrinya itu. Tapi, sekarang Naya tidak akan membiarkan begitu saja.Entah perasaan itu kapan datangnya, namun Naya baru menyadari bahwa dirinya takut kehilangan pria itu, bahkan merasa cemburu saat kemaren mendegar suaminya makan siang bersama dengan matan istrinya.“Ka-kanaya, Ya.” Savira seolah mengingat siapa dirinya, bahkan terlihat berpura-pura menyapanya padahal
“Lo nggak coba tanya?” tanya Citra membuat Naya menggeleng.Pertengkaran kali ini cukup lama bahkan Naya memutuskan untuk tidur di kamar tamu sejak malam itu, karena suaminya masih bungkam, dan kali ini Naya masih betah mendiamkan suaminya.Entah kapan sampai kapan Naya mendiamkan suaminya kali ini, tapi dirinya sudah benar-benar lelah dengan suaminya. Sebenarnya Naya merasa bersalah membiarkan Dewa mengurus dirinya sendiri karena Naya selalu menghindar dari Dewa.Bahkan sudah tiga hari Naya tidak menemui suaminya sama sekali. Selalu keluar kamar sebelum suaminya itu pergi dan kembali masuk mengunci kamar tamu hingga Dewa tidak bisa masuk.“Gue capek, Cit. Dua bulan pernikahan gue hanya diam menunggu dia cerita sendiri ke gue, tapi apa yang gue dapat dia selalu menghindar ketika gue tanya."“Tapi kalau lo nggak mencoba bicara sama pak Dewa, mau sampai kapan lo seperti ini?”Naya mendendikan bahunya dengan wajah lelah dan pasrahnya.”Gue yakin mas Dewa sama Savira pisah karena sesuatu, d
“Tapi beda,Nay.” ujar bundanya membuat Naya hanya memutar bola matanya malas.Apa yang beda? Sama bukan, sama-sama pernah menikah sebelumnya. Lalu apa yang di permasalahkan oleh bundanya sekarang. Atau karena Dewa duda pilihan ayahnya?“Udah ya, Bun. Nggak usah ngomongin orang.”“Kalau Dewa kan sudah terverifikasi kebaikannya, kalau dia kan belum,”Naya hanya bisa memutar bola matanya malas, bagaimana bisa bundanya seyakin itu bahwa Dewa adalah laki-laki yang baik, padahal anaknya saja sering di buat kesal dan menangis oleh laki-laki itu.“Sebelum ayah memilih Dewa sudah jelas ada seleksinya. Dan menurut ayah dan bunda, Dewa cocok untuk kamu.” imbuh bundanya lagi.Naya hanya bisa tersenyum miring, menarik nafas dalam-dalam, begitu yakinkah orang tuanya dengan Dewa?"Kenapa kamu nggak terima, bunda bilang suami kamu baik?”Naya hanya diam dan menghela nafas lelah, bahkan Naya tidak tahu harus menjawab apa sekarang.“Kamu berantem sama Dewa?” tuduh bundanya langsung membuat Naya menatap
Naya masih betah berada di pelukan suaminya malam ini, selama ini Naya selalu terpaku saat melihat Dewa tanpa atasan seperti ini, karena terdapat bekas luka di tubuh pria ini, tidak hanya satu tapi ada beberapa yang menurutnya bukan bekas luka kecil. Hal itu selalu menjadi perhatian Naya. “Kamu dulu suka berantem?” tanyanya mendongak menatap wajah suaminya. Dewa hanya mengelengkan kepalanya. “Terus ini kenapa?” tanya Naya menyentuh bekas luka yang ada di bahu dan lengan suaminya. “Kecelakaan, saat jadi tukang bangunan.” jawab Dewa. Namun Naya yang melihat itu justru menatapnya dengan mata berkaca-kaca seberat apa kehidupan Dewa dulu. Hingga banyak sekali bekas luka yang ada di badan suaminya, laki-laki yang selama ini terlihat angkuh, dingin dan tertutup ini ternyata menyimpan banyak hal yang Naya tidak tau. “Kalau yang ini?” tanya Naya beralih ke bagian perut bawah Dewa yang terdapat bekas luka yang cukup besar dan Naya menebak ini adalah bekas tusukan. Dewa diam, bekas luka itu
“Mas, nggak sadar? Kalau sudah tua?” tanya Naya menatap suaminya.“Saya baru 32 tahun, Kanaya.” balas suaminya tidak terima.Hal itu membuat Naya terkekeh, ternyata seorang Dewangga Aditama tidak menyukai jika dirinya menyinggung soal umur.“Mas,” panggil Naya menatap suaminya namun sepertinya suaminya justru membuang muka, hal itu kembali membuat Naya terkekeh, ternyata suaminya bisa ngambek juga.Naya menangkup wajah Dewa dengan kedua tangannya, hingga mau tidak mau sekarang Dewa menatap istrinya.“Walaupun kamu tua, aku tetap mau kok mas,” ujarnya tersenyum manis menatap suaminya.“Kamu nggak masalah kalau saya tua?” tanya Dewa lagi-lagi membuat Naya tersenyum, kenapa lucu sekali suaminya ini.“Hmm,” Naya seolah berfikir membuat Dewa hendak memalingkan muka, tetapi Naya lebih cepat kembali menahan kepala laki-laki itu agar tidak memalingkan mukanya.“Mau kamu setua apapun aku nggak masalah, karena sekarang kamu suami aku.”Setelah mendapat jawaban itu, Dewa melepaskan tangan Naya da
Setelah suaminya berangkat kerja, hanya tersisa keheningan dan kesepian Naya tidak suka hal ini karena di rumah seluas ini hanya ada dirinya sendirian.Saat dirinya sedang bersantai di ruang tengah sambil memperhatikan ikan kesayangan suaminya tiba-tiba ponselnya bergetar, mau tidak mau dirinya meraih ponsel yang ada di meja.“Kenapa dia telpon?” Naya menghembuskan nafasnya pelan, melihat nama yang tertera di ponselnya, Andrian. Bahkan Naya baru tahu jika dirinya masih menyimpan nomor mantannya itu. Naya memilih mengabaikan panggilan Rian dan memilih mematikan handphonenya.Daripada dirinya berfikir yang tidak penting, lebih baik dirinya jalan-jalan keluar sekaligus belanja kebutuhan rumah. Naya berjalan ke arah kamar untuk bersiap setelah selesai Naya segera meraih tas selempangnya tidak lupa menyemprotkan parfum ke badannya dengan senyum merekah di wajahnya.Naya segera berlari ke arah pintu dan membukanya, betapa terkejutnya melihat laki-laki yang ingin dirinya hindari, Rian.“Nay,