Aisha jelas menyadari perubahan sikap suaminya selama ini yang berbeda. Suaminya juga jarang pulang, jadi yang hanya bisa dilakukan adalah bertahan. Tidak mungkin untuk mencari tahu mengenai apa yang dilakukan oleh suaminya di luar sana. Aisha juga akan berusaha sebisa mungkin pertahankan rumah tangganya, apa pun yang terjadi. Karena tidak mungkin menyerah di awal pernikahan. Saat Juan sudah mengingatkan kalau Devan tidak serius dengan pernikahan ini. Bianca. Nama itu terngiang di kepalanya Aisha ketika ingat kalau pria itu menghubungi wanita itu sering sekali. Menghindari Aisha juga ketika mendapatkan telepon dari wanita itu. Pagi hari, ketika Aisha sedang siapkan sarapan untuk diri sendiri, karena Devan tidak pulang selama beberapa hari ini. Ponselnya Aisha berdering, waktu dilihatnya adalah jadwal untuk periksa ke rumah sakit untuk kandungannya. Aisha sebentar lagi akan melahirkan, tapi suaminya jarang di rumah. Ia mulai memikirkan bagaimana kalau nanti melahirkan tanpa diteman
Sejak Devan ketahuan berselingkuh, pria itu memang sering di rumah. Tapi tidak ada komunikasi antara mereka berdua. Aisha tetap pada kandungannya, meskipun dia tidak diperhatikan oleh Devan. Aisha bertahan demi tidak membuat orangtuanya bersedih kalau pernikahan ini seperti yang dikatakan oleh Juan. Hanya pelampiasan semata.Aisha di ruang tengah bersama dengan suaminya. Devan ada di sofa yang lainnya, menonton televisi bersama. Tanpa ada percakapan, suaminya juga tidak memainkan ponsel meskipun ada di sana.“Kapan kamu melahirkan?” tanya Devan dengan nada bicara datarnya.Aisha menghela napasnya berkali-kali. Dia mengambil bungkus roti yang ada di atas meja kemudian membukanya. “17 hari lagi, aku akan ke rumah sakit seminggu sebelum melahirkan.”“Oh.”Hanya itu yang dikatakan suaminya. Mungkin saja dari semua wanita yang ada di dunia ini, pernikahan Aisha yang awalnya terasa indah tapi tiba-tiba saja merasa datar dengan kelakuannya Devan seperti ini.Ponselnya berdering beberapa meni
Aisha ada di rumah sakit, dia membawa diri sendiri meskipun sudah ditawari oleh mertuanya untuk tinggal di rumah mereka terlebih dahulu menjelang kelahiran buah hari mereka. Namun, Aisha memilih menetap di rumah suaminya. Pisah ranjang dengan Devan. Keadaan memang tidak membaik, tapi meski begitu Aisha hanya ingin bertahan dengan pernikahan yang telah dipilihnya waktu itu.Pergi ke rumah sakit sendirian, adalah hal paling menyedihkan baginya. Akan mengurus bayinya sendirian. Suaminya justru sibuk dengan wanita lain di luaran sana. memang benar kalau Aisha telah memilih untuk menikah dengan Devan. Tapi tidak seperti itu juga membuat dia bersedih seperti ini. pernikahan yang diimpikan hanya tinggal kenangan. Wanita itu ada di ruang inap rumah sakit. Karena takut jika terjadi apa-apa terhadap kandungannya. Tidak memberitahukan orangtuanya maupun mertuanya kalau dia telah ada di rumah sakit. Rumah tangganya yang dipikir baik-baik saja. Devan justru selingkuh. Memilih hidup dengan wani
Pagi harinya, Aisha bangun dari tidurnya satu hari setelah pulang dari rumah sakit. Suaminya ada di sebelahnya untuk membantu mengurus anak mereka berdua. Memang bukan keinginan Aisha untuk seperti ini. Rencana setelah melahirkan adalah bersama dengan orangtuanya. Tapi takdir berkata lain, dia menyaksikan sendiri suaminya mendekap bayinya di pelukannya berada di kursi yang tidak jauh dari tempat Aisha tidur. Semalaman suaminya yang menjaga anak mereka. Apa ini hanyalah akal-akalan Devan saja agar Aisha tidak pergi? Karena dia begitu menginginkan anak perempuannya lahir. Anaknya juga sudah berganti pakaian dan tidur dengan keadaan tengkurap di dada pria yang tanpa baju itu. “Bentar lagi Mama datang.” Kata Devan memberitahu begitu Aisha bangun dari tempat duduknya lalu kemudian hendak ke kamar mandi. Mertuanya akan datang ke sini untuk menengok cucu mereka. Devan juga mengubah posisi menggendong anak itu. Biasanya pria akan jauh lebih takut menggendong anak. Tapi tidak dengan Deva ya
“Aku memberinya nama Thania Putri Devanisha, panggilannya Thania.” kata Devan tiba-tiba saat Aisha sedang menyusui anaknya. Ada kedua orangtua Devna juga di sana. Serta ada ibunya Aisha yang ikut hadir untuk mengunjungi Aisha.Mereka berbincang sederhana. Mungkin ini adalah salah satu cara Devan mengelabuinya untuk tidak ketahuan selingkuh oleh orangtuanya maupun pada ibunya Aisha.Wanita itu tersenyum begitu suaminya memberikan nama yang mencakup antara nama dirinya juga Devan.“Kamu yakin kasih nama itu?” tanya mamanya.Devan menganggukkan kepalanya dengan setuju atas nama itu. Aisha juga tidak keberatan nama anaknya seperti itu. karena mencakup mereka berdua.“Aisha, Ibu pulang dulu, ya. Soalnya hari ini teman-teman adik kamu mau ke rumah. Nggak enak kalau nggak ada yang siapin makanan.” Ucap Nita pamit dengan baik-baik pada orangtuanya Devan juga.Pria itu mengantarkan ibunya Aisha sampai di depan.Devan kembali, Linda bertanya. “Kenapa kamu nggak antar saja tadi?”“Ada yang nungg
Aisha hanya berdua dengan Thania di rumah. Dia menyusui anaknya sambil menggendong anak perempuannya. Devan pulang atau tidak sudah bukan lagi urusannya Aisha. Yang penting anaknya bisa tumbuh dengan baik. Sejak pria itu mengatakan cintanya tidak ada di Aisha dua bulan lalu. Aisha juga hanya bisa fokus mengurus bayinya. Cinta pria itu tidak ada sama sekali untuknya. Hanya berlandaskan nafsu semata. Thania sedang dia pangku setelah anaknya menyusu. “Papa nggak pulang malam ini.” Kata Aisha mencoba menghibur dirinya sendiri dan bicara pada Thania. Anak itu pun terdiam dengan ucapan sederhana Aisha. Meskipun suaminya tidak pulang, Aisha tetap bertahan di rumah ini. Karena meskipun Devan selingkuh, anaknya tetap diurus dengan baik. Jadi, ini yang dirasakan oleh ibunya dulu ketika Juan selingkuh. Ini yang membuat Nita bertahan demi anak. Aisha bisa tersenyum meratapi masa mudanya hanya untuk mengurus anak.“Mama akan bertahan sampai kamu berusia satu tahun, Thania. Kalau Papa nggak be
Suara gelak tawa Thania pagi-pagi ketika Aisha keluar dari kamar mandi. Anaknya asyik bersama dengan Devan. Memang kalau soal menemani Thania, dia sendiri akui kalau Devan itu sangat bisa menjadi ayah untuk anaknya. tapi masih gagal menjadi suami untuk Aisha.Suara anaknya yang tertawa seketika membuat Aisha tertawa dengan perlakuan Devan yang mencium anaknya tapi justru dibalas dengan tawa. Hari ini Devan menyempatkan lagi untuk pergi jalan-jalan. Suaminya sering di rumah beberapa waktu belakangan ini dan menjaga bayinya.Menurut Aisha, itu memang sangat disukai oleh Devan. Seharian penuh Devan bisa menjaga anaknya. istirahat hanya saat si kecil disusui saja. Devan mencium telapak tangan anaknya yang membuat si kecil tertawa terbahak lagi.Aisha pergi dari sana untuk memakai bajunya sebelum mereka berangkat. Devan hanya menolehkan kepalanya tadi.Aisha mengambil gendongan bayi setelah bersiap-siap. Anaknya digendong oleh Devan. Dia yang memasang gendongan itu kemudian Devan menaruh
“Kamu kenapa?” Aisha hendak diantar ke rumah orangtuanya karena Devan hari ini akan pergi ke Bali. “Nggak apa-apa, Mas.” Pria itu sudah selesai packing barangnya sebelum berangkat ke bandara hari ini. Sedangkan Aisha akan menginap di rumah orangtuanya bersama dengan Thania. Anaknya sudah berusia tujuh bulan. Apa saja yang dibutuhkan Aisha untuk kebutuhan si kecil tidak pernah dibatasi oleh Devan. Pria itu juga menambah uang kebutuhannya Aisha selama di rumah. Aisha juga sudah selesai siapkan barangnya untuk pergi ke rumah orangtuanya. Tapi dia menatap Devan dengan intens. Tidak lama setelah itu Devan mengambil Thania dari gendongannya Aisha. “Baik-baik di rumah, ya. Papa mau kerja.” Kata pria itu sambil mencium anaknya. Hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya. Thania juga begitu bahagia dihampiri oleh Devan. Apalagi sampai digendong seperti itu. Dia bisa tersenyum melihat anaknya yang mencium Devan. “Aisha, kamu kenapa melihatku seperti itu?” dengan buru-buru Aisha menga