“Yes!!” seru Paman Hery sambil menghentakkan kedua telapak tangannya pada kemudi mobil truk sampah. Ia begitu lega usai lolos dalam pemeriksaan tentara yang menjaga gerbang keluar Kota Westinhorn.“Apa kau tak bisa bersikap lebih tenang!” Mrs. Vaeolin ketus.Usai menghembuskan nafas, Paman Hery bertanya, “Apa aku salah? Tadinya aku malah ingin berteriak.”Ia pun tertawa terbahak. “Jika kau ingin tertawa maka tertawalah. Selagi tak ada anak buahmu.”Namun, bukannya tertawa, Mrs. Vaeolin malah melotot pada kawannya sekaligus bawahannya ketika di Planet Zoo. “Lalu kau pikir kau siapa?”“Ops.” Paman Hery terhenyak. Kemudian memukul kepalanya sendiri seraya berkata, “Maaf kan aku Mrs. Vaeolin. Maafkan aku. Harusnya aku bisa lebih patuh dan tidak menentangmu.”Tak diduga ucapan Paman Hery itu menggelitik perut Mrs. Vaeolin. Maka ia pun menahan tawa dibalik wajah tegasnya. Kemudian ia menghembuskan nafas.“Apa aku menyeramkan?” Suara Mrs. Vaeolin datar. Raut wajahnya juga datar.Tiba-tiba Pa
Benar saja yang dikatakan oleh Kakek Jack. Jalan pintas yang tak banyak diketahui orang itu ternyata membawa mereka lebih cepat tiba di Kota Herbone yang merupakan bagian dari Negeri Ponix. Mereka berdua sampai terheran-heran karena tak ada penjagaan di perbatasan Negeri Ponix yang langsung menuju Kota Herbon dan berakhir di Pasar Lili.Setelah melewati gerbang masuk pasar Lili, seorang juru parkir mengarahkan truk sampah untuk berhenti. Usai truk sampah yang dikemudikan Paman Hery berhenti, juru parkir itu menghampiri, melihat jam di tangannya, lalu bertanya, “Sepertinya kau datang lebih cepat.”Paman Hery tak lekas membalas. Ia menerka-nerka apa yang dimaksud juru parkir berkumis itu. Tadinya ia ingin segera memarkir mobil itu.“Ahh aku hanya....”“Kami ingin pergi minum kopi sebelum menarik sampah. Apa itu salah?” Mrs. Vaeolin memotong.“Ah! Iya iya, benar. Kami ingin membuat penat di kepala kami. Dan mungkin kopi yang pahit dan manis dapat mengusirnya,” tambah Paman Hery, lalu ter
Kegusaran Fredy kian menit kian bertambah. Ia sangat cemas menanti kedatangan Paman Hery, Romi, Manson dan Linch. Sampai-sampai hatinya kembali ragu. Akankah mereka kembali?Fredy pun bangkit berdiri. Tiba-tiba ia berubah pikiran. Pikirnya, mungkin ia harus secepatnya pergi sebelum bahaya datang. “Mereka pasti tidak akan kembali,” lirihnya.Selang 1 detik, ia terkejut dan buru-buru bersembunyi ketika terdengar suara seseorang menggedor pintu rumah. Jantungnya hampir rontok. Dan wajahnya memucat. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam hati ia menerka-nerka, “Jangan-jangan itu orang jahat yang mengincar dirinya!”“Romi! Manson!” seru Paman Hery."Apa yang terjadi?" lanjutnya.Ketakutan dalam diri Fredy mencair begitu mengetahui ternyata seseorang yang mengetuk pintu adalah Paman Hery. Ia buru-buru menggeser lemari sekuat tenaga. Paman Hery pun membantu menggeser pintu. Dan ia harus tahu apa yang terjadi, mengapa pintu rumah itu rusak. Bahkan sepertinya pintu rumah itu sudah roboh
Herman gelisah menanti kabar dari dua orang tahanan Dry Land Cave. Sedari tadi ia tak lepas dari handphone miliknya. Berkali-kali ia menghidupkan layar ketika layar handphone redup. Ia tak menyadari dua orang pasukan patroli yang menyamar menjadi staf Ofice Boy sengaja memata-matai dirinya. Mereka bernama Malvin dan Ben. Dua orang yang berbeda warna kulit. Ben dengan kulit hitam dan Malvin dengan kulit putih.Perintah Jenderal Aldwin memang tak main-main. Ia tak ingin reputasi tahanan terketat yang dimiliki Westinhorn mendapat citra buruk karena ada tahanan yang meloloskan diri. Ia menginginkan tahanan yang telah diketahui bernama Vaeolin itu harus sudah tertangkap sebelum matahari terbit.Kita harus bergerak cepat! Sebelum besok tahanan itu harus sudah tertangkap!” kata Jenderal Aldwin.“Siap, Jenderal!”Di kediamannya, Kakek Jack begitu gelisah. Ia lebih sering duduk di depan televisi daripada biasanya. Emi pun menjadi heran mengapa suaminya tiba-tiba selalu menonton berita.“Jack,
Bomba mengabarkan pada Edhi mengenai berita yang dibawa oleh pasukannya. Bahwa seorang gadis dan dua orang pria dan seekor kuda putih telah diktahui keberadaannya. Edhi pun begitu bahagia. Ia tak menyangka menemukan mereka secepat ini.Edhi pun meminta anak buahnya untuk segera pergi dari tempat itu. “Bomba, kau harus ikut menangkap mereka!“Tenang saja, Tuan Edhi. Tak perlu buru-buru. Kita nikmati sarapan kita pagi ini. Kasihan mereka sudah bersusah payah berburu untuk kita,” kata Bomba.“Aku setuju denganmu, Bomba,” sahut Mike. Tiba-tiba Holdan menyikut Mike. Ia berbisik pada kawannya itu, “Kau tak perlu ikut campur. Itu bagian rencana dari Tuan Edhi supaya bisa cepat pergi dari sini!”“Kenapa? Mmm aku setuju jika kita harus pergi.Tapi kita harus menyiapkan tenaga untuk tubuh kita. Perjalanan pasti sangat jauh,” ucap Mike lirih.Sontak Holdan mematung. Pikirnya, ada benarnya ucapan Mike kali ini. Tuan Edhi selalu memberi banyak perintah yang tak pernah terduga. Dan itu menguras te
Tiba di bangunan terakhir, Paman Hery, Mrs. Vaeolin dan Fredy bergantian menuruni tangga besi yang menempel dengan dinding. Dan mereka terkejut ketika dua orang yang tidak kenal menatap mereka bertiga di bawah tangga. Dua orang laki-laki itu tampak menyedekapkan kedua tangan di dada. Wajahnya pun tampak garang. Sebelum mencapai tiga titian tangga terakhir, Paman Hery melompat ke salah satu laki-laki itu. Ia mencoba melawan dua laki-laki yang diduga sebagai preman pasar. Namun, usaha Paman Hery sia-sia. Dengan mudah laki-laki kedua melumpuhkannya dengan menggunakan balok kayu. Akibatnya Paman Hery jatuh tertelungkup sambil mengerang kesakitan. Satu laki-laki lekas mengikat kedua tangan Paman Hery di belakang pinggangnya. Sedangkan satu orang lagi mengamankan Mrs. Vaeolin dan Fredy. Ia juga mengikat kedua tangan mereka berdua di belakang pinggang. “Eric pasti senang melihat ini,” kata pekerja Georges Hat pertama seraya tertawa. “Benar,” balas kawannya kemudian ikut tertawa terbahak
Hampir setengah hari Ellia dan Jack serta para binatang kecil yang menghuni tempat itu bermain. Mereka terlihat begitu bahagia. Selesai bermain mereka mencari dan memetik blueberrry dan mulberry yang tumbuh dari pepohonan dan semak yang ada di sekitar tempat itu.Di sela-sela memetik buah yang masih satu kerabat itu, Jack bertanya sambil memandang lekat-lekat wajah Ellia, “Ellia, apa kau bahagia?”Ellia tak segera menjawab. Ia malah tesenyum sambil meneliti raut wajah Jack. Dan ia menerka-nerka mengapa Jack menanyakan hal itu. Pikirnya, di saat-saat sulit seperti ini Jack bahkan masih bertanya kebahagiaan. “Apakah Jack benar-benar mencintaiku?” gumam Ellia.“Hei. Ellia, Ellia, Kau baik-baik saja. Ellia,” panggil Jack sambil menggerakkan telapak tangannya di hadapan Ellia.Tiba-tiba Ellia melahap satu buah Mulberry yang berwana kemerahan. Ia pun terhenyak seraya membuka kedua mata. “Hmm, sangat manis. Mulberry ini sangat manis. Cobalah Jack, ayo coba.” Ellia lalu menyodorkan buah mulb
Para pekerja di Georges Hat tiba-tiba heran manakalah melihat sebuah truk sampah berwarna hijau melaju kencang. Kemudian belok ke arah kamp Georges Hat. Salah satu dari mereka bahkan buru-buru menemui Cuki. Ia menanyakan apa Cuki telah memesan petugas kebersihan untuk mengangkut sampah. Padahal selama ini mereka selalu mengubur sampah-sampah itu.Karena penasaran Cuki pun keluar tenda. Ia bersama pekerja Georges Hat seakan menanti siapakah yang datang. Dan begitu mobil itu mendekat, mereka pun tahu bahwa Eric yang membawa truk sampah itu. Namun, Eric dan para pekerja Georges Hat bertanya-tanya kemanakah truk kontainer yang dibawa Eric?Truk sampah akhirnya berhenti. Para pekerja mendahuli Eric, melompat dari bak sampah truk itu. Beberapa dari mereka pun muntah-muntah lantaran tak tahan dengan bau di dalam bak sampah truk itu. Sedangkan sebagian lagi langsung berguling-guling di antas tanah kering lagi berdebu.“Hei apa yang terjadi? Apa-apaan kalian?” tanya seorang pekerja Georges Hat