Hampir setengah hari Ellia dan Jack serta para binatang kecil yang menghuni tempat itu bermain. Mereka terlihat begitu bahagia. Selesai bermain mereka mencari dan memetik blueberrry dan mulberry yang tumbuh dari pepohonan dan semak yang ada di sekitar tempat itu.Di sela-sela memetik buah yang masih satu kerabat itu, Jack bertanya sambil memandang lekat-lekat wajah Ellia, “Ellia, apa kau bahagia?”Ellia tak segera menjawab. Ia malah tesenyum sambil meneliti raut wajah Jack. Dan ia menerka-nerka mengapa Jack menanyakan hal itu. Pikirnya, di saat-saat sulit seperti ini Jack bahkan masih bertanya kebahagiaan. “Apakah Jack benar-benar mencintaiku?” gumam Ellia.“Hei. Ellia, Ellia, Kau baik-baik saja. Ellia,” panggil Jack sambil menggerakkan telapak tangannya di hadapan Ellia.Tiba-tiba Ellia melahap satu buah Mulberry yang berwana kemerahan. Ia pun terhenyak seraya membuka kedua mata. “Hmm, sangat manis. Mulberry ini sangat manis. Cobalah Jack, ayo coba.” Ellia lalu menyodorkan buah mulb
Para pekerja di Georges Hat tiba-tiba heran manakalah melihat sebuah truk sampah berwarna hijau melaju kencang. Kemudian belok ke arah kamp Georges Hat. Salah satu dari mereka bahkan buru-buru menemui Cuki. Ia menanyakan apa Cuki telah memesan petugas kebersihan untuk mengangkut sampah. Padahal selama ini mereka selalu mengubur sampah-sampah itu.Karena penasaran Cuki pun keluar tenda. Ia bersama pekerja Georges Hat seakan menanti siapakah yang datang. Dan begitu mobil itu mendekat, mereka pun tahu bahwa Eric yang membawa truk sampah itu. Namun, Eric dan para pekerja Georges Hat bertanya-tanya kemanakah truk kontainer yang dibawa Eric?Truk sampah akhirnya berhenti. Para pekerja mendahuli Eric, melompat dari bak sampah truk itu. Beberapa dari mereka pun muntah-muntah lantaran tak tahan dengan bau di dalam bak sampah truk itu. Sedangkan sebagian lagi langsung berguling-guling di antas tanah kering lagi berdebu.“Hei apa yang terjadi? Apa-apaan kalian?” tanya seorang pekerja Georges Hat
Mrs. Vaeolin angkat bicara ketika melihat jam pasir di tangan Paman Hery bergoncang keras yang mengakibatkan pasir jatuh terlalu cepat. Dan ini sangat membahayakan orang-orang yang terperangkap di dalam jam pasir itu.“Hery, letakkan jam pasir itu di meja! Kau tidak sadar dengan yang kau lakukan!” seru Mrs. Vaeolin.Begitu melihat pasir dalam jam pasir itu meluncur deras, maka Paman Hery terpaksa meletakkannya di meja. Mendadak Paman Hery terduduk lemas sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia begitu menyesali perbuatannya. Dan ia tak berpikir sejauh itu.Ia berkata pada dirinya, “Semoga tidak terjadi apa-apa dengan mereka.”“Mereka siapa?” tanya Cuki. “Apa benar kata temanmu itu, jika ada manusia yang terjebak di sini?” Cuki mengulang lebih keras.Romi angkat bicara. Ia tak ingin Paman Hery menyalahkan dirinya. Pikirnya Paman Hery harus mengetahui jika Robert mengincar jam pasir kuno itu. Untungnya, para pekerja Georges Hat menyelamatkannya. Walau ia sendiri tak menge
“Tuan Edhi bekerjasama dengan Robert ketika Georges Hat sedang dalam kesulitan mendapatkan hewan untuk dilatih menjadi hewan sirkus. Tawaran itu bermula dari Robert. Tuan Edhi pun menyetujuinya,” jelas Cuki. “Tapi... kami tidak mengetahui ada rencana lain dari Robert,” lanjut Cuki. "Rencana lain apa maksudmu?” tanya Mrs. Vaeolin. “Aku tidak tahu pasti. Tapi... bila dilihat setelah Tuan Edhi menghilang dan Planet Zoo menjadi porak poranda maka kita bisa membaca kemana arah keinginan Robert,” jawab Cuki. “Aku mohon pada kalian. Tolong kembalikan Tuan Edhi. Akan aku melakukan apapun untuk kalian bila Tuan Edhi bisa kembali ke Georges Hat. Bahkan para pekerja di sini juga akan melakukan apapun untuk kalian,” lanjut Cuki. “Patutkah aku menolong orang yang sudah menghancurkan Planet Zoo?” Mrs. Vaeolin begitu tajam menatap Cuki. Namun, Cuki tak menjawab. Ia hanya tertunduk. Setelah menghela nafas Cuki kembali berkata, “Kami mengaku salah. Jika kalian tak mempercayai kami, maka saat ini
“Kita harus cepat pergi!” kata Mrs. Vaeolin sambil mematikan laju jam pasir itu. “Kau mau kemana? Bukankah kita harus membuka jam pasir itu. Dan hanya kau yang tahu,” kata Paman Hery.Namun, Mrs. Vaeolin tak menjawab. Ia malah meminta Romi memberikan kotak jam pasir kuno. “Romi, mana kotaknya?”Romi pun bergegas mengambil tas rasel warna hitam. Kemudian mengambil sebuah kotak dari bahan kayu. Mrs. Vaeolin segera meletakkan jam pasir itu di dalam kotak kayu.“Kita harus kembali kembali ke Planet Zoo malam ini juga. Kita akan masuk ke dunia yang sama di tempat yang sama kau membukanya!” kata Mrs. Vaeolin.“Apa begitu?” lirih Paman Hery.Kemudian Mrs. Vaeolin menyeru kepada Cuki, “Cuki, kita perlu mobil. Aku tak mau menggunakan truk sampah itu lagi.”Tiba-tiba Mrs. Vaeolin tehenyak ketika ia teringat dengan Fredi. “Dimana Fredy? Kenapa aku tidak melihatnya?”“Fredy?” orang-orang di dalam tenda mengulang seraya.Tiba-tiba Eric memukul keningnya sendiri. “Oh, dia pasti masih di dalam bak
“Untuk kepentingan apa kalian masuk ke Westinhorn?” tanya Kepala Tentara.“Apalagi malam sudah sangat larut,” tambahnya.“Kami melakukan perjalanan malam seseuai dengan permintaan bos Fredy. Dia akan membuat gedung di sisi Selatan Westinhorn,” jawab Cuki sambil mengingat ucapan Mrs.Vaeolin. Karena Mrs. Vaeolin lah yang meminta Cuki mengarang cerita seperti itu. Berpura-pura menjadi pekerja bangunan yang dikirim oleh pihak kontraktor.“Gedung di sisi Selatan Westinhorn? Maksudmu perpustakaan itu?” Kepala Tentara memastikan.“Benar.”Sekelumit senyum terhempas dari wajah Kepala Tentara itu. Kemudian ia bertanya, “Bukankah perpustakaan itu sudah selesai.”“Anda salah. Perpustakaan masih akan diperluas. Itu kata Bos kontraktor kami, Fredy,” sanggah Cuki, lalu sejenak melirik Mrs. Vaeolin.“Oh, aku baru mendengar itu.”“Jelas saja tidak mendengar, kau kan Tentara bukan pemilik tanah,” gerutu Cuki. Ia kesal karena Kepala Tentara itu mengulur waktu.Kemudian pandangan Tentara itu tertuju pad
Tiba-tiba John menekan klakson mobil. Suaranya pun begitu keras. Akibatnya hewan-hewan buas di sekitar mereka menjadi kesakitan. Pendengaran mereka seperti ditusuk-tusuk oleh suara klakson yang menjerit-jerit.Dan tak hanya hewan-hewan itu, Edhi dan anak buahnya sangat tidak nyaman mendengar suara jerit klakson. Bahkan Jack, Ellia dan Jerry. Namun, Jack tak tinggal diam. Kali ini ia memahami bahwa John mencoba mengecoh bahkan melumpuhkan hewan-hewan itu walau hanya sementara. Tapi setidaknya ia dan kawan-kawan bisa meloloskan diri.“Jack! Ayo cepat kita pergi!” seru John sambil melongok dari kaca jendela. Berkali-kali ia menyeru sampai urat-urat lehernya tampak.Jack mengerti maksud John, namun ia tak tahu kemana arah yang tepat. Ia yakin bukit tempat mereka berada kini sama persis dengan bukit yang pertama kali didaki bersama Ellia. Bukit itu dikelilingi oleh jurang. Dan kini ia baru mengetahui bukit itu terdapat satu jalan yang mulus. Bomba tetap bersikeras memerintahkan pasukanny
“Apa kau yakin truk ini bisa merobohkan gerbang Planet Zoo? Bukankah gerbang itu tak pernah bisa dirobohkan?” tanya Paman Hery.“Gerbang itu bermasalah. Aku tak yakin mereka telah memperbaikinya setelah aku tak di sana.”“Apa benar begitu? Aku tak percaya,” gerutu Paman Hery.“Terserah kau saja.”“Aku pikir kau selalu sigap dalam hal sekecil apapun. Termasuk pintu gerbang.” Di ujung ucapannya Paman Hery melempar senyum tipis.Tak diguga Mrs. Vaeolin menoleh dan menatap Paman Hery. “Aku tak terima dengan sindiranmu, Hery! Apa kau tahu berapa jumlah anggaran yang dikucurkan oleh Dewan? Mereka tak akan memberikan anggaran yang cukup bila aku tak mengancam mereka!”Paman Hery pun terkejut. “Oh.”“Rupanya seperti itu. Pantas...,” lanjutnya.“Apa maksudmu?”“Pantas, bayaran yang kudapat tak cukup membeli rumah.”“Kau masih tak terima dengan bayaran yang besar sebagai pasukan patroli?!”“Yaaa... itu kan...”“Aku sudah memperjuangkan semua gaji pegawai planet zoo. Asal kau tahu bayaranmu lebi