TARTARUS HOTEL, Toronto, Ontario—Canada | 02:14 PM
"Masih tidak ada kabar."
Crystal menoleh kebelakang mendengar suara Lilya, mendesah panjang melihat gadis itu berjalan santai memasuki ruang tamu kamar hotel dengan rambut panjang yang sedikit berantakan, tapi menambah kesan seksi dari baju rajut
tanpa lengan gadis itu."Sepertinya dia memutuskan baru muncul di pertemuan."
"Oke. Aku ikut ke sana saja." Crystal mengembalikan perhatiannya pada dinding kaca, menatap pantulannya sendiri yang masih mengenakan kimono mandi. Sejak datang ke hotel—Crystal bahkan belum tidur sama sekali. Menunggu Xander. Namun, kedatangannya seperti sia-sia. Belum ada tanda-tanda kemunculan laki-laki itu, sementara pernikahannya dan Aiden semakin dekat tiap detik yang berlalu. "Bawa aku datang ke pertemuan."
"Sebenarnya apa yang kau perlukan darinya? Jika it
"Not now, Princess." Xander berdesis, kemudian menarik telinga Crystal dengan gigi. Tubuh Crystal goyah dan menegang. Alih-alih menjauh, ia mendekat lebih jauh—menutup mata—menikmati belaian jemari Xander di punggungnya yang terbuka. "Aku masih harus mendengar laporan anjing-anjing ini dulu.""Tapi—""George." Suara Xander memecah kebisuan di ruangan itu, termasuk protes Crystal.Pria berkulit hitam berumur sekitar tiga puluhan berdiri. Dilihat dari pin hitam, lelaki itu salah satu pemimpin rahasia. "Salam,Sir."George mengangguk hormat, lalu memandang Crystal. "Salam juga untuk wanita Anda.""Wanitaku?" Xander menyentuh wajah Crystal sambil memiringkan kepala. "Let's see,apa hubungan kami sepanjang itu untuk membuatnya menjadi wanitaku."
LEONARD EXCELSIOR HOTEL, Rome—Italy | 9:12 PM"Tikus sialanmu tertangkap. Apa kau memang tidak becus memilih mata-mata?"Aiden menghisap ganjanya—bersandar santai di sofa, sama sekali tidak terpengaruh dengan suara berat menakutkan dari balik kursi besar yang membelakanginya. Sebelah tangannya yang lain memegang ponsel, memeriksa data-data berikut foto yang berhasil anak buahnya kirimkan. Benar-benar tikus malang.Cekalan Aiden di ponselnya menguat begitu layarnya menampilkan foto Crystal. Aiden sampai mengernyit untuk melihatnya lebih jelas. Namun, seberapa banyak ia melihatnya—itu tetap Crystal. Tunangannya. Terpejam di atas pangkuan Xander dengan ekspresi yang tidak ada bedanya dengan para jalang yang sering ia tiduri.Sialan. Perempuan itu benar-benar jalang!"Lupakan tikus itu. Lagipula, tidak ada info yang bisa mereka dapat."
A few hours ago ....Mandarin Oriental Hotel, Barcelona—SPAIN | 07:15 AMCrystal Leonidas : Kenapa kita harus berakhir seperti ini?Xander William : Kita yang mana, Crys? Aku tidak pernah memulai apa pun, kau juga. Xander duduk bergeming di meja bar untuk waktu yang lama. Terus menatap nyalang pesannya yang terakhir pada Crystal. Apa dia terlalu kasar? Kejam? Bagaimana perasaan gadis itu sekarang? Sial. Tawa kasar dan sumbang mulai muncul di tenggorokannya, teredam.Dia memang bajingan egois. Jika dia orang baik, dia sudah menjauhi Crystal Leonidas sejak awal—bukannya menarik gadis itu ke dunianya yang mengerikan. Berengsek. Dia mengacaukan semuanya. Lebih berengsek lagi, sebagian besar bagian dalam dirinya
LUCERO'S MANSION, Barcelona—SPAIN | 11:15 AMTHE SUCCESSOR OF THE LEONARD CLAN WAS REVEALED!XANDER PETER RAUL LEONARD : WHO IS HE?THE ROYAL WEDDING FROM LEONARD AND LEONIDAS.TWO KINGDOM BECOMES ONE! LEONARD AND LEONIDAS SHARES JUMPED TO THE HIGHEST POINT!Berengsek. Berengsek—berengsek!Aiden menghantamkan botolwineke televisi, tepat ketika layarnya menampilkan adeganwedding kissCrystal dan Xander.Benci melihat senyum bahagia Crystal, terutama senyum selebar samudra Javier. Sontak, layar itu mati sekaligus menjadi benda terakhir yang hancur, mengikuti ruang kerja Aiden yang sudah hancur lebih dulu.Pecahan kaca di mana-mana. Kursi yang terba
"Crystal...."Crystal mendengar permohonan sekaligus gairah dari cara Xander memanggil namanya. Napas mereka kompak berderu cepat. Kulit Crystal memanas setiap kali kulitnya bersentuhan dengan kulit Xander. Gairah mereka saling dorong, membujuk Crystal untuk memberikan apa pun yang ada dalam dirinya, dan Crystal rela melakukannya. Segalanya. Membalas tiap hal yang sudah diberikan Xander kepadanya.“Just do it,” kata Crystal dengan suara parau yang dia sendiri tidak bisa kenali. “Aku ingin merasakanmu, Xander. Sekarang.”Bibir Xander menyerbu bibir Crystal. Lidah lelaki itu membelai menenangkan sekaligus membuat gairah Crystal meledak-ledak. Crystal mengerang, kelimpungan—putus asa. Tidak pernah ada lelaki yang menciumnya seperti ini. Membujuk dengan sensual, tetapi lembut dan memuja.Crystal mengerang merasakan jemari Xander melintasi perut, naik ke atas sa
Xander meringkuk, bocah sembilan tahun itu makin merapatkan tubuhnya ke pojok bawah meja ketika teriakan Charlotte makin menggema—bahkan sampai masuk ke ruang penyimpananwineayahnya. Padahal ruang bawah tanah ini terletak di bagian paling ujung sayap kananmansion,Xander harus menuruni tangga-tangga kayu tua sebelum masuk ke pintu besar dari kayu berisi rak-rak ratusanwineberusia puluhan sampai ratusan tahun."Bocah pintar itu benar-benar masuk kesini?""Iya, Nyonya. Saya sudah memeriksanya lewat CCTV."Suara samar-samar Charlotte danbodyguardterdengar dari balik pintu.Xander makin beringsut ke pojok mendengar suara ibunya yang makin dekat. Apalagi, lima detik setelahnya pintu besar itu terbuka keras—suaranya yang menghantam dinding mengejutkan Xander. Dari kolong meja, Xander melihat 
"Ini sangat jauh dari bayanganku."Sambil merapikan jas abu-abu Xander, Crystal mendongak ke arah Xander yang tersenyum hangat padanya. "Maksudmu?""Menikah denganmu ... aku pernah beberapa kali membayangkannya. Terasa seperti mimpi bodoh yang mustahil." Suara Xander terdengar lembut, senada dengan genggaman di pergelangan tangan Crystal. "Aku pikir aku akan menikahi putri manja yang tidak bisa memakai bajunya sendiri. Sekarang kau malah yang memilihkan pakaianku, memakaikannya.""Kau terlalu meremehkanku, Mr. Leonard." Crystal mengerucutkan bibir. "Di mana tempat dasimu? Aku tidak bisa menemukannya satu pun.""Tidak ada. Aku tidak suka memakai dasi." Lelaki itu mendaratkan ciuman cepat dan keras di kening Crystal, lalu menghampiri laci yang menyimpan kumpulan arloji—mengamati penuh pertimbangan.Crystal tersenyum, memperhatikan Xander yang terlihat menawan dalam balutan celana
Barcelona—SPAIN | 01:02 AM"Nice car. Sayang sekali kecepatannya payah." Crystal mengamati Xander yang mengemudikanBugatti La Voiture Noirehitam metalik melewati gerbang besar mansion Leonard, setelah Xander menolak untuk menginap.Xander menoleh, satu alisnya naik. "Payah?""Apa aku salah? Atau ... jangan-jangan pengemudinya yang payah?"Xander tidak menjawab, kembali menghadap ke depan, tapi Crystal melihat lelaki itu menekan tombol yang ada di roda kemudi. "Tutup semua jalan yang akan aku lalui menuju bandara. Sekarang.""Copy that, Sir!"Suara Samuel Lee menggema di dalam mobil, lalu panggilan terputus dengan cepat."Bandara? Kenapa Bandara? Katamu, kita akan pulang?""Benar, pulang. Pulang ke rumah," jawab Xander misterius."Rumah?"