A few hours ago ....
Mandarin Oriental Hotel, Barcelona—SPAIN | 07:15 AM
Crystal Leonidas : Kenapa kita harus berakhir seperti ini?
Xander William : Kita yang mana, Crys? Aku tidak pernah memulai apa pun, kau juga.
Xander duduk bergeming di meja bar untuk waktu yang lama. Terus menatap nyalang pesannya yang terakhir pada Crystal. Apa dia terlalu kasar? Kejam? Bagaimana perasaan gadis itu sekarang? Sial. Tawa kasar dan sumbang mulai muncul di tenggorokannya, teredam.
Dia memang bajingan egois. Jika dia orang baik, dia sudah menjauhi Crystal Leonidas sejak awal—bukannya menarik gadis itu ke dunianya yang mengerikan. Berengsek. Dia mengacaukan semuanya. Lebih berengsek lagi, sebagian besar bagian dalam dirinya
LUCERO'S MANSION, Barcelona—SPAIN | 11:15 AMTHE SUCCESSOR OF THE LEONARD CLAN WAS REVEALED!XANDER PETER RAUL LEONARD : WHO IS HE?THE ROYAL WEDDING FROM LEONARD AND LEONIDAS.TWO KINGDOM BECOMES ONE! LEONARD AND LEONIDAS SHARES JUMPED TO THE HIGHEST POINT!Berengsek. Berengsek—berengsek!Aiden menghantamkan botolwineke televisi, tepat ketika layarnya menampilkan adeganwedding kissCrystal dan Xander.Benci melihat senyum bahagia Crystal, terutama senyum selebar samudra Javier. Sontak, layar itu mati sekaligus menjadi benda terakhir yang hancur, mengikuti ruang kerja Aiden yang sudah hancur lebih dulu.Pecahan kaca di mana-mana. Kursi yang terba
"Crystal...."Crystal mendengar permohonan sekaligus gairah dari cara Xander memanggil namanya. Napas mereka kompak berderu cepat. Kulit Crystal memanas setiap kali kulitnya bersentuhan dengan kulit Xander. Gairah mereka saling dorong, membujuk Crystal untuk memberikan apa pun yang ada dalam dirinya, dan Crystal rela melakukannya. Segalanya. Membalas tiap hal yang sudah diberikan Xander kepadanya.“Just do it,” kata Crystal dengan suara parau yang dia sendiri tidak bisa kenali. “Aku ingin merasakanmu, Xander. Sekarang.”Bibir Xander menyerbu bibir Crystal. Lidah lelaki itu membelai menenangkan sekaligus membuat gairah Crystal meledak-ledak. Crystal mengerang, kelimpungan—putus asa. Tidak pernah ada lelaki yang menciumnya seperti ini. Membujuk dengan sensual, tetapi lembut dan memuja.Crystal mengerang merasakan jemari Xander melintasi perut, naik ke atas sa
Xander meringkuk, bocah sembilan tahun itu makin merapatkan tubuhnya ke pojok bawah meja ketika teriakan Charlotte makin menggema—bahkan sampai masuk ke ruang penyimpananwineayahnya. Padahal ruang bawah tanah ini terletak di bagian paling ujung sayap kananmansion,Xander harus menuruni tangga-tangga kayu tua sebelum masuk ke pintu besar dari kayu berisi rak-rak ratusanwineberusia puluhan sampai ratusan tahun."Bocah pintar itu benar-benar masuk kesini?""Iya, Nyonya. Saya sudah memeriksanya lewat CCTV."Suara samar-samar Charlotte danbodyguardterdengar dari balik pintu.Xander makin beringsut ke pojok mendengar suara ibunya yang makin dekat. Apalagi, lima detik setelahnya pintu besar itu terbuka keras—suaranya yang menghantam dinding mengejutkan Xander. Dari kolong meja, Xander melihat 
"Ini sangat jauh dari bayanganku."Sambil merapikan jas abu-abu Xander, Crystal mendongak ke arah Xander yang tersenyum hangat padanya. "Maksudmu?""Menikah denganmu ... aku pernah beberapa kali membayangkannya. Terasa seperti mimpi bodoh yang mustahil." Suara Xander terdengar lembut, senada dengan genggaman di pergelangan tangan Crystal. "Aku pikir aku akan menikahi putri manja yang tidak bisa memakai bajunya sendiri. Sekarang kau malah yang memilihkan pakaianku, memakaikannya.""Kau terlalu meremehkanku, Mr. Leonard." Crystal mengerucutkan bibir. "Di mana tempat dasimu? Aku tidak bisa menemukannya satu pun.""Tidak ada. Aku tidak suka memakai dasi." Lelaki itu mendaratkan ciuman cepat dan keras di kening Crystal, lalu menghampiri laci yang menyimpan kumpulan arloji—mengamati penuh pertimbangan.Crystal tersenyum, memperhatikan Xander yang terlihat menawan dalam balutan celana
Barcelona—SPAIN | 01:02 AM"Nice car. Sayang sekali kecepatannya payah." Crystal mengamati Xander yang mengemudikanBugatti La Voiture Noirehitam metalik melewati gerbang besar mansion Leonard, setelah Xander menolak untuk menginap.Xander menoleh, satu alisnya naik. "Payah?""Apa aku salah? Atau ... jangan-jangan pengemudinya yang payah?"Xander tidak menjawab, kembali menghadap ke depan, tapi Crystal melihat lelaki itu menekan tombol yang ada di roda kemudi. "Tutup semua jalan yang akan aku lalui menuju bandara. Sekarang.""Copy that, Sir!"Suara Samuel Lee menggema di dalam mobil, lalu panggilan terputus dengan cepat."Bandara? Kenapa Bandara? Katamu, kita akan pulang?""Benar, pulang. Pulang ke rumah," jawab Xander misterius."Rumah?"
ELYSIUM'S Mansion. Yonkers, New York City—USA | 09:18 PM Eurocopter Mercedes-Benz EC145 yang mereka naiki mendarat di atas helipad mansion Elysium. Tanpa menunggu Samuel membukakan pintu, Crystal keluar lebih dulu—sengaja meninggalkan Xander di belakang. Di seberang halaman, Xander melihat Theodore dan Lilya di dekat lapangan mini golf sedang meneguk wine. Kening mereka mengernyit ketika berjalan menghampiri Xander.Xander mengerang rendah, bergegas menyusul Crystal."Princess ... we need to talk," panggil Xander yang tidak digubris.Bukan hanya sekarang, tetapi nyaris sepanjang perjalanan Xander sadar Crystal mengabaikannya. Crystal memang tersenyum, tetapi ia sama sekali tidak menanggapi ucapan Xander, lebih memilih berbicara dengan Samuel atau menghadap ke jendela.This is nightmare. Mana
Rasanya aneh berjalan memasuki pintu masuk Inquireta diikuti lima bodyguard, apalagi salah satunya lebih cocok menjadi model Calvin Klein. Crystal membuka jelly sunglasses pinknya, melirik sekilas pada Samuel yang berjalan di sampingnya.Samuel mengenakan setelan hitam dengan kemeja putih dan kacamata aviator hitam. Sementara earpiece di telinganya membuatnya makin tampak keren. Tidak heran jika para pegawai yang biasanya hanya akan mengangguk hormat pada Crystal, kini mencuri-curi kesempatan melihat Samuel. Lobby juga jadi terasa lebih ramai.Crystal melangkah menuju elevator khusus, sementara Samuel menyusul. Satu bodyguard kulit hitam mengikuti mereka—sementara tiga lainnya menunggu di depan."Selain menjagaku, apa lagi tugasmu?" tanya Crystal saat elevator bergerak naik.Samuel menunduk hormat. "Melakuk
ELYSIUM'S Mansion. Yonkers, New York City—USA | 08:11 AMXander tidak tahu sudah seberapa lama ia menopang kepala sambil memandangi Crystal. Ia sudah terbangun bersamaan dengan matahari terbit, merasa segar walaupun sudah menghabiskan waktu berjam-jam dalam keadaan terjaga. Merasakan kebahagiaan hanya karena mengawali hari dengan perempuan ini di ranjangnya.Istrinya. Miliknya. Crystal selalu tampak cantik, terlebih ketika ia hanya diselimuti selimut tebal dengan rambut acak-acakan dan pipi kemerahan.Suara getaran ponsel di atas nakas menginterupsi. Xander mengabaikannya—tidak ingin diganggu. Lagi pula ini weekend, dan menatap wajah tertidur Crystal jauh lebih menarik dari apa pun. Namun, getarannya berhenti, ponsel itu bergetar lagi.Xander mengerang, meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menelpon. Samuel."Jika ini bukan