Ilona menatap punggung Jason yang berlalu meninggalkannya. Pria yang sangat baik pikirnya. Jason memang seorang duda, tapi itu tidak menutupi pesonanya. Ramah, tampan, pintar, pekerja keras, suka membantu dan cukup lembut untuk pria yang memilih tinju sebagai olahraga favoritnya. Ilona melihat bingkisan di tangannya dan segera membawanya masuk ke mobil. "Ilona!" panggil seseorang sebelum dia sempat masuk dan mengendarai mobilnya. Tampak Jeremy yang berlari ke arahnya. "Ini untukmu!," ujarnya sembari memberikan sekotak kue yang tampaknya lezat dari toko kue yang cukup populer. "Ada acara apa?" Ilona heran. "Aku minta maaf ya, kapan hari aku kekananakan, aku sengaja mengganggumu dan teman priamu karena aku cemburu. Seharusnya aku tidak boleh begitu, apa kamu mau setidaknya tetap menjadi temanku?" ujar Jeremy dengan wajah berharap. "Hmmm, iya Jeremy aku paham apa yang kamu rasakan. Maafkan aku juga ya, aku tidak bisa membalas perasaanmu. Tapi buat
Ilona masih saja terus bernyanyi meskipun beberapa temannya mulai bosan dan ada yang mulai keluar masuk kamar mandi karena kebanyakan minum teh, minuman berbahan dasar seduhan daun itu memang memberikan efek diuretik dan menyebabkan peminumnya ingin buang air kecil terus menerus. Apalagi AC ruang karaoke yang cukup dingin, sangat mendukung para pengunjung untuk berkemih. Wenny melihat jam sudah hampir pukul 10 malam. Jam 10 tepat waktu karaoke mereka habis. Masih ada sisa 2 lagu lagi yang bisa mereka nyanyikan. llona juga mulai ingin ke toilet, efek minum segelas lemon tea sudah terasa di kantong kemihnya. Dia menyerahkan micnya, membawa tas slingbag yang dari tadi dibawanya kemana-mana dan pergi ke arah toilet. Toiletnya bersih dan cukup banyak, sepertinya pihak pengelola memang sudah mengantisipasi agar pengunjungnya tetap nyaman. Saat Ilona keluar dari toilet ternyata Wenny dan teman-teman juga sudah keluar ruangan dan berjalan di koridor untuk keluar dari tempat
Event amal perusahaan akan berlangsung satu minggu lagi, para staf dibawah arahan Wenny mulai berlatih drama hari ini. Benar-benar acara yang menyenangkan karena seluruh staf pemasaran selama tujuh hari kedepan bebas tugas marketing dan hanya fokus persiapan event. Mereka tampak serius membaca skenario drama ditemani suara musik yang sengaja diputar agak kencang. "Wah, rasanya kaya mimpi berangkat kerja ke kantor tapi ga ada beban target, ga perlu update website, ga bingung neraca penjualan!" ujar Alex salah satu tim marketing sembari bergoyang-goyang mengikuti musik. "Iya, emang, kamu dapat peran apa Lex?" tanya Lusi. "Pengawal kerjaan, pembaca titah raja gitu! Duh keinget jaman gue SD, hahaha, seru juga ya ngurusin acara bocil!" ujarnya tampak senang. "Iya seru banget, aku kapan hari ikut Ilona waktu survei lokasi ke panti asuhannya, duh anaknya lucu-lucu gitu, tapi kasihan ya sekecil itu mereka ga punya orang tua, pokoknya kita harus totalitas ya biar n
Kantor Pusat Kantor pusat mulai tampak bersiap-siap dan berbenah ketika CEOnya Eldrian sudah mulai masuk ke kantor lagi. Setelah seminggu harus bekerja di hotel karena menghindari wartawan. Akhirnya Eldrian bisa kembali kerja ke kantor dengan santai tanpa ganguan wartawan. Beberapa manager tampak mulai berkonsultasi dengan Eldrian perihal banyak hal yang terunda. Tak terlalu banyak, Eldrian hanya perlu menanda tanggani beberapa dokumen dan ruangannya kembali sepi. Hanya ada satu pria yang tetap tinggal yaitu Dainel sekretaris pribadinya. "Niel gimana persiapan event amal minggu depan? Ada kendala ga?" tanya Eldrian. "Aman Pak! Tidak ada kendala semua devisi sudah mulai persiapan!" jawabnya formal. "Emm, seminggu ini jadwalku sibuk ga?" "Cuma ada dua pertemuan penting selebihnya masih longgar Pak, ada apa Pak ada rencana?" "Aku mau nenggok ke Devisi Pemasaran. Penasaran gimana persiapan event amal nanti, kayanya seru deh!" "Mau hubungi
Linda melihat langsung ke mata Ziyan, tampak pria itu terlihat sedikit kesal karena Linda berhasil menebak statusnya hanya dengan sekali pertanyaan. “Iya jomblo! Udah ga usah ngebully!” ujar Ziyan. “Hahaha, ya elah nggak! Siapa juga yang ngebully! Jomblo itu bukan kejahatan! Santai aja!” ujar Linda sambil melenggang berjalan melihat-lihat semua tempat. “Gimana Lin? Udah Fix ya tempat ini?” “Yup! Fix! Cuss balik yuk ke kantor!” ajaknya. Mereka kembali naik ke mobil Linda, siang hari jalanan Jakarta mulai tidak bersahabat. Kemacetan hampir di semua ruas jalan. “Waduh! Bakalan lama nih sampai kantor!” ujar Ziyan. “Hadeeh! Kapan sih kota ini bisa lenggang gitu, belum follow up lagi!” “Follow up apaan?” “Cuma ngingetin Yayasan Panti Asuhannya aja sih Yan! Biar mereka ga lupa sama event kita!” “Oh iya, ga bisa coba di follow up di sini aja Lin?” “Ya kan datanya ada di kantor Yan! Aku ga bawa dokumennya sama sekali!” “Ah bent
Ziyan melihat Ilona menggandeng tangan Jason mereka berdua berdansa sangat indah. Tampak wajah Jason dan Ilona sama sekali tidak canggung walaupun mereka atasan dan bawahan. Ziyan geram dia ingin langsung saja pergi tapi dia berpapasan dengan Mira. Wanita yang langsung ikut berdansa bersama mereka. Jason langsung menggandeng Mira, keduanya terlihat romantis. Ziyan baru sadar kalau itu tadi adalah adegan drama. Mereka sedang melakukan latihan hari ini. Ziyan merasa malu pada dirinya sendiri. Dia tadi benar-benar marah tanpa alasan yang jelas. Tak butuh waktu lama Jason melihat sosok pria yang dari tadi mengamatinya. "Mau cari siapa Mas? Emm..kaya pernah lihat ya?" ujarnya. "Mau ketemu dengan Ilona Pak!" ujar Ziyan yang langsung membuat Ilona sadar di ujung ruangan. "Eh, Ziyan! Kok ke sini? Bukannya tadi kamu sedang makan?" "Kok tau? Tadi kamu ke kantin? Kok ga dipanggil sih! Ah ga seru ah sekarang sombong ah!" ujar Ziyan. "Ah nggak, aku cuma ga
Hari itu Eldrian pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Dia tak suka melihat Ilona dekat dengan Jason. "Duh! Ilona itu gimana sih! Hhhhh....!" Eldrian menghela nafas. Pria itu membuang baju kantornya di atas ranjang kamarnya karena kesal. Dia tak bisa melakukan apapun di sana dia dan Ilona tak berstatus apapun. "Bodoh amat lah! Mau dia suka sama Jason, atau Jeremy apa urusannya sama aku? Emang dia siapa?" gumam Eldrian menenangkan dirinya. Tapi semakin dia mengingkari perasaannya, semakin kencang juga debaran di jantungnya. "Duh! Masa iya sih aku suka Ilona! Sudah jelas kalian teman! Ah goblok lu!" gumam Eldrian menutup kepalanya dengan bantal. Tok...Tok..Tok..! Suara ketukan dari pintu kamar. "Tuan Eldrian! Makannya sudah siap!" ujar Bi Sarni dari luar kamar. "Iya Bi, taruh di ruang makan aja! Nanti saya ke sana!" jawab Eldrian. Saat ini Eldrian tak terlalu berselera makan. Kenyataan dia punya saingan dalam mendekati Ilon
Malam itu ternyata Ziyan memesankan tiket film drama fantasi. Film romantis dengan genre fantasi peri dengan setting tempat yang sangat keren. Ilona cukup menikmati film yang dipilih Ziyan hanya saja dia juga kasihan dengan Ziyan yang duduk sendiri di pojok ruangan teater. Tapi llona melihat kalau Ziyan tampak serius melihat film yang dia tonton itu. "Ilona, habis dari sini kita makan yuk!" bisik Mira. "Ga deh kalian aja aku ada perlu!" ujar Ilona. "Beneran? Yuk ah sekali-sekali!" ujar Mira. "Maaf Say! Beneran ga bisa!" tolak Ilona. Mereka tak tau kalau ada cowok yang dari tadi melihat kesal ke arah mereka dari sudut ruangan. "Diih! Kenapa sih mereka harus nonton juga hari ini! Gangguin aja!" batin Ziyan yang menggerutu. Film sudah habis Mira dan Lusi keluar bersama Ilona, dari belakang Ziyan berjalan perlahan mengawasi mereka dengan melipat tangan. "Beneran nih ga mau ikutan makan malam sama kita?" tegas Lusi. "Iya ga usah! Terim