Carol membelai lembut pipi Arabella lembut. Segala penat di kepala Carol selalu terobati setiap kali melihat Arabella. Benak Carol memang terus terngiang pada kejadian tadi. Kejadian di mana perdebatan antara Fargo dan Debora.Hati Carol seakan mati. Sekalipun Andrew bukan anak Fargo, tetap tak akan mengubah apa pun. Rasa sakit yang diberikan Fargo teramat dalam. Meninggalkan suatu bekas, yang bahkan tak bisa hilang.“Mommy, apa Daddy sudah tidak menyayangiku lagi?” tanya Arabella pelan. Gadis kecil itu menekuk wajahnya, begitu muram, membendung kesedihan.Carol terdiam mendengar pertanyaan Arabella. Sejak kejadian Fargo lebih memilih Andrew, itu membuat Arabella selalu menanyakan pertanyaan yang sama. Carol selalu berusaha kuat di depan Arabella, namun tak menampik sekuat apa pun Carol, tetap saja dia lemah. Berjuang kuat dari terpaan masalah yang menghantam, tidaklah mudah. “Daddy selalu menyayangimu, Little Girl. Selamanya, tidak akan pernah berubah.” Fargo masuk ke dalam kamar Ar
Fargo berdecak kesal di kala tak bisa menghubungi Carol. Sudah berkali-kali dia mencoba menghubungi sang istri, tapi tak kunjung ada jawaban. Pun pesan yang Fargo kirimkan juga belum dibaca oleh Carol.“Ke mana kau, Carol,” geram Fargo penuh emosi. Umpatan tak henti lolos di bibir pria itu. Ya, sejak tadi hati Fargo merasa tak tenang. Bahkan dia sampai menunda meeting, akibat hatinya tak tenang. Padahal Carol hanya pergi dengan Kimberly.Fargo mengembuskan napas kasar seraya memejamkan mata singkat. Detik selanjutnya, sesuatu hal masuk ke dalam benak Fargo. Sesuatu di mana mengingatkannya untuk menghubungi Kimberly. Fargo yakin pasti sekarang Carol sudah bersama dengan Kimberly.Fargo segera mencari nomor Kimberly di dalam list kontak, dan menghubungi istri dari Pamannya tersebut.“Hallo, Fargo?” jawab Kimberly lebih dulu di kala panggilan terhubung. “Kim, kau bersama dengan Carol, Kan?” ujar Fargo cemas.“Fargo, aku sudah satu jam menunggu Carol, tapi dia belum juga muncul. Aku meng
Fargo menyugar rambutnya dengan wajah yang begitu frustrasi. Sudah sepuluh menit Fargo menunggu, tapi Gene dan Freddy belum juga muncul. Pikiran Fargo benar-benar memikirkan keadaan Carol. Kondisi istrinya yang tengah hamil muda, membuat Fargo takut terjadi sesuatu hal buruk menimpa istrinya.“Shit! Kenapa Gene dan Freddy lama sekali!” seru Fargo dengan menahan rasa kesal dalam dirinya. Fargo tak bisa menahan rasa khawatir di dalam dirinya. Fargo ingin segera menemukan keberadaan Carol.“Fargo, tenangkan dirimu.” Damian berusaha menenangkan Fargo. Fargo memejamkan mata singkat. “Bagaimana aku bisa menenangkan diriku, Paman? Istriku hilang. Dia sekarang tengah hamil.”Damian mengangguk mengerti akan apa yang dirasakan oleh Fargo. “Aku mengerti akan rasa cemasmu pada istrimu, tapi kau tidak akan pernah bisa berpikir jernih kalau pikiranmu bercampur dengan kekhawatiran berlebihan. Tenangkan dirimu. Yakinlah bahwa Carol baik-baik saja.” Fargo mengatur napasnya, meredamkan segala rasa k
Carol menjerit dan menangis melihat Adrik jatuh bersamaan dengan Debora. Tubuh Carol bergetar ketakutan. Fargo segera membenamkan kepala Carol ke dada bidangnya, tak membiarkan Carol melihat ke bawah. Fargo mengecupi puncak kepala Carol, membawa sang istri jauh dari tepi gedung.Damian berhasil melumpuhkan anak buah Debora dengan mudah. Pria itu segera mendekat ke arah tepi gedung di kala Fargo membawa Carol menjauh dari tepi gedung. Seketika tatapan Damian menatap penuh arti Adrik dan Debora yang berlinang darah di bawah sana.Damian menatap Fargo yang tengah menenangkan Carol. Ya, Carol memang tidak henti menangis. Tentu Damian mengerti, apa yang telah terjadi pada Carol, pasti meninggalkan trauma yang berat untuk Carol.Gene dan Freddy naik ke atas gedung, menghampiri Fargo dan Damian. Sebelumnya, Gene dan Freddy membereskan anak buah Debora yang ada di lantai bawah. Itu kenapa Gene dan Freddy tidak langsung naik ke atas. Fargo mengalihkan pandangannya pada Gene dengan sorot mata
Dua hari setelah kejadian penculikan, Carol menjaga Adrik bersama dengan Kimberly. Carol belum sama sekali memberi tahu ibu Adrik tentang keadaan Adrik yang kini berada di rumah sakit. Ya, Carol tidak mau membuat ibu Adrik menjadi panik. Itu kenapa Carol menunggu sampai Adrik siuman.“Carol, aku keluar sebentar, ya? Aku ingin menelepon pengasuh anak-anakku,” ucap Kimberly pelan seraya menatap Carol.Carol mengangguk. “Kim, kalau kau mau pulang tidak apa-apa. Anak-anakmu pasti membutuhkanmu.” Kimberly mengusap lengan Carol. “Kau tenang saja, Carol. Aku sudah meminta pengasuh menjaga dengan baik anak-anakku. Aku hanya ingin menelepon anak-anakku untuk memastikan keadaan mereka.”Carol tersenyum merespon ucapan Kimberly. Detik selanjutnya, Kimberly melangkah meninggalkan ruang rawat Adrik. Carol memang selalu ditemani oleh Kimberly. Fargo juga kerap datang, namun belakangan ini Fargo harus mengurus berita di media. Kekacauan yang terjadi telah tercium oleh media. Fargo tak hanya sendiri
Carol menatap sebuah kertas yang baru saja diantar oleh sang asisten. Sebuah kertas yang harus Fargo tanda tangani. Kertas itu adalah surat permintaan untuk berpisah. Ya, setelah apa yang telah terjadi, Carol tetap tak menghentikan proses perceraiannya dengan Fargo. Satu minggu telah berlalu. Carol sudah mendengar kabar kini Debora telah siuman. Hanya saja, Carol sudah tak lagi bertemu dengan Debora. Andrew lebih banyak diurus oleh Delano dan pengasuhnya. Sesekali, Carol mengirimkan mainan untuk Andrew agar Andrew tak merasa kesepian.Kabar masalah rumah tangganya, telah terdengar di telinga keluarga besarnya dan keluarga besar Fargo. Puncaknya kemarin, Fargo dihajar habis oleh ayahnya serta ayah sang suami. Tentu Fargo sama sekali tak melakukan perlawanan, karena memang apa yang telah Fargo lakukan salah. Para keluarga, sudah mendengar tentang Carol yang ingin bercerai dengan Fargo, tapi mereka semua meminta Carol untuk berpikir jernih sebelum bertindak. Karena bagaimanapun kondisi
Carol berdiri di balkon kamar, menatap langit malam yang nampak mendung. Tak ada bulan dan bintang sebagai penghias langit. Yang ada hanyalah awan gelap seolah memendung air yang sebentar lagi tumpah ke bumi. Langit seakan menggambarkan kondisi hati dan pikiran Carol saat ini. Kondisi yang mana telah benar-benar kacau layaknya piring pecah tak lagi bisa utuh seperti sedia kala.Mata Carol menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang menerawang jauh. Kemuraman melingkupi wanita itu. Sekeras apa pun, Carol untuk tegar, tapi tetap saja hatinya hancur dan rapuh. Carol bahkan sengaja meminta ibunya menjaga baik Arabella. Karena dia tak ingin Arabella melihatnya sedih. Carol tidak akan pernah menjadikan anak-anaknya sebagai alasan agar hubungannya dengam Fargo bertahan. Air mata Carol menetes jatuh membasahi pipinya, namun buru-buru Carol menyeka air matanya. Wanita itu tak mau tenggelam dalam kesesakan yang menyiksa dirinya. Sekeras apa pun, Carol berjuang tetap tidak akan mengubah apa ya
Berita tentang perceraian Fargo dan Carol telah terdengar oleh publik. Lagi dan lagi, Fargo menjadi topik pembahasan utama para media. Kasus perselingkuhan Fargo di masa lalu, masih kerap menjadi pembahasan, dan sekarang ditambah kasus percaian Fargo dengan Carol. Beberapa wartawan kerap mewawancarai pihak keluarga Fargo dan keluarga Carol, namun hingga detik ini keluarga Fargo dan Carol memilih untuk bungkam, tak sama sekali menjawab pertanyaan dari para wartawan. Tentu, keluarga Fargo dan Carol memilih untuk tidak bersuara, karena tak ingin memperkeruh suasana. Tidak ada yang bisa membujuk Carol. Bahkan kemarin, Cadey dan Kimberly sempat berbicara dengan Carol, membahas tentang masalah Carol dan Fargo, namun sayangnya tak berhasil. Carol meminta Cadey, Kimberly, bahkan semua pihak keluarga untuk tak ikut campur dalam keputusan yang telah dia buat.Menjelang sidang perceraian, Carol menitipkan Arabella pada orang tuanya saja. Pun orang tua Fargo juga turut menjaga Arabella bergan