Saat istrinya sudah tertidur lelap, Gabriel menyelimuti seluruh tubuhnya sampai menutupi lehernya. Sebelum itu, ia mendaratkan kecupan manisnya pada pipi istrinya sambil mengelus kepalanya lembut dengan pandangan berbinar.
“Tidur yang nyenyak, Sayang. Aku akan menemanimu sepanjang malam di sini,” bisik Gabriel pelan supaya tidak membangunkannya.
Lalu, Gabriel membaringkan tubuhnya di sofa, menyelimuti tubuhnya menggunakan selimut tebal yang sudah disediakan khusus untuknya sambil menatap istrinya sedang tidur cantik dari kejauhan. Karena kamar ini adalah kamar yang paling luas di antara semua kamar di rumah sakit ini, sehingga baginya sangat jauh untuk menjangkau istrinya sambil tertidur di sofa. Tangan kanannya berusaha menggapainya, namun ia hanya bisa membayangkannya sedang mengelus kepalanya setiap malam ketika tidur bersama di rumah khusus kerajaan.
Matahari bersinar terang menembus kaca jendela kamar, sehingga membangunkan Charlotte dari mimpi indahnya.
Tiba-tiba seseorang juga datang berkunjung, sehingga suasana kamar ini menjadi semakin ramai. Namun, tamu yang satu ini adalah tamu sangat spesial baginya. Tatapan matanya terlihat sangat bahagia, menyambut ibunya datang mengunjunginya setelah sekian lama. Bernama Tiana, yang berpenampilan sama seperti sebelumnya setelah sekian lama tidak bertemu. “Ibu…” lirihnya. “Putriku, ibu sangat merindukanmu.” Sang ibu langsung memeluk putrinya hangat dengan tangisan haru. “Aku juga sangat merindukanmu ibu selama ini. Aku sangat mencemaskan keadaan ibu saat aku tidak berada di rumah.” “Ibu selama ini baik-baik saja. Lagipula ayahmu juga sudah pulang dari perjalanan bisnisnya.” Memang sang ayah melakukan perjalanan bisnis yang cukup lama di luar negeri, sehingga saat terjadinya insiden kecelakaan pesawat, wajar jika ia tidak menghadiri upacara penghormatannya. Selain itu, untung juga Charlotte belum menikah sungguhan di katedral, kalau seandainya ia menik
Tamu lainnya yang hendak menjenguk Charlotte di rumah sakit yaitu Agnes dan Harvey. Saat Harvey bersiap merapikan penampilannya terlebih dahulu, kekasihnya menghembuskan napasnya lesuh sambil memainkan kuku jarinya, seperti dirinya belum siap mental bertemu dengan Pangeran. Apalagi selama ini ia menganggap bahwa Pangeran sungguh telah tiada sejak insiden kecelakaan pesawat. Secara spontan Harvey menggenggam tangannya, mengulas senyuman hangat merupakan satu-satunya cara menghibur hati kekasihnya semakin membaik. “Apakah kau masih belum siap bertemu Gabriel?” “Harvey, menurutmu apakah Gabriel akan membenciku? Apalagi pertemuan terakhirku dengannya sangat tidak enak dilihat, aku yang menyebabkan pertengkarannya dengan tunangannya.” “Jangan berpikiran seperti itu. Aku yakin dia akan memaafkanmu. Lagipula dia pasti sudah melupakannya karena kejadian itu sudah sangat lama.” “Aku berharap sih begitu. Aku hanya bisa menerima tegurannya nanti, terutam
Kini tibalah hari di saat sang Pangeran menampakkan dirinya di hadapan umum. Pangeran yang sudah dinyatakan telah menghilang dan tiada saat insiden kecelakaan pesawat kini bisa dianggap bangkit dari kematiannya. Oleh karena itu, sang Pangeran harus mengungkapkan semua kesaksiannya saat terjadinya insiden kecelakaan pesawat dan juga penyusunan strateginya dalam melawan para pengkhianat yang mencoba membunuhnya dan wanita tercintanya. Selain itu juga mengenai pembebasan para budak yang dijadikan objek perdagangan ilegal. Kebetulan juga kini kondisi tubuh Charlotte kembali pulih, sehingga ia bisa menghadiri konferensi pers kerajaan. Beruntung juga wajahnya sekarang kembali terlihat mulus karena melakukan perawatan kulitnya rutin saat keluar dari rumah sakit. Sebelum menuju tempat konferensi persnya, Gabriel merapikan dirinya dengan memakai pakaian kerajaannya dan tatapannya kini sangat berwibawa saat bercermin. Tok…tok… Sosok orang yang mengetuk pintu ka
Mendengar pertanyaan terakhir dari para wartawan, Gabriel sudah bertekad bulat mengambil keputusannya, sambil menolehkan kepala menghadap Lucas mengisyaratkannya menyerahkan semua bukti kepadanya. Dengan sigap Lucas menyerahkan bukti yang diperoleh mereka semua, baik bukti dari Tuan Alexander, Agnes, maupun Harvey di atas podium. “Tindakan yang harus dilakukan istana mengenai aksi kejahatan para pengkhianat, tentu saja harus sejalan dengan prosedur hukum. Terutama perbuatan kejahatan mereka yang menyebabkan semua kekacauan di negeri ini, seperti insiden kecelakaan pesawat yang terjadi tiba-tiba saat saya ingin mengunjungi kediaman Tuan Alexander, percobaan pembunuhan terhadap Nona Charlotte, pembunuhan Tuan Alexander saat ingin mengungkapkan kebenaran. Semua kejahatan ini sudah direncanakan sebelumnya pada bukti ini!” Gabriel memperlihatkan dokumen perencanaan pemberontakan pada semua wartawan secara terang-terangan. Para wartawan langsung heboh terfokus pada dokumen
Karena acara penyambutan telah usai, sekarang waktunya kembali ke istana menghadiri acara perjamuan makan. Jarak antara tempat tinggal untuk kalangan bawah dengan istana lumayan jauh, sehingga membutuhkan perjalanan cukup panjang. Masih kondisi menaikki mobil sedan hitam, belum merasa bosan Charlotte memandangi pemandangan sekitar lewat kaca jendela mobil yang terlihat damai sekarang. Sejak para penjahat sudah ditangkap dan rakyat kalangan bawah dibebaskan, kehidupan menjadi kembali normal seperti biasanya. Mengamati wanitanya melepas senyuman, membuat Gabriel ikut bahagia juga mendekapnya tiba-tiba. “Manis, Sayang,” ucapnya lembut. Kepala Charlotte membalik ke belakang, jantungnya berpacu cepat akibat hidung mereka kini saling menempel. “Sayang, kenapa hidungmu menempel pada hidungku terus dari tadi?” “Karena hidungmu rasanya sangat manis.” “Selalu saja menganggapku seperti gula.” “Makanya aku mudah jatuh cinta padamu.
Saat mendengar sang Pangeran protes terhadap dirinya yang tidak dipedulikan ayahnya sendiri, semua orang menertawainya termasuk Raja dan Ratu. Tatapannya terlihat sangat polos sambil menggarukkan kepala. “Apakah barusan aku salah bicara?” tanyanya gugup. “Kau lucu sekali, Gabriel. Di saat seperti ini kau masih bisa protes,” sahut Charlotte menertawainya anggun. “Charlotte, kenapa kau tega menertawakanku juga?” “Karena aku suka melihatmu bertingkah begini.” Gabriel menyunggingkan senyuman nakal mencium pipi istrinya sekilas di hadapan semua orang. Reaksi Charlotte tersipu malu hingga pipi bekas diciumnya merah merona. “Gabriel, bisa tidak kau mengendalikan perlakuan manismu terhadapku?” “Tidak bisa, karena aku memang sudah tidak bisa menahannya sejak perjamuan makan tadi.” “Nanti ayahmu menegurmu lagi.” “Gabriel.” Benar perkataannya, Raja Arthur menegur putranya lagi. “Ayah, apakah aku tidak boleh mencium
Sebelum para tahanan dituntun paksa keluar dari ruang sidang, Harvey dan Agnes menghampiri ayah mereka sejenak. Reaksi mereka berdua ada kalanya sedih dan lega. Bersedih karena mereka sudah tidak bisa melihat ayah mereka lagi sepanjang hidup mereka, sedangkan lega karena kini negeri ini sudah tidak ada lagi penjahat kejam seperti mereka. Langkah ayah mereka terhenti sejenak menghampiri anaknya, walaupun dibatasi pagar pembatas antara pengunjung dan terdakwa. “Ayah,” panggil Agnes datar. “Ayah tidak menyangka kau sungguh datang melihat persidangannya, Agnes.” “Sebenarnya aku masih tidak rela ayah mendapatkan hukuman mati, tapi karena ayah melakukan perbuatan tidak sepatutnya, kini aku rela melepas kepergian ayah.” Agnes menghembuskan napasnya kasar sambil berkacak pinggang. “Ternyata begitu jawabanmu. Memang sekarang ayah menyadari bahwa perbuatan ayah adalah salah besar. Kali ini ayah tidak ingin mengharapkan banyak hal, karena hidup ayah sebentar lag
Usai melakukan aksi ciuman mesranya selama beberapa menit, sepasang kekasih sedang bercinta melepaskan tautan bibirnya yang kini terasa sedikit basah, karena mereka melakukannya dalam durasi lama. Dengan jari jempolnya, Gabriel mengusap bibir lembut istrinya, hingga sorot matanya sangat terpaku padanya. “Aku sangat merindukan kita melakukannya. Sekarang rasanya aku sudah puas dan kembali bersemangat bermain piano bersamamu.” “Kita melakukannya bahkan sampai hampir lupa waktu. Seperti biasa kau melakukannya sangat posesif,” ujar Charlotte tersenyum manis. “Charlotte, setiap kali bersamamu, tidak ada yang namanya waktu. Karena momen kebersamaan kita mampu menghentikan waktu berjalan, sehingga kita selalu bisa bersama lebih lama lagi. Walaupun matahari sudah terbenam, tapi aku menghentikan waktunya sejenak supaya tidak berjalan dengan cepat.” “Kau bisa saja berkata seperti itu. Teknik gombalanmu semakin hari semakin meningkat.” Pipi Charlote merah merona