Lita kembali terngiang atas bukti perselingkuhan suaminya, meski di dalam hatinya bertolak belakang. Ingin sekali Lita tak mempercayainya namun terdapat bukti yang sangat menguatkan jika Radit tengah berselingkuh bahkan sampai tidur berdua bersama wanita itu.
"Mas, apakah itu benar kau?" Lita mengusap foto yang tengah dia pegang. Mengingat kepolosan Radit membuatnya kembali mengalirkan air mata.
"Mas, ingin rasanya aku percaya. Namun ternyata sangat sulit bagiku!" Air mata Lita lolos begitu saja bahkan semakin deras.
Malam ini Radit tidak pulang ke rumah dan membuat Lita semakin khawatir dengan kebenaran tentang bukti perselingkuhannya.
Keesokan harinya,
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu rumahnya dan seseorang yang dia kenal sudah berada di depan pintu.
"Candra."
"Iya, Om Dodi menyuruhku menjemputmu karena ada sesuatu yang harus dibicarakan. Ayo kita ke rumah orang tuamu," Candra diutus oleh kedua orang tua Lita untuk menjemputnya, sekalogus dengan rencana supaya Candra dan Lita bisa mulai dekat.
"Tapi aku akan bekerja, Cand," Lita berusaha mengelak permintaan Candra.
"Om Dody sudah mengabari pihak HRD tempatmj bekerja, Lita."
Tanpa pikir panjang, akhirnya Lita pun pergi ke rumah orang tuanya bersama dengan Candra. Sepanjang perjalanan Candra asik mengajak bicara Lita namun Lita hanya membalas sekenanya saja.
*
*Radit berjalan dengan gontai saat keluar dari hotel tersebut. Pikirannya sedang kalut dengan apa yang menimpa padanya apalagi semalam dirinya tidak pulang dan tidak mengabari Lita.
"Ah! Sial sekali nasibku, kenapa aku harus tidur dengan gadis itu?" Radit merenungi perbuatannya barusan.
"Seingatku, aku sedang minum kopi sambil menunggu motorku dicuci. Tapi mengapa aku bisa berada di hotel bersama gadis yang tak kukenal?" Radit berusaha mengingat kejadian yang telah menimpanya.
"Wanita itu juga mengancamku agar aku bertanggung jawab. Tapi aku sendiri tak yakin dengan kejadian itu," Radit berusaha mengingat ingat lagi. Namun semakin diingat kepalanya semakin pusing.
"Lita! Astaghfirullah, bagaimana dengan Lita? Bagaimana jika dia mengetahui kejadian ini?" Radit mulai khawatir jika istri tercintanya tak mencintainya lagi. Bagi Radit, Lita adalah pujaan hatinya. Meski berbeda kasta tetapi Radit sanggup meluluhkan hati Lita dengan sikap kesederhanaannya.
"Aku harus cepat pulang, tapi motorku dimana?" Radit kembali teringat motornya yang barusan lunas dari dealer setelah 36 bulan dia mengangsurnya.
"Ah, biarkan! Yang penting aku harus pulang dan bertemu dengan Lita sebelum semua terlambat berakhir." Gegas Radit menyetop angkot dan menuju ke alamat rumah sederhana miliknya, yang dia tempati bersama istri pujaannya.
"Semoga tak terjadi apapun di rumah," harapan yang dilontarkan oleh Radit ketika berada di dalam angkot. Sekitar lima belas menit angkot sudah berada di depan kediaman sederhananya. Dengan cepat Radit segera keluar setelah membayar angkot yang ditumpanginya.
"Ah! Ada sandal Lita, semoga tak terjadi apa - apa," Radit merasa lega ketika melihat sepasang sandal Lita teronggok di rak alas kaki.
Tok tok tok
"Assalamu alaikum," Radit mengetuk pintu dan mengucap salam, berharap jawaban dari seseorang yang dicintainya. Namun hanya keheningan yang didapatkan.
"Lita, ini mas pulang," Radit kembali bersuara setelah salam yang diucapkan tak mendapat jawaban.
"Lita!" Radit berusaha memanggil istrinya. Namun tetap saja hanya keheningan yang didapat.
"Cari Mbak Lita, Nak Radit?" Ucap salah seorang perempuan paruh baya.
"Iya, Bu Romlah! Apakah Bu Romlah tahu istri saya? Apakah dia keluar?" Radit memberondong pertanyaan pada Bu Romlah.
"Gini, nak Radit! Kemarin Ibu lihat Mbak Lita sedang pergi bersama lelaki. Saya kira itu Nak Radit, ternyata bukan," ucapan Bu Romlah semakin membuat Radit khawatir.
"Bersama lelaki, pasti Ayahnya, Bu," Radit mencoba mengusir rasa curiga pada Lita.
"Tetapi lelaki itu seusia Nak Radit," jawab bu Romlah.
"Emm, begitu ya bu, baiklah terimakasih infonya ya, Bu," Radit merasa ada yang aneh dengan bu Romlah.
"Baiklah! Ibu ke pasar dulu nak Radit,: Bu Romlah kemudian melangkahkan kakinya menuju ke pasar. Sambil menyunggingkan senyum liciknya, ternyata Bu Romlah diajak kerja sama dengan Candra supaya Bu Romlah bicara seperti ini dengan Radit.
Radit memasuki rumahnya dan merebahkan badannya di atas ranjang. Berharap ini semua hanyalah mimpi. Mimpi yang paling buruk baginya.
"Lita, apa benar yang dikatakan Bu Romlah tadi? Kau pergi bersama lelaki lain," Radit menatap langit - langit kamarnya.
Drrttt drtttt
"Ya, hallo," Radit menjawab panggilan tak dikenalnya.
"...."
"Apa? Saya dipecat?" Radit terkejut dengan kabar yang barusan dia dapatkan."......"
"Maaf, tapi itu fitnah!" Radit masih berusaha menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
"...."
"Baiklah, saya mengerti," Radit menutup panggilannya dengan perasaan kesal.
"Mengapa jadi seperti ini?" Radit mengusap rambutnya dengan kasar.
"Aku mendapatkan masalah yang tak pernah ku lakukan, Lita juga pergi dengan lelaki lain. Dan sekarang aku dipecat karena wanita gila itu telah menyebarkan foto itu sehingga bos tahu foto menjijikkan itu!"
"Astaghfirullah... astaghfirullah. Apa yang terjadi dengan hambamu ini ya Allah," Radit mengusap wajahnya. Masalah belum selesai, sudah keluar masalah baru.
"Dimana Lita sekarang? Aku harus bertemu dengan Lita." Gegas Radit memesan ojek online untuk menuju ke rumah Lita dan membicarakan apa yang tengah terjadi.
Tak butuh waktu lama, Radit sudah sampai di kediaman keluarga Lita. Dengan ragu namun tetap dipaksakan, Radit memberanikan diri untuk menekan bell di samping pintu kediaman keluarga Lita. Tak lama terlihat pria paruh baya dengan angkuhnya membuka pintu.
Bugh...bugh
Dua pukulan mendarat ke perut Radit yang semenjak pagi belum diisi apapun.
"Dasar, Lelaki bajingan! Tega sekali kau melakukan hal sebejat itu!" Makian yang terlontar dari mulut Pak Dodi yang sebenarnya sangat bahagia dengan keadaan rumah tangga anak dan menantunya.
"Maafkan saya, ayah! Saya bisa jelaskan!" Radit berusaha menjelaskan apa yang terjadi.
"Tak perlu dibicarakan lagi! Fotomu juga sudah menyebar kemana - mana! Cepat ceraikan Lita jika kau tak ingin kujadikan makanan anjing!" Makian kembali terlontar dari mulut Pak Dodi.
"Sudah, Ayah! Biarkan Lita bicara dengan Mas Radit sebentar!" Lita tiba - tiba keluar dan menghampiri Radit.
"Mas! Apakah itu benar perbuatanmu?" Pertanyaan Lita gang sangat sulit untuk Radit jawab.
"Maaf, Lita. Mas akan jelas....
"Cukup! Sudah terdengar dari ucapanmu jika itu benar! Sekarang pergilah, nikahi dia!" Kilatan mata marah dari Lita yang diarahkan kepada Radit.
Tulang - tulang Radit seakan luruh ketika mendengarkan kebencian dari Lita atas perselingkuhan yang telah tersebar. Terlebih lagi Lita sudah mengetahui foto saat dirinya bersama dengan wanita lain.
"Lita! Mas bisa jelaskan! Itu tidaklah benar!" Radit berusaha mengelak.
"Ceraikan aku!" Ucapan Lita bagaikan sembilu yang menembus jantung Radit.
"Maaf, aku tak bisa! Hanya kau yang kucintai, Lita!" Jawab Radit.
"Tetapi kau juga sudah menghianati pernikahan kita, Mas! Lebih baik kita sendiri - sendiri saja!" Ucapan Lita membuat persendian Radit terasa lumpuh seketika. Lita segera meninggalkannya yang masih diam terpaku atas ucapannya.
"Pergilah dan jangan kembali!" Pak Dodi mendorong Radit sampai terjatuh dan segera menutup pintu rumahnya.
"Tapi, ayah! Saya tidak melakukan hal itu, itu fitnah!" Radit mengetuk pintu berharap mendapat kesempatan untuk menjelaskan semuanya, namun usaha hanya usaha. Hasilnya nihil, tak ada satupun yang peduli padanya.
"Aku harus mencari bukti jika aku tak bersalah!" Gumam Radit dalam hati, kebahagiaan yang ingin dia rasakan sampai akhir hayat bersama Lita terancam gagal karena fitnah yang dialaminya. Radit berjalan dengan gontai, rasa lelah dan lapar yang menghinggapinya mendadak hilang sempurna setelah mendapatkan ucapan Lita. Istri yang sangat dikasihinya sudah tidak percaya lagi dengannya setelah tersebarnya foto tersebut.
"Brak!"Seseorang terlempar karena tertabrak sebuah mobil pick up dengan kecepatan tinggi.
Radit melihat seorang Lelaki tua tergeletak di pinggir jalan akibat terpental sejauh tiga meter akibat tabrakan sebuah pick up dengan kecepatan kencang. Radit tergopoh gopoh menghampiri lelaki tua yang sudah bersimbah darah. Radit segera membawa lelaki tua itu ke rumah sakit dengan menghubungi Ambulance.Sesampai di rumah sakit, lelaki tua itu segera mendapatkan tindakan dan perawatan karena darah terus mengucur deras dari tubuhnya akibat benturan keras."Dengan keluarga pasien kecelakaan?" Seorang perawat memanggil Radit selaku orang yang membawa lelaki tua tadi. "Iya, Sus." "Pasien harus segera dioperasi karena mengalami patah tulang dan pendarahan begitu banyak. Tolong segera diurus administrasinya supaya pasien segera mendapat tindakan selanjutnya." "Baik, Sus," Radit segera mengambil uang dari atm yang dimiliknya. Untung saja dia masih punya uang simpanan yang lumayan karena mendapat bonus sebelum fitnah tersebar dan berakhir dia dipecat. Dia mendapat uang bonus dari bos karen
Lita malam ini tak bisa tidur, pikirannya masih saja carut marut atas foto - foto yang tersebar. Ingin percaya namun foto tersebut sudah membuktikan jika Radi benar - benar berselingkuh hingga tidur bersama wanita lain di ranjang. Tok tok tok! suara ketukan pintu mengejutkan Lita dalam lamunannya. Lita membuka pintunya dan ternyata Candra tengah berada di depan pintu kamarnya. Candra adalah rekan keluarga besar Lita yang cukup kaya. Keinginan keua orang tua Lita adalah menikahkan Lita dengan Candra."Candra, ada apa kamu kemari?""Kita mengobrol di luar," Lita akhirnya turun dan mengobrol dengan Candra di teras rumahnya. Pembantu rumah tangga menyuguhkan teh untuk mereka berdua."Apakah kamu percaya dengan foto itu?" Candra kembali membuka suara saat dirinya sedang bersama Lita. Ingin rasanya Lita tidak menjawabnya namun Lita sendiri ingin bercerita tentang keluhan hatinya yang ia rasakan."Entahlah! aku sendiri tak begitu percaya namun itu terlihat begitu nyata," Lita meluapkan ras
Usai belanja, Deni mengantarkan Radit ke kediaman Kakek Yusman. Radit terperangah ketika melihat kediaman Kakek Yusman bak istana yang megah. Beberapa guci antik dan hiasan klasik terpajang di beberapa sudut ruangan. "Pak Radit, mari ikut saja ke ruangan anda," Radit mengekori Deni menuju ke ruangan yang ditunjukkan padanya. Deni mengarah ke sebuah kamar yang cukup besar dan mewah. Lemari serta funiture yang lain tertata begitu rapi didesain dengan warna senada."Kamar ini ukurannya sebesar rumahku," Radit terkagum - kagum dengan ukuran kamarnya. Deni meminta beberapa asisten laki - laki untuk merapikan semua perlengkapan Radit yang sudah dibelinya."Mulai hari ini Pak Radit sudah bisa tinggal disini," Deni meminta semua perlengkapan termasuk baju ganti Radit segera dipersiapkan. Distro langganan keluarga Kakek Yusman segera menyiapkan pakaian ganti seukuran Radit termasuk barang - barang pribadinya.Radit berjalan - jalan mengelilingi sekitar kediaman Kakek Yusman sejenak sembari me
[Surat cerai sudah aku kirimkan ke rumahmu namun tidak ada orang. Aku harap kamu tidak perlu datang supaya cepat selesai. Cukup datang saat ikrar talak saja, Semua bukti sudah masuk ke pengadilan] sebuah nomor tak dikenal masuk ke ponsel Radit. Hampir saja pertahanan Radit luruh seketika saat mendengar gugatan cerai dan bukti palsu sudah diajukan ke pengadilan. Radit hampir tak percaya jika tindakan keluarga Lita sudah sejauh itu."Aku harus kuat, ya aku harus kuat dan tegar tak seperti yang mereka pikirkan." Gumam Radit sembari mengepalkan tangannya.Tok tok tokRadit membuka pintu kamarnya dan terlihat Deni di depan pintu kamarnya. "Pak, kata Kakek Yusman besok Pak Radit diminta ikut saya ke perusahaan. Ada pertemuan penting disana," Radit terkejut dengan kabar tiba - tiba. Rasa tak percaya diri kembali muncul namun dengan sigap, Radit menepisnya dan bersemangat menuju hari esok. Ya, hari dimana orang yang dulunya memandang rendah akan terperangah dengan kedudukannya besok."Baikl
Lita hendak berbelanja ke suatu pusat perbelanjaan dan ketika di perjalanan, Tak sengaja Radit berpapasan dengan Lita. Keduanya saling pandang, rasa benci, emosi dan rindu menjadi satu di kedua bola mata mereka."Permisi." Lita berlalu meninggalkan Radit yang diam membeku menatap sikap dingin Lita padanya. Radit memahami jika suasana hati Lita sedang tidak kondusif sehingga Radit memilih tidak mengejar atau bicara dengan Lita. Radit mengerti jika Lita kalau marah itu artinya dirinya tidak akan bicara sedikitpun pada Radit."Lita." air mata kembali menetes teringat masa lalu, kebahagiaan yang mereka bangun ketika masih berpacaran berakhir menikah dengan restu yang terpaksa orang tua Lita berikan kepada mereka berdua yang berkahir seperti ini. "Sudahlah, ayo kita pergi." Deni mengalihkan pandangan Radit kepada Lita yang mulai menjauh meninggalkan merek berdua.Lita tak kuasa menahan air mata yang mulai mengumpul di pelupuk matanya hingga akhirnya menuju ke toilet untuk membersihkan bek
Radit bangun di sepertiga malam untuk melakukan shalat tahajud. Radit memang sering melakukannya meski tak setiap hari. Radit menumpahkan semua isi hatinya termasuk rasa rindu pada Lita. Rindu yang tak akan ada habisnya, namun kendala dari kedua orang tua yang menjadikan rindu semakin menguar tanpa terobati. Radit memohon ampun atas semua kesalahan yang pernah dilakukannya dan sesekali mendoakan orang - orang di dekatnya agar selalu diberikan kesehatan serta keberkahan rejeki. Rasa syukur tak hentinya dia panjatkan atas semua nikmat yang telah diberikan kepadanya terlebih lagi sekarang ada seseorang yang memuliakannya.Usai dengan shalat tahajudnya, Radit melakukan tadarus sembari menunggu waktu subuh tiba. Radit tergolong sosok lelaki yang taat beragama meski dirinya tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Usai shalat subuh, Radit melakukan joging sejenak di halaman kediaman Kakek Yusman. Radit juga membersihkan daun - daun kering yang berguguran supaya halaman menjadi bersih
Pak Dodi dan Bu Fatma mulai menugaskan anak buahnya yang bekerja di perusahaan Kakek Yusman untuk memata - matai dan melaporkan apa yang dikerjakan Radit kepadanya. Pak Dodi seperti kebakaran jenggot saat melihat Radit ternyata lebih jago dan lebih cakap dari yang mereka bayangkan selama ini."Sebentar lagi kalian akan hancur dan perusahaan Om Yusman akan bangkrut. Dan Radit akan menjadi orang yang tertuduh dalam bangkrutnya perusahaan Kakek Yusman." Seringai licik mulai menghiasi bibir Pak Dodi."Iya, kita akan menghancurkan apa yang dilakukan Radit pada perusahaan Om Yusman." seringai licik juga tersungging dari bibir Bu Fatma. Semua rencananya akan dibuat sealami mungkin supaya dianggap murni kesalahan Radit dalam perencanaan sebuah proyek yang akan dijalankan Radit.Radit mulai membuat rancangan proyek yang lebih baik dibantu Deni. Radit lebih suka membuat sendiri sebuah karya dari pada memakai jasa arsitek karena Radit sendiri pernah kursus dalam sebuah penerapan aplikasi desain
Keesokan paginya, Kakek Yusman mendapat telepon dari salah satu rivalnya bernama Toni mengenai jiplakan karya yang ditampilkan Radit tempo hari. Kakek Yusman hanya tersenyum menanggapi rivalnya yang suka buat kerusuhan di perusahaannya. Kakek Yusman meminta rivalnya untuk bertemu di perusahaanya."Ada apa, Kek?" Radit melihat wajah Kakek Yusman awalanya terkejut namun tersenyum."Apa ada masalah?" Deni ikut menimpali saat melihat ekspresi Kakek Yusman."Sesuai prediksimu, Radit. Pihak Dodi sudah merencanakan semuanya dan kamu sudah mengatasinya sebelum pembangunan dilaksanakan. Dia akan ke perusahaan pagi ini." Radit terkejut dengan rencana yang dijalankan Bu Fatma dan Pak Dodi.Deni dan Radit sudah mempersiapkan semuanya untuk melawan salah satu rival Kakek Yusman yang telah dihasut oleh pihak Pak Dodi. Radit berencana akan memberikan suatu kejutan untuk mereka yang telah mengganggu perusahaan Kakek Yusman. Usai sarapan, Deni, Radit dan Kakek Yusman gegas menuju ke kantor. semua kary