Bu Fatma berlari tergopoh - gopoh sambil membawa ponsel ke arah Lita. Niatnya kali ini ingin menunjukkan sebuah foto Radit bersama dengan seorang perempuan kepada Lita dengan tujuan supaya Lita membenci Radit.
"Lita! lihatlah foto ini, ternyata suamimu yang telah berduaan dengan seorang wanita! Pantas saja dia tak menjemputmu saat pulang kerja," tukas Bu Fatma, ibu dari Lita yang telah menjalankan aksinya dengan mengfitnah Radit.
Lita menikah dengan Radit tanpa restu orang tua karena status Radit yang hanya pekerja sebagai buruh, bukan dari keluarga yang setara dengan keluarga Lita.
"Tak mungkin Mas Radit melakukan hal serendah ini, Bu!" Lita masih tak percaya dengan ucapan ibunya barusan.
"Ibu sudah bilang dari awal! dia bukan lelaki yang baik! dia berasal dari keluarga miskin yang haus harta," Bu Fatma semakin menekan keyakinan Lita agar percaya dengan ucapannya, terlebih lagi dengan keinginannya memisahkan Lita demgan Radit.
"Lita tidak percaya sebelum melihatnya sendiri, Ibu!" Lita berusaha memberontak namun Bu Fatma sudah siap dengan langkah selanjutnya, yaitu menghasut Lita kembali.
"Lelaki memang seperti itu, setelah mendapat wanita kaya, dia akan meninggalkan begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkannya," suara Bu Fatma menggema di penjuru kamar Lita.
"Ayah juga tak habis pikir, lelaki macam Radit bisa melakukan hal rendahan seperti ini!" Pak Dodi sependapat dengan Bu Fatma. Memang kedua orang tua sebenarnya tak menyetujui hubungan Lita dengan Radit. Namun Lita memaksa, karena rasa cintanya pada Radit, apalagi dengan sikap Radit yang penyayang dan mengayomi.
"Tapi Mas Radit tak mungkin melakukan hal seperti itu, Ibu! Dia lelaki yang baik, sangat mengayomi Lita bahkan menjaga kehormatan Lita, Bu!" Lita berusaha tak terpengaruh dengan uacapan ibunya.
"Gugat cerai Radit!" Perintah dari pak Dodi. Lidah Lita mendadak kelu ketika sang Ayah memintanya untuk menggugat cerai.
"Tidak, ayah! Lita tak akan bercerai sebelum Lita menemukan bukti jika mas Radit benar - benar selingkuh!" Bu Fatma semakin geram mendengar ucapan Lita.
"Baiklah jika itu maumu! Tetapi jika kamu menemukan buktinya sendiri, maka kamu harus segera bercerai dengannya! Apakah kau sanggup?" Pak Dodi menuruti permintaan anaknya namun ada sesuatu yang harus Lita patuhi.
"Lita siap bercerai jika menemukan buktinya sendiri tentang perselingkuhan Mas Radit," Lita menyanggupi ucapan ayahnya.
"Baiklah! Jika kau sudah menemukan bukti maka kau segera hubungi ayah! Ayah akan mengatur perceraian kamu," ucap Pak Dodi pada Lita.
"Istirahatlah! Ibu dan ayah akan pulang dulu," bu Fatma dan Pak Dodi segera keluar dari rumah Lita. Rumah sederhana warisan dari keluarga Radit yang menjadi istana kecil mereka berdua.
**
"Astaghfirullah hal adzim," Radit terkejut melihat dirinya tak memakai sehelai benangpun.
"Hah! Siapa wanita ini, kenapa dia tak memakai baju seperti denganku?"
Radit semakin terkejut melihat wanita tak memakai baju tertidur pulas yang ada di sampingnya. Radit sendiri merasa malu ketika tidur berdampingan dengan seseorang yang tidak dikenalnya.
"Seingatku, aku tadi sedang duduk di warung sambil menunggu Lita keluar dari kantornya, Kenapa aku bisa seperti ini?" Radit mencoba mengingat - ingat kejadian sebelumnya.
"Mbak, Mbak! Bangun mbak!" Radit mencoba membangunkan wanita itu.
"Emmmm, kenapa sih sayang?" Wanita itu menggeliat saja tetapi tak bangun.
"Sayang? Mbak, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi!" Radit masih berusaha membangunkan wanita itu.
"Kamu sudah melakukan tindakan ini padaku! Kau harus tanggung jawab," tiba - tiba wanita itu menangis tersedu - sedu membuat Radit kebingungan dengan sikap perempuan tersebut. Baru saja bertemu dengan keadaan yang cukup memalukan kemudian wanita itu tiba - tiba menangis.
"Maksudnya apa, mbak? Saya tak merasa melakukan apapun dengan, Mbak," Radit berusaha menepis pikiran negatifnya.
"Apa? Jadi kamu tak merasa sudah melakukannya denganku? Kau tadi menarik tanganku dalam keadaan tak sadar. Kau mabuk!" Wanita semakin berteriak keras, Radit bahkan menjadi bingung karena dirinya tidak merasa mabuk seperti yang diucapkan wanita yang berada di sampingnya.
"Apa? Apa benar aku yang melakukannya, Mbak?" Radit masih tak percaya dengan ucapan wanita itu.
"Lihat foto ini! Jika kau tak mau bertanggung jawab, maka aku akan mengirim foto ini kepada istrimu!" Wanita mengambil foto saat mereka sedang tidur berdampingan dan hanya berbalut selimut sebatas dada.
"Ja, jangan mbak! Entahlah aku akan memikirkannya dahulu. Tapi aku tak percaya jika aku melakukannya dengan, Mbak!" Wanita itu semakin terisak mendengar Radit tak percaya dengannya.
"Aku tunggu jawabanmu! Jika tak kunjung ada jawaban maka aku akan mengirim foto ini kepada istrimu," wanita itu menjadi ancaman rumah tangga Radit. Jika saja Radit tak mau bertanggung jawab maka rumah tangganya akan hancur.
"Segera mandi dan pergilah! Istrimu pasti sudah menunggumu," wanita itu menyuruh Radit segera mandi.
"I, iya mbak!" Radit tergagap menjawab ucapan Lita. Radit beringsut turun darj ranjang dan segera memnersihkan dirinya di kamar mandi.
"Ya Allah! Apa sebenarnya yang terjadi? Aku tak merasa sekalipun untuk melakukan hal ini."
Radit mendesah dan menyesal atas apa yang terjadi. Usai membersihkan diri, Radit kembali menemui wanita tersebut dan berniat membicarakan kejadian yang barusan terjadi secara jelas dan mencari solusi yang tepat
"Kemana dia?" Radit bingung dengan wanita yang baru saja menyuruhnya mandi namun usai mandi, dirinya tak menjumpai wanita tersebut.
"Aku pergi dulu, dan aku juga menunggu jawabanmu," wanita itu melenggang keluar dari kamar sewa. Bibir wanita itu tersenyum licik atas apa yang dia lakukan.
Drrtttt drttPonsel wanita itu berbunyi"Tugasku sudah selesai! Foto akan saya kirimkan pada Anda!" Wanita itu berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon.
"......"
"Jangan lupa komisiku ditambah! Karena aku akan mempermainkan perasaan pria bodoh itu lebih lama lagi agar jauh dari putrimu," jawab wanita itu.
"....."
"Baiklah! Aku tunggu tranverannya! Jika kau tak menepati maka aku akan bongkar semua rahasia ini pada anakmu!" Wanita itu terdengar mengancam pada seseorang yang menghubunginya.
"....."
"Bagus! Aku tutup telponnya." Wanita itu menutup telpon dan segera pergi tanpa mempedulikan Radit yang kini kebingungan mencarinya di kamar.
*
*
Raut wajah Pak Dodi begitu ceria saat mendapat laporan dari wanita yang dia suruh untui menjebak Radit supaya Lota membencinya. Pak Dodi merasa jika idenya akan berhasil membuat Lita menggugat cerai Radit.
"Rencana kita berhasil, Bu! Kita sudah membuat Radit seperti ini. Mungkin sebentar lagi Lita akan menceraikan lagi." Pak Dodi tersenyum puas begitu juga bu Fatma.
"Ya, kita tak selevel dengan Radit! Lelaki miskin," Bu Fatma dengan pongahnya mengatakan hal itu, Apalagi Bu Fatma telah menemukan calon yang tepat untuk Lita dari keluarga kaya termasuk jajaran pengusaha yang memiliki beberapa hotel di kotanya.
"Biarkan wanita itu memainkan drama selanjutnya sampai Radit dan Lita benar - benar bercerai!" Bu Fatma menggangguk setuju dengan usul suaminya.
"Kita lihat! Seberapa lama mereka akan bersama," senyum licik tersungging dari bibir Bu Fatma.
"Ya, aku juga tak ingin mempunyai menantu miskin. Lebih bagusan Candra, dia kaya dan sekelas dengan kita!" tukas Pak Dodi dengan angkuhnya membanggakan Candra.
Candra adalah lelaki yang akan dijodohkan lagi dengan Lita setelah perjodohan pertamanya denga Lita gagal karena Lita lebih memilih Radit untuk menjadi pendampingnya.
"Jika Candra dan Lita sampai menikah, maka aku akan melakukan pesta besar - besaran!" Impian Bu Fatma memiliki menantu seperti Candra tak terbendung lagi.
"Ya, kita akan semakin kaya jika Lita menikah dengan Candra. Aku akan melakukan kerja sama dengan keluarga Candra. Kerjasama yang pastinya akan menguntungkan kita," Pak Dodi tersenyum puas karena rencananya akan tercapai dengan menyatukan kedua anak mereka berdua.
Lita kembali terngiang atas bukti perselingkuhan suaminya, meski di dalam hatinya bertolak belakang. Ingin sekali Lita tak mempercayainya namun terdapat bukti yang sangat menguatkan jika Radit tengah berselingkuh bahkan sampai tidur berdua bersama wanita itu."Mas, apakah itu benar kau?" Lita mengusap foto yang tengah dia pegang. Mengingat kepolosan Radit membuatnya kembali mengalirkan air mata. "Mas, ingin rasanya aku percaya. Namun ternyata sangat sulit bagiku!" Air mata Lita lolos begitu saja bahkan semakin deras.Malam ini Radit tidak pulang ke rumah dan membuat Lita semakin khawatir dengan kebenaran tentang bukti perselingkuhannya.Keesokan harinya, Tok tok tokSeseorang mengetuk pintu rumahnya dan seseorang yang dia kenal sudah berada di depan pintu."Candra.""Iya, Om Dodi menyuruhku menjemputmu karena ada sesuatu yang harus dibicarakan. Ayo kita ke rumah orang tuamu," Candra diutus oleh kedua orang tua Lita untuk menjemputnya, sekalogus dengan rencana supaya Candra dan Lita
Radit melihat seorang Lelaki tua tergeletak di pinggir jalan akibat terpental sejauh tiga meter akibat tabrakan sebuah pick up dengan kecepatan kencang. Radit tergopoh gopoh menghampiri lelaki tua yang sudah bersimbah darah. Radit segera membawa lelaki tua itu ke rumah sakit dengan menghubungi Ambulance.Sesampai di rumah sakit, lelaki tua itu segera mendapatkan tindakan dan perawatan karena darah terus mengucur deras dari tubuhnya akibat benturan keras."Dengan keluarga pasien kecelakaan?" Seorang perawat memanggil Radit selaku orang yang membawa lelaki tua tadi. "Iya, Sus." "Pasien harus segera dioperasi karena mengalami patah tulang dan pendarahan begitu banyak. Tolong segera diurus administrasinya supaya pasien segera mendapat tindakan selanjutnya." "Baik, Sus," Radit segera mengambil uang dari atm yang dimiliknya. Untung saja dia masih punya uang simpanan yang lumayan karena mendapat bonus sebelum fitnah tersebar dan berakhir dia dipecat. Dia mendapat uang bonus dari bos karen
Lita malam ini tak bisa tidur, pikirannya masih saja carut marut atas foto - foto yang tersebar. Ingin percaya namun foto tersebut sudah membuktikan jika Radi benar - benar berselingkuh hingga tidur bersama wanita lain di ranjang. Tok tok tok! suara ketukan pintu mengejutkan Lita dalam lamunannya. Lita membuka pintunya dan ternyata Candra tengah berada di depan pintu kamarnya. Candra adalah rekan keluarga besar Lita yang cukup kaya. Keinginan keua orang tua Lita adalah menikahkan Lita dengan Candra."Candra, ada apa kamu kemari?""Kita mengobrol di luar," Lita akhirnya turun dan mengobrol dengan Candra di teras rumahnya. Pembantu rumah tangga menyuguhkan teh untuk mereka berdua."Apakah kamu percaya dengan foto itu?" Candra kembali membuka suara saat dirinya sedang bersama Lita. Ingin rasanya Lita tidak menjawabnya namun Lita sendiri ingin bercerita tentang keluhan hatinya yang ia rasakan."Entahlah! aku sendiri tak begitu percaya namun itu terlihat begitu nyata," Lita meluapkan ras
Usai belanja, Deni mengantarkan Radit ke kediaman Kakek Yusman. Radit terperangah ketika melihat kediaman Kakek Yusman bak istana yang megah. Beberapa guci antik dan hiasan klasik terpajang di beberapa sudut ruangan. "Pak Radit, mari ikut saja ke ruangan anda," Radit mengekori Deni menuju ke ruangan yang ditunjukkan padanya. Deni mengarah ke sebuah kamar yang cukup besar dan mewah. Lemari serta funiture yang lain tertata begitu rapi didesain dengan warna senada."Kamar ini ukurannya sebesar rumahku," Radit terkagum - kagum dengan ukuran kamarnya. Deni meminta beberapa asisten laki - laki untuk merapikan semua perlengkapan Radit yang sudah dibelinya."Mulai hari ini Pak Radit sudah bisa tinggal disini," Deni meminta semua perlengkapan termasuk baju ganti Radit segera dipersiapkan. Distro langganan keluarga Kakek Yusman segera menyiapkan pakaian ganti seukuran Radit termasuk barang - barang pribadinya.Radit berjalan - jalan mengelilingi sekitar kediaman Kakek Yusman sejenak sembari me
[Surat cerai sudah aku kirimkan ke rumahmu namun tidak ada orang. Aku harap kamu tidak perlu datang supaya cepat selesai. Cukup datang saat ikrar talak saja, Semua bukti sudah masuk ke pengadilan] sebuah nomor tak dikenal masuk ke ponsel Radit. Hampir saja pertahanan Radit luruh seketika saat mendengar gugatan cerai dan bukti palsu sudah diajukan ke pengadilan. Radit hampir tak percaya jika tindakan keluarga Lita sudah sejauh itu."Aku harus kuat, ya aku harus kuat dan tegar tak seperti yang mereka pikirkan." Gumam Radit sembari mengepalkan tangannya.Tok tok tokRadit membuka pintu kamarnya dan terlihat Deni di depan pintu kamarnya. "Pak, kata Kakek Yusman besok Pak Radit diminta ikut saya ke perusahaan. Ada pertemuan penting disana," Radit terkejut dengan kabar tiba - tiba. Rasa tak percaya diri kembali muncul namun dengan sigap, Radit menepisnya dan bersemangat menuju hari esok. Ya, hari dimana orang yang dulunya memandang rendah akan terperangah dengan kedudukannya besok."Baikl
Lita hendak berbelanja ke suatu pusat perbelanjaan dan ketika di perjalanan, Tak sengaja Radit berpapasan dengan Lita. Keduanya saling pandang, rasa benci, emosi dan rindu menjadi satu di kedua bola mata mereka."Permisi." Lita berlalu meninggalkan Radit yang diam membeku menatap sikap dingin Lita padanya. Radit memahami jika suasana hati Lita sedang tidak kondusif sehingga Radit memilih tidak mengejar atau bicara dengan Lita. Radit mengerti jika Lita kalau marah itu artinya dirinya tidak akan bicara sedikitpun pada Radit."Lita." air mata kembali menetes teringat masa lalu, kebahagiaan yang mereka bangun ketika masih berpacaran berakhir menikah dengan restu yang terpaksa orang tua Lita berikan kepada mereka berdua yang berkahir seperti ini. "Sudahlah, ayo kita pergi." Deni mengalihkan pandangan Radit kepada Lita yang mulai menjauh meninggalkan merek berdua.Lita tak kuasa menahan air mata yang mulai mengumpul di pelupuk matanya hingga akhirnya menuju ke toilet untuk membersihkan bek
Radit bangun di sepertiga malam untuk melakukan shalat tahajud. Radit memang sering melakukannya meski tak setiap hari. Radit menumpahkan semua isi hatinya termasuk rasa rindu pada Lita. Rindu yang tak akan ada habisnya, namun kendala dari kedua orang tua yang menjadikan rindu semakin menguar tanpa terobati. Radit memohon ampun atas semua kesalahan yang pernah dilakukannya dan sesekali mendoakan orang - orang di dekatnya agar selalu diberikan kesehatan serta keberkahan rejeki. Rasa syukur tak hentinya dia panjatkan atas semua nikmat yang telah diberikan kepadanya terlebih lagi sekarang ada seseorang yang memuliakannya.Usai dengan shalat tahajudnya, Radit melakukan tadarus sembari menunggu waktu subuh tiba. Radit tergolong sosok lelaki yang taat beragama meski dirinya tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Usai shalat subuh, Radit melakukan joging sejenak di halaman kediaman Kakek Yusman. Radit juga membersihkan daun - daun kering yang berguguran supaya halaman menjadi bersih
Pak Dodi dan Bu Fatma mulai menugaskan anak buahnya yang bekerja di perusahaan Kakek Yusman untuk memata - matai dan melaporkan apa yang dikerjakan Radit kepadanya. Pak Dodi seperti kebakaran jenggot saat melihat Radit ternyata lebih jago dan lebih cakap dari yang mereka bayangkan selama ini."Sebentar lagi kalian akan hancur dan perusahaan Om Yusman akan bangkrut. Dan Radit akan menjadi orang yang tertuduh dalam bangkrutnya perusahaan Kakek Yusman." Seringai licik mulai menghiasi bibir Pak Dodi."Iya, kita akan menghancurkan apa yang dilakukan Radit pada perusahaan Om Yusman." seringai licik juga tersungging dari bibir Bu Fatma. Semua rencananya akan dibuat sealami mungkin supaya dianggap murni kesalahan Radit dalam perencanaan sebuah proyek yang akan dijalankan Radit.Radit mulai membuat rancangan proyek yang lebih baik dibantu Deni. Radit lebih suka membuat sendiri sebuah karya dari pada memakai jasa arsitek karena Radit sendiri pernah kursus dalam sebuah penerapan aplikasi desain