Suara pendeteksi detak jantung dengan konstan berbunyi di ruangan sunyi, senyap. Dari bunyian mesin, menandakan jika di ruangan itu terdapat makhluk hidup sedang bernapas, berdetak. namun, matanya terpejam rapat. Ya, dia adalah Venna Marlinda.
Venna belum sadarkan diri. Setelah dia ditemukan semalam, tergeletak di jalanan. Gina yang belum melihat tanda-tanda Venna pulang, ia mencemaskan sahabatnya itu. Ketika ia menghubungi Venna, namun teleponnya tidak ada jawaban. Begitu pula dengan nomer ponsel Xandro. Gina pun mencari keluar menggunakan taksi.
Tidak jauh dari apartemennya, Gina melihat seorang wanita tergeletak di jalanan. Dari pakaian yang terlihat oleh Gina, tentu saja ia tahu kalau itu adalah sahabatnya.
Gina membawa Venna langsung dengan taksi yang ia tumpangi tadi menuju rumah sakit terdekat.
Gina terbangun saat bunyi pintu terbuka. Di balik pintu itu menampakan Papa Zainal. Sebelumnya, ia menghubungi Papa Zainal. Mengabari keadaan wanita i
Dalam hati yang begitu hancur, tangan Venna menggusar rambutnya. Membenamkan wajah pada kedua lututnya. Hati yang remuk redam membuat Venna tidak dalam pikiran jernih lagi. Selang infus yang tersemat di tangan, Venna mencabut dengan paksa. Kakinya bergegas turun dari tangga. Langkah yang terseok-seok, ia mencoba untuk keluar dari ruang rawat itu. Setelah berada diluar, Venna mencoba menelisik sekitar sana. Melihat keadaan sepi tanpa seorangpun yang lalu lalang, ia bergegas menjauh dari ruang rawatnya tersebut. Sangat berhati-hati, akhirnya Venna dapat juga keluar dari rumah sakit. Tidak tahu arah dan kemana tujuan Venna, ia hanya terus berlari di pinggir trotoar. Tubuh gemetar yang di rasakan Venna, membuat ia berhenti sejenak. Ia yang berada ditengah masyarakat tengah lalu lalang, Venna tidak memperdulikan tatapan penuh tanya dari orang lain yang tertuju untuknya. "Aku harus menemui Xandro. Aku yakin dia pasti masih sangat mencintaiku."
Seorang wanita di dalam kamar hotel yang terbilang mewah. Terlihat dari dalam gedung menjulang tinggi itu tengah mematri dirinya saat berada di depan kaca yang cukup besar. Kaca tersebut mampu memperlihatkan seluruh tubuhnya yang di baluti gaun putih nan cantik.Riasan make up yang di poles pada wajahnya, terkesan natural. Menambah ke anggunan pada wanita itu. Bak ratu yang akan bersanding dengan sang pangeran.Venna mencoba memutar tubuhnya di depan cermin di selingi senyuman yang begitu mengembang diraut wajah. Bagaimana tidak, setiap orang pasti bahagia pada hari pernikahannya. Apalagi lelaki itu orang yang di cintai dan mencintainya.Ceklek...Terdengar suara pintu di buka oleh gadis sebaya Venna. Yang tidak lain ialah Gina-Sahabat dekatnya. Tempat ia berbagi keluh kesah.Dari sorotan mata Gina dapat dibaca. Jika dia sebagai sahabat ikut larut dalam kebahagiaan Venna. Gina berdecak kagum atas apa yan
Sesampainya Venna di Cafe, ia langsung melangkah menghampiri Gina yang tengah sibuk meracik kopi pesanan pelanggan. Jari jemarinya terlihat sangat cekatan. Begitu teliti untuk dapat menghasilkan rasa yang nikmat. Ketika tengah di seruput oleh penikmatnya sendiri.Tidak salah jika Venna menempatkan gadis itu sebagai penggantinya- peracik kopi. Nyatanya, tanpa dia di cafe itu Gina bisa menghendel semua pekerjaan. Tetapi kali ini, memang sangat banyak orang berkunjung di cafe tersebut. Dan mungkin itu menjadi alasannya mengapa dia mengganggu tidur Venna dipagi hari ini."Sorry..Aku telat!" tutur Venna tanpa bersalah.Tanpa membiarkan Gina dalam kerepotan sendirian, Venna langsung membantunya menyajikan pesanan yang lainnya."Bangat, malahan. Kau sengaja ya? membiarkan aku seperti ini-Dalam kerepotan!" tanpa menoleh Gina menceloteh mengungkapkan kekesalannya.
Mobil yang di kemudikan Oleh Xandro berhenti tepat di depan restauran jepang yang berada di negara itu-irlandia. Lahan parkir yang mulai tak tersisa itu, ia memakirkan mobilnya dengan baik. Xandro yang duduk di kursi pengemudi, tangannya bergerak membuka sabuk pengaman yang membentang di tubuhnya.Begitu juga dengan Venna yang duduk di kursi penumpang depan mengikuti pergerakan Xandro. Melepaskan juga sabuk pengaman dirinya dan membuka pintu mobil. Kaki jenjangnya menuruni mobil tersebut.Xandro yang telah lebih dulu berada di depan Venna, mengulurkan tangannya ke arah gadis itu. Saat ia hendak keluar dari mobil."Hmmm...." Xandro mengangguk pelan di sertai senyuman melengkung di wajah tampannya. Dengan tangan yang di ulurkan ke depan gadis itu. "Sini, aku bantu!""Ah..Iya." Tentu saja Venna mengerti apa maksud Xandro. Dengan senang hati, Venna meraih tangan sang kekasih. Sentu
Pagi hari, fajar menyising kembali pada malam yang mulai memudar. Hingga langit malam telah berganti terangnya di pagi hari dengan sang surya mulai merangkak naik. Ke dua gadis yang berada di atas tempat tidur masih meringkuk di dalam selimut yang menutupi tubuh mereka. Hingga suara dengkuran Gina menusuk gendang telinga Venna yang berada di dekatnya.Gadis itu memang di minta oleh Venna itu tinggal di Appatemen miliknya siang kemaren dan malamnya di telah berada di apartemennya. Rasanya Venna membutuhkan seorang teman untuk berganti cerita. Tinggal sendirian di sana, membuat gadis itu merasa bosan. Dan perdebatan semalam membuat Venna semakin melelahkan jiwa yang tengah di landa ke gelisahan.Namun tidak menutup kenyataan, hingga saat ini dia masih menyandang status pacaran, kekasih dari lelaki itu. Semakin Venna menyenyakan tidurnya, namun semakin dengkuran Gina menggusar kenyamanan lelapnya.Alis yang
Di sebuah ruangan, tampak beberapa orang saling bertukar jabatan tangan dan melempar senyuman. Pertemuan yang telah di rencanakan itu, membuahi hasil. Mereka terikat dalam sebuah proyek yang akan saling menguntungkan ke dua belah pihak.Namun, kali ini beda. Proyek yang akan di jalani, bukanlah proyek biasa dari perusahaan yang tengah di incar oleh perusahaan yang lain. Dan tidak mudah bagi perusahaan lain untuk mendapatkan kontrak kerja sama dengan perusahaan tersebut.Dan lihat, bagaimana seorang wanita bernama Gresya Zivanka berumur 24 tahun terbilang muda itu dengan mudah, ia mendapatkan kerja sama tersebut. Wanita yang mempunyai lekuk tubuh mempesona itu, mampu menghinoptis dua lelaki di hadapannya."Semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar," tutur lelaki yang berbadan tegap bernama Kenan. Manik matanya begitu lihai menelusuri setiap inci tubuh Gresya yang tengah menyambut jabatan tangannya.
Xandro kembali ke ruangannya. Meninggalkan Gresya yang masih terpaku di dalam ruangan pertemuan tadi. Meletakan berkas yang sedari tadi ia pegang diatas meja kerjanya tersebut.Entah mengapa, raut wajah kekesalan Gresya atas pengakuannya,malah membuat dia menahan senyum di hadapan wanita itu. Dan Xandro menumpahkan senyuman yang di tahan sedari tadi, tepat saat ia mendarat duduk di kursi kerjanya. Seperti orang gila, tersenyum-senyum sendiri.Seketika ia tersadar dari senyuman itu. Tangannya memeriksa jadwal yang mungkin saja akan melibatkan dia dan Gresya bertemu kembali. Dan sekali lagi ia merasa senang. Terlihat dari lengkungan bibir membentuk senyuman. Untuk hari ini ia rasa cukup berdebat dengan wanita itu.Kalau boleh memilih, Xandro lebih senang berkerja dengan Tuan William. Dari pada bersama Gresya. Apa boleh buat, semua di putuskan oleh Tuan William. Dia menempatkan Xandro kepada perusahaan yang di kelola Gresya. Wanita yan
Saat hendak mengantarkan Alex, Xandro menghentikan mobilnya di dekat pedagang kaki lima. Pedagang dengan gerobak bertulisan nasi goreng. Membaca tulisan "nasi goreng" tentunya membuat Xandro teringat akan makanan kesukaan dari seorang wanita.Siapa lagi, wanita itu ialah Venna. Dia sangat menyukai menu makanan tersebut. Apalagi pedagang itu telah menjadi langganan Venna."Xan...kau mau ngapain? kenapa kita berhenti disini?" tanya Alex."Kau tidak lihat, tulisan itu?" jawab Xandro."Ah..aku tau, kau mau traktir aku makan?" Alex mendorong gagang pintu mobil."Ayo...kebetulan aku lapar.""Terserah kau saja!"Mereka pun keluar dari mobil. Mendekati pedagang kaki lima itu. Xandro dan Alex memesan makanan mereka. Tidak lama menunggu, pesanan telah di sajikan kehadapan mereka."Xan...kenapa lo mau sih, makan disini?" tanya Alex. Ucapannya sedikit di pelankan. Al