Share

Bab Lima - Singa Betina

Sedangkan di sisi lain, Edgar terlihat panik serta khawatir akan keadaan adiknya pasca tragedi telepon tadi. Hatinya terasa tidak tenang setelah mengetahui bahwa adiknya terkena tilang.

"Gue bilang juga apa, Ed. Lo terlalu jahil jadi abang. Becanda lo keterlaluan. Kalaupun gue yang ada di posisi Marissa, gue juga akan lakukan hal yang sama, atau bahkan bisa lebih parah dari itu."

"Tapi sayangnya lo bukan Marissa, Vid. Gue khawatir banget. Kira-kira Marissa gimana ya? Dia pasti nangis. Dia kan taat aturan banget. Selama ini dia belum pernah kena tilang. Udah gitu pasti Daniel bentak-bentak Marissa karena dia gak bawa SIM sama STNK." ucap Edgar sambil mondar mandir tak jelas.

"Lo terlalu overthinking sih. Menurut gue, Marissa bakal lewatin itu semua dengan tenang. Lo gak inget dulu waktu kita bertiga dipalakin anak kampung belakang komplek? Buktinya Marissa bisa tuh luluhin anak bar-bar macem mereka. Udah mending lo tenang dulu, duduk, napas yang teratur. Jujur gue pusing liat lo mondar mandir gini."

"Oh iya, mending kita bahas rencana kita buat lanjut pendidikan di STIK-PTIK. Gimana persiapan lo? Gue lihat akhir-akhir ini lo jadi jarang latihan." ucap David mengalihkan.

"Gue kan masih masa berkabung, seharusnya juga gue masih cuti, gara-gara kerjaan lo gak beres jadi gue terpaksa masuk." jawab Edgar yang masih saja terlihat khawatir.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan pintu sedikit mengalihkan pandangan Edgar yang sedari tadi menatap ke luar jendela.

"Masuk." ucap David.

"Mohon ijin, komandan. Saya diperintah oleh Pak Daniel untuk menyerahkan kunci mobil beserta dengan BPKB milik komandan yang tadi sengaja ditinggalkan oleh pacar komandan." ucap Anton kepada Edgar.

"Terimakasih Anton."

"Satu hal yang kamu perlu tahu, wanita yang kamu tilang tadi bukanlah kekasih saya, melainkan adik kandung saya yang baru saja pindah ke kota ini." ucap Edgar menjelaskan.

"Maaf Ndan, saya tidak tahu."

"Gak masalah. Terimakasih sudah mengantarkan mobil saya."

"Siap Komandan. Saya pamit undur diri. Permisi." ucap Anton meninggalkan ruang kerja yang ditempati oleh Edgar dan juga David.

Sementara itu...

Marissa tengah asyik berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Yogyakarta. Agaknya ia sudah melupakan kejadian tak mengenakan yang ia alamai beberapa menit lalu.

"Gila juga ya kalo dipikir. Gue anak pindahan, langsung kena tilang, dan dengan songongnya gue kasih aja tuh kunci mobil beserta BPKB ke polisi. Sedangkan gue langsung kabur, padahal niat gue kan tadi mau liat kampus baru gue." begitulah monolog yang diucapkan Marissa dikala ia tengah berjalan melintasi toko-toko yang ada di mall tersebut.

"Makan Recheese enak nih kayaknya, pesen fire chicken plus pink lava. Beuh surga dunia."

Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berjalan dari arah berlawanan tanpa melihat ke depan, alhasil lelaki itupun menabrak Marissa hingga ia terjatuh.

"BUTA LO? GAK PUNYA MATA? PERCUMA LO JALAN PAKE KAKI TAPI MATA LO GAK DIPAKE!" ucap Marissa dengan penuh emosi. Entah kenapa emosinya mudah bangkit, mungkin karena insiden penilangan yang baru saja ia alami.

"Maaf maaf mbak, saya gak sengaja. Saya buru-buru soalnya." ucap lelaki bertopi yang tadi tak sengaja menabrak Marissa.

"Enak banget lo bilang maaf! Enteng banget lo ngomong, gak ada rasa bersalah sedikitpun."

"Saya kan gak sengaja mbak." ucap pria itu lagi.

"Gue gak mau tahu, pokoknya lo harus tanggung jawab!"

"Astaga mbak, saya sedang buru-buru." ucap lelaki itu yang kemudian lari meninggalkan Marissa yang masih terduduk di lantai mall.

"Sialan! Apes banget sih gue hari ini. Astaga astaga, apa jangan-jangan dia copet? Soalnya dia kan lari dan bilang buru-buru. Wah gue harus cek dompet sama handphone gue nih." ucap Marissa yang kini tengah mencoba berdiri.

"Puji Tuhan aman... Oh mungkin aja masnya mau boker, jadi dia lari-lari. Udahlah, mending sekarang gue memanjakan diri dengan makan makanan favorit gue."

Tak lama kemudian sampailah Marissa di tempat makan favoritnya ketika ia sedang marah.

"Apa gue chat Kak Edgar aja ya? Kali aja dia mau makan fire chicken. Kasian juga kalo gue makan enak tapi dia gak makan enak. Udahlah gue telpon aja."

Akhirnya Marissa pun memutuskan untuk menghubungi sang kakak. Semarah apapun Marissa, tak bisa dipungkiri jika dia masih memiliki rasa kasihan serta kasih sayang kepada sang kakak, meskipun sang kakak selalu membuatnya naik pitam. Tak berselang lama, telepon pun terhubung.

"Edgar, lo mau fire chicken gak? Buruan, sebelum gue berubah pikiran."

"Haloo Dek Ica, ini Kak Dave, Edgar lagi di panggil komandan." jawab David yang ternyata sedang membawa telepon genggam milik Edgar.

"Loh, emangnya Edgar kenapa Kak Dave? Pasti gara-gara mobil ya? Aku jadi merasa bersalah nih, eh tapi kan ini salah Edgar juga, salah siapa pake acara sita SIM sama STNK mobil." jawab Marissa tak mau kalah.

"Bukan kok, Edgar kan mau lanjut sekolah lagi, masa kamu belum tahu, dek?"

"PTIK? Udah tahu lama, cuma Edgar kan belum jelas juga, sama kayak orangnya. GAK JELAS."

"Vid, lo ngapain telpon pake hape gue?" terdengar suara Edgar di seberang telepon.

"Nih cewek lo telpon, marah katanya lo lama bales chat." ucap David.

"Pacar gue? Halu aja lo jadi orang. Siniin deh hape gue."

"Halo?" Ucap Edgar yang terdengar sendu.

"Lo mau recheese gak? Buruan, sebelum gue berubah pikiran!" ucap Marissa yang terdengar ketus.

"Kamu gapapa kan dek? Maafin Kak Edgar ya, kakak lupa kalau kemarin kakak sita SIM kamu. Kakak bener-bener nyesel, dek." ucap Edgar yang terdengar memilukan.

"Cupu lo! Polisi kok cengeng! Kalo gue bisa telpon lo, berarti gue baik-baik aja. Ya walaupun gue dongkol banget sama kelakuan lo."

"Udah buruan, lo mau gak nih? Kalo enggak ya bagus, gue jadi bisa berhemat."

"Yaudah gue mau, dua ya sekalian buat David, nanti kakak transfer, sekalian ongkos buat kamu pulang." kata Edgar yang sekarang lebih tenang.

"Oke, nanti gue anter ke kantor lo, kak!" jawab Marissa.

"Haloo... halo adek..."

Panggilan pun terputus sepihak oleh Marissa, sepertinya singa betina itu masih menyimpan dendam pada kakaknya karena Edgar tadi melakukan hal yang sama pada Marissa.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status