Share

Bab Enam - Bertemu

Setelah puas berkeliling mall dan membeli barang-barang kebutuhannya, akhirnya Marissa melangkahkan kakinya ke toko donat dan kopi yang masih berada di mall tersebut.

“Kak, saya mau Jco donut 2 lusin, JPOPS 4 lusin, 1 Avocado Frappe Tre, 2 Caramel Jcoccino Tre." ucap Marissa menyebutkan pesanannya.

"Oh iya kak, yang Avocado less ice ya." ucap Marissa kemudian.

"Baik kak. Atas nama kak siapa?"

"Chaterine." jawab Marissa singkat.

"Untuk pembayarannya cash atau pakai card, kak?"

"Pake debit card bisa kan?" tanya Marissa kepada sang kasir.

"Bisa kak."

Kemudian Marissa menyerahkan salah satu kartu debit miliknya guna membayar pesanannya. Sembari menunggu pesanannya, Marissa pun memilih duduk di salah satu kursi yang berada di sudut toko tersebut. Netranya tak sengaja terfokus pada seorang pria yang tengah berdiri di lobby mall tersebut.

"Itu Kak Jevin bukan sih? Tapi kok dari muka sama postur badannya mirip Kak Jevin banget. Apa gue samperin aja ya?"

Saat hendak beranjak untuk menghampiri pria yang ia yakini adalah cinta pertamanya, tiba-tiba panggilan dari kasir membuat Marissa mengurungkan niatnya.

"Atas nama Kak Chaterine?" ucap si kasir memanggil nama Marissa.

Akhirnya Marissa pun melangkahkan kakinya dengan gontai. Hatinya masih merasa penasaran dengan apa yang baru saja ia lihat. Bagaikan mimpi yang jadi kenyataan jika ia bisa bertemu dengan sang pujaan hati.

"Silakan ini pesanannya, kak. Bisa di cek ulang dulu kak." ucap kasir dengan ramah.

"Gak perlu kak, terimakasih." jawab Marissa yang diiringi dengan senyum cantiknya.

Langkah kaki membawa Marissa keluar dari toko donat tersebut dan membawanya menuju salah satu toko yang digandrungi kaum hawa, yaitu The Body Shop. Setelah puas berbelanja di toko tersebut, Marissa pun memutuskan untuk menghubungi sang kakak.

"Kak Edgar..." ucap Marissa mengawali panggilan teleponnya.

"Kenapa dek? Udah selesai belanjanya? Atau mau kakak jemput?" 

"Udah kok, ini mau pulang, mau pesen taksi online. Kakak masih di kantor kan? Kalau masih aku mau ke sana." ucap Marissa kemudian.

Edgar yang berada di seberang telepon pun hanya mengulas senyum karena cara bicara Marissa yang sudah kembali normal. Hatinya terasa lega karena akhirnya Marissa bisa sedikit merasa lebih baik.

"Halo kak? Masih hidup kan?" ucap Marissa lagi yang membuyarkan lamunannya.

"Eh iya dek, masih kok. Kakak di kantor sampai jam lima mungkin, soalnya ada beberapa kasus yang harus diselesaikan hari ini juga." jawab Edgar.

"Oke pakpol, kalau begitu nanti aku pulang ke rumahnya nunggu kakak pulang aja, sekalian mau lihat kampus baru aku, sekalian survey kantor baru juga, hehehe."

"Siap kalo itu. Ya sudah, kamu hati-hati di jalan ya. Nanti kalau sudah sampai di depan kantor, langsung masuk aja, gak perlu lapor ke penjagaan." kata Edgar memberitahu adiknya.

"Oke, bye pakpol." ucap Marissa mengakhiri panggilan teleponnya.

"Baiklah, saatnya pesan taksi online." ucap Marissa kemudian.

Beberapa waktu kemudian, sampailah Marissa di depan gedung Polda, tempat sang kakak mencari nafkah. Marissa pun akhirnya melangkahkan kakinya untuk memasuki tempat teersebut. Namun tiba-tiba langkahnya dihentikan oleh suara tegas dari seorang polisi yang berjaga di pos penjagaan.

"MAAF MBAK, ANDA TIDAK BISA SEMBARANGAN MASUK KE SINI." ucap seorang polisi yang terdengar sedikit berteriak kepada Marissa.

Merasa dirinya lah yang ditegur, akhirnya Marissa memutar balikkan tubuhnya dan berjalan mendekati polisi yang tengah berjaga tersebut.

"Maaf pak, saya mau bertemu dengan Pak Edgar. Tadi beliau bilang kalau saya bisa langsung masuk tanpa harus lapor di pos penjagaan." kata Marissa menjelaskan.

"Ada keperluan apa Anda bertemu dengan Pak Edgar? Beliau sedang tidak berada di tempat." jelas polisi tersebut kepada Marissa.

"Hah? Gak ada di tempat? Barusan saya telepon beliau, katanya ada di kantor kok." 

Tiba-tiba, datanglah seorang polisi wanita mendekati Marissa.

"Dek Ica?" kata polisi wanita terrsebut.

Merasa namanya dipanggil, Marissa pun melihat ke asal suara.

"Kak Debby? Kok kakak ada di sini?" ucap Marissa yang sedikit kaget karena bertemu dengan mantan kekasih kakaknya.

"Kakak kan memang tugas di sini dari awal penempatan. Kamu sendiri ngapain di sini? Mau ketemu Mas Edgar?" tanya Debby kepada Marissa.

"Iya kak, cuma kata pak polisi ini, Kak Edgar gak ada di tempat." jelas Marissa dengan ekspresi sendu.

"Oh itu? Mas Edgar memang keluar sebentar, sebentar lagi juga pulang kok." kata Debby menenangkan Marissa.

"Kalau gitu, kamu ikut kakak aja dulu, nanti kalau Mas Edgar udah balik ke kantor, kakak antar kamu ke ruangannya." kata Debby lagi.

"Oke deh kak. Terus ini aku harus lapor dulu gak?"

"Gak perlu, udah santai aja." 

Akhirnya Marissa pun mengekori Debby. Tak ada percakapan di antara keduanya. Keduanya fokus pada pikiran masing-masing.

"Dek Ica, kamu tunggu sini dulu ya, Kak Debby ada perlu sebentar. Oh iya, lebih baik kamu kabari kakakmu dulu supaya nanti ketika beliau sudah sampai di kantor, kamu bisa langsung menemuinya." ucap Debby.

"Iya kak, makasih udah bantu Ica."

"Kalau begitu, kakak tinggal sebentar ya, dek." ucap Debby yang kemudian berlalu meninggalkan Marissa di  salah satu ruang tunggu.

Tak lama kemudian, datanglah seorang pria yang wajahnya tak asing bagi Marissa. Anton. Pria yang beberapa jam lalu hendak menilangnya. 

"Maaf, dengan Mbak Chaterine Marissa? Adik dari Pak Edgar?" tanya Anton kepada Marissa yang diiringi dengan senyumnya yang memikat hati kaum hawa.

"Saya sendiri." jawab Marissa.

"Mari ikut saya, mbak."

Entah bagaimana, ucapan yang dilontarkan Anton bagaikan mantra sihir yang mampu menghipnotis Marissa. Sedangkan kini, Marissa hanya berjalan mengekori Anton menuju ruang kerja Edgar.

Sepertinya Marissa mulai tertarik kepada Anton.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status