Akhirnya Sky membuat beberapa peraturan untuk mereka berdua, karena kenyataannya Lizie masih harus tinggal bersamanya selama dua tahun lagi dan Sky merasa perlu membuat aturan tegas untuk menjaga otaknya tetap waras. Karena tinggal satu rumah dengan seorang gadis muda ternyata bukan sesuatu yang bisa serta-merta dia remehkan.
Hari masih sangat pagi ketika Sky terbangun oleh suara televisi yang sudah berisik seolah rumahnya dihuni oleh satu lusin orang. Setelah liburan mereka awal bulan lalu belakangan ini Lizie semakin terlihat rajin untuk membuat makanan Itali. Lizie sedang belajar membuat beberapa jenis masakan tradisional Itali yang di sukai Sky selama mereka berlibur kemarin.
"Apa tidak bisa kau kecilkan sedikit suara televisinya?" Sky menghampiri meja pantry dan langsung mengambil potongan daging asap dari mangkuk yang belum sele
Sky masih mencekal pinggang Lizie dan menaut kembali bibinya dengan tidak sabaran tanpa pernah sadar jika sedang ada yang memperhatikan mereka. Hanya dengan melihatnya saja Lukas paham seperti apa fakta hubungan mereka berdua tanpa perlu dijabarkan lagi. Setelah mobil Sky pergi Lukas juga segera kembali ke dalam bar berharap bisa lekas menyelesaikan jam kerjanya dan pergi ke klub tempat Justin bekerja. Justin bekerja sebagai DJ di klub yang menjual berbagai minuman dangan harga lebih terjangkau untuk katong anak muda. Lukas akan pergi ke sana jika hanya ingin mengisi lambungnya dengan uap minuman panas hingga kepalanya ringan. Mungkin dia juga akan menemukan gadis untuk diajak bermalam karena sudah hampir dua bulan dirinya tidak bersenang-senang dengan teman wanita. Sejak kembali bertemu Lizie dia memang lebih sering menemani gadis itu berkeliling dan berlarian di Central Park.
20% dari warisan seorang Gerald Dawson tetap bukan jumlah yang sedikit untuk membuat Celine Dawson tetap bisa hidup makmur seumur hidup tanpa harus susah payah bekerja. Dia juga menempati property seharga 150 juta dolar di kawasan The Hamtons, kawasan paling elite dengan pantai privat serta lapangan golf di tepi pantai.Celine Dawson sedang menyesap lemonite dari gelas kristalnya sambil menikmati udara pantai dari samudra Atlantik yang mulai berangin di sepanjang kawasan Long Island."Apa kau yakin itu anak Sky?" tanya Vivian Dawson pada putrinya yang mendadak mau repot-repot untuk hamil."Yang terpenting Sky mau mengakui ini adalah anaknya.""Kalian harus menikah.""Untuk apa
Lukas pergi ke Central Park dan menelpon Lizie untuk bertemu segera, tapi sialnya Lukas lupa jika Sky Adington mungkin juga sudah memblokir namanya apa lagi setelah kejadian tempo hari, dirinya sudah membuat Lizie melanggar beberapa aturan dari pria itu. Pasti Sky Adington sangat marah dan tidak akan mengijinkan Lizie untuk menemuinya lagi. Tiba-tiba Lukas merasa sangat bodoh. Sekarang Lukas harus berpikir keras bagaimana bisa menemui Lizie lagi. Setelah duduk sekitar satu jam dan belum juga menemukan ide apapun akhirnya dia pergi ke apartemen Lizie dan ternyata dia juga hanya bisa mendongak memandangi gedung pencakar langit itu tanpa mampu berbuat apa-apa. Mustahil dia bisa mengambil seorang gadis dari seorang Sky Adington. Lizie seperti berada di tempat yang sangat tidak terjangkau untuknya dan Lukas yakin Lizie juga akan mengikuti semua perintah Sky Adington dengan sangat patuh. Luka
Ketika kembali sadar Lizie mendapati tangan dan kakinya terikat, mata serta bibirnya juga ditutup hingga dia hanya melihat gelap dan tidak bisa berteriak. Secara naluri Lizie sedang sangat ketakutan dia benar-benar tidak tahu sedang berada di mana, yang Lizie ingat hanya satu hal mungkin tubuhnya akan dimutilasi dan dibuang ke rawa seperti yang sering dikatakan Sky untuk menakut-nakutinya.Jantung Lizie berdegup sangat kencang dengan nafas memburu kasar, dia sudah berusaha berkelit dari ikatan tapi tidak bisa berbuat banyak karena tangannya diikat ke belakang ke sebuah tiang. Lizie ingin berteriak tapi yang keluar hanya otot lehernya yang mengejang, suaranya tertelan kembali dan dalam gelap gulita sepertinya memang tidak ada hal lain yang pantas untuk dia rasakan kecuali rasa takut. Berulang kali Lizie berusaha menyentak tangannya tapi ikatannya masih terlalu kencang dan justru pergelang
"Tolong....!" "Tolong.... Tolong aku!" Teriak Lizie yang segera disusul suara derap langkah cepat menaiki anak tangga. Seketika pintu di depannya seperti didobrak hingga Lizie ikut merasakan hempasan angin dari daun pintu yang didorong dengan kasar. "Sudah kuingatkan jangan berteriak!" bentak suara berat itu terdengar sangat marah. "Aku harus ke toilet. " Lizie tidak tahu seperti apa reaksi pria itu karena matanya masih tertutup. "Aku tidak tahu bagaimana harus memanggilmu." Nampaknya mereka baru sama-sama bingung. Pria itu juga tidak tahu bagaimana Lizie bisa ke toile
Malam semakin larut Lizie berusaha untuk bisa tidur walaupun rasanya aneh harus tidur di kamar yang asing dan sadar dirinya sedang disekap seorang penculik. Bukannya memejamkan mata Lizie malah mulai membayangkan seperti apa kira-kira pria yang sedang menculiknya. Jika menilai dari suaranya yang berat pastinya dia laki-laki dewasa tapi masih cukup muda, mungkin juga bertato. Lizie membayangkan banyak tokoh penjahat dan penculik yang sering dia lihat di film-film karena seumur hidup Lizie juga belum pernah melihat seorang penculik apa lagi membayangkan dirinya bakal diculik seperti ini. Preman jalanan pun enggan untuk mengganggunya karena dia sendiri sudah biasa hidup dan berkumpul dengan berbagai jenis manusia dari berbagai profesi kotor mulai pengedar obat terlarang hingga gangster di tempat hiburan malam.Karena terus memikirkan seperti apa rupa penculiknya Lizie sampai tidak ingat sama sekali jika malam itu dirinya tertidur. Lizie hanya terkejut ketika terbangun oleh suara
David segera turun karena ingat dia juga harus membuat sarapan untuk Lizie. Bukannya segera membuat makanan, David malah cuma berdiri di ambang pintu dapur dan kembali memikirkan Alizia Moris yang sekarang sudah tahu siapa dirinya. David memang tidak akan pernah mau melakukan semua ini jika bukan karena permintaan adik perempuannya. Sudah sejak kemarin David harus menutup bar dan restoran, meliburkan semua pekerja karena harus menyimpan seorang gadis di kamarnya.David mengelola bar dan rumah makan warisan ayahnya di kawasan pantai Montauk. David juga tinggal di situ menempati lantai dua sebagai tempat tinggalnya sementara lantai satu merupakan bar dan restoran. Kamarnya ada di loteng yang sekarang di tempati Lizie. Karena selalu tinggal seorang diri sejak sang ayah meninggal lima tahun yang lalu jadi saat bar dan restoran tutup seperti ini rasanya hanya tinggal kesunyian yang menemaniny
Bisa kembali ke rumah, duduk dan bermalas-malasan di sofa bersama Sky yang terlihat sibuk sendiri dengan layar monitor di depannya membuat Lizie merasa kembali ke peradaban. Walaupun baru beberapa bulan tinggal bersama Sky ternyata rasanya sudah seperti tinggal seumur hidup dengan pria itu. Lizie sangat takut jika ingat dirinya tidak bisa melihat Sky seperti kemarin. Kadang Lizie juga penasaran apa Sky juga pernah merindukannya. Walaupun tak semanis yang dipikirkan Lizie minimal apa pria itu tidak pernah rindu berdebat dengannya. Lizie kembali cemberut karena hanya bisa menebak-nebak isi pikiran Sky. Lizie curiga memang tidak pernah ada apapun yang bisa mengendap di dalam hati seorang pria yang juga bisa begitu mudah menyukai berbagai jenis wanita. Pria yang sangat masuk akal memang cenderung tidak pernah memfungsikan hatinya. "Kita akan tinggal di Hampton," kata Sky t