Share

PENOLAKAN KIARA

Bukankah Victor sangat gila, bisa-bisanya dia mengintai Kiara melalui cctv tersembunyi. Yang mana bisa melihat apapun kegiatan Kiara, Victor tersenyum smirk. Pria itu terus menatap Kiara yang kini masuk ke dalam kamar mandi.

Victor mengerang, dan menggeram. Pria itu mengeluarkan miliknya, dan melakukan solo karir bermodalkan bantuan Kiara. Gila, Victor memang sudah gila.

Setelah menuntaskan segalanya, dan melihat Kiara yang mulai bersiap tidur. Victor menutup laptopnya, pria itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Kedua matanya memejam.

"Kau harus menjadi milikku, Kia. Kau tidak bisa berharap kepada putraku, untuk apa kau mengharapkan Edwin yang malah memilih wanita lain?" gumam Victor, pria itu membuka matanya, dan mendesah pelan.

"Kenapa susah sekali menjeratmu? Sedangkan di luar sana para wanita biasanya langsung melemparkan dirinya kepadaku, tapi kau?" Victor mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

Tak lama kemudian, Victor berdiri. Pria itu melangkah keluar dari ruang kerjanya, dan menuju kamar Kiara. Setibanya di sana, Victor dengan pelan dan hati-hati masuk ke dalam kamar tersebut. Victor tersenyum saat melihat Kiara yang sudah terlelap.

Victor menaiki ranjang secara pelan, pria itu menarik tubuh Kiara ke dalam dekapannya. Kiara menggeliat, Victor pikir jika wanita itu akan bangun. Namun salah, yang ada Kiara semakin merapatkan tubuhnya.

"Cantik, kau selalu cantik. Kia," bisik Victor, ia menatap lekat wajah cantik Kiara. Sebelum akhirnya mengecup bibir ranum itu.

Keesokan harinya,

Kiara menggeliat, wanita itu membuka matanya. Kiara tersenyum saat tidak merasakan mual kembali seperti sebelumnya, tapi kini hidungnya mengendus-endus. Kiara seperti merasakan bau yang tidak asing.

"Kenapa ada bau parfum Daddy Victor? Apakah dia kesini? Tapi tidak mungkin, apakah karena semalam aku berdekatan dengannya?" monolog Kiara, ia menggelengkan kepalanya.

Sementara itu di sisi Victor, pria itu terkekeh gemas setelah melakukan aksi nekat dengan mendatangi kamar Kiara. Beruntung wanita itu bangun setelah dia pergi, Victor melangkah menuju kamarnya.

"Kau baru pulang, Edwin?" tanya Victor sebelum masuk ke dalam lift, pria itu melihat putranya yang baru keluar dari lift dengan penampilan yang sedikit berantakan.

"Iya, Dad. Aku baru pulang,"

"Dari mana? Kenapa penampilanmu juga berantakan seperti ini?" cerca Victor, ia menatap penuh selidik ke arah Edwin.

"Aku ada pekerjaan di luar kota, Dad. Wajar jika penampilanku seperti ini, pekerjaanku sangat banyak dan membuatku pusing," keluh Edwin, Victor mendesah pelan.

"Yasudah, istirahatlah. Daddy tadi mencarimu, ternyata kau baru pulang," kilah Victor, Edwin hanya mengangguk.

"Kalau begitu aku ke kamar dulu, Dad,"

"Ya," lirih Victor, pria itu melangkah masuk ke dalam lift dan tersenyum smirk.

Ruang makan,

"Berangkatlah bersama Daddy saat Parker izin," titah Edwin, membuat Kiara menggelengkan kepalanya. Sementara Victor tersenyum tipis, tipis sekali.

"T-tidak usah, Kak. Aku bisa berangkat naik taxi, lagi pula nanti merepotkan Daddy," ucap Kiara, Edwin menatapnya tajam.

"Bisakah kau tidak membantahku, Kiara?" geram Edwin.

"Sudahlah, Edwin. Tidak apa-apa, mungkin Kiara tidak nyaman berangkat bersama Daddy," sahut Victor dengan suara dinginnya, ia sedikit tidak suka melihat Edwin yang sedikit membentak Kiara.

"Tidak bisa, Dad. Seharusnya dia tau jika kawasan mansion ini sangat jauh dari jalanan besar, mana bisa dia memesan taxi? Lebih baik dia berangkat bersama Daddy saja," ujar Edwin, pria itu menatap Kiara kembali.

"Berangkat bersama Daddy, jangan merepotkan diri sendiri yang nanti ujung-ujungnya kau merepotkan orang lain!" sentak Edwin, Kiara akhirnya mengangguk. Wanita itu tidak dapat menolak kembali.

Pada akhirnya, kini Kiara sudah berada di dalam mobil Victor. Terlihat pria itu sedang memakai seatbelt, kemudian Victor melirik ke arah Kiara. Victor mendengkus geli, pria itu mencondongkan tubuhnya ke arah Kiara. Membuat Kiara mencengkram pakaiannya, dan memejamkan kedua matanya. Bahkan dia menahan nafasnya.

Klik!

"Aku hanya membantumu memasang seatbelt, tidak mungkin aku menciummu di sini. Kecuali kau yang mau sih," ucap Victor, Kiara membuka pejaman matanya. Wanita itu menatap datar Victor yang tersenyum.

"Kau sangat cantik, Baby."

Cup!

Victor mengecup pipi kiri Kiara, membuat Kiara melototkan matanya. Wanita itu menoleh ke arah Victor yang tertawa. Kiara kesal, sangat kesal.

"Daddy apa-apaan sih!" ketus Kiara.

"Apa?" tanya Victor dengan datar.

"Kenapa cium-cium, Kiara?"

"Bukan ciuman, itu kecupan Kiara. Jika ciuman seperti ini." Victor ingin menoleh, tapi Kiara menahannya.

"Berhentilah, Dad. Lebih baik kau fokus menyetir dan berhenti menggangguku!"

Victor mengalah, akhirnya pria itu diam. Hingga tak lama kemudian mereka sampai di wilayah kampus Kiara, Kiara bersiap. Wanita itu ingin segera turun, namun Victor menahannya.

"Kabari Daddy jika kau sudah pulang, biar Daddy menjemputmu," kata Victor.

"Tidak perlu, Kiara bisa pulang sendiri. Terimakasih atas niat baik Daddy." Kiara turun dari mobil, wanita itu menutup pintunya sedikit keras. Membuat Victor berjingkat.

"Kenapa dia menjadi bar-bar begini?" gumam Victor sembari mengelus dadanya.

Anderson Corporation,

"Apakah ada meeting siang ini, Joshua?" tanya Victor, pria itu menatap asistennya.

"Ada, Tuan. Apakah Tuan ada acara?"

"Ya, aku ingin menjemput Kiara. Jadi batalkan semua meeting hari ini, atau kau bisa menggantikanku," ujarnya dengan enteng.

"Tapi nanti kita meeting bersama Tuan Reynold, Tuan. Proyek yang akan kita bahas juga sangat penting,"

"Batalkan, aku ingin menjemput Kiara. Jika mereka tidak ingin di batalkan—batalkan saja kerja samanya," ucap Victor, membuat Joshua menganga lebar.

Setelah berdebat sedikit dengan Joshua, akhirnya Victor sibuk dengan pekerjaannya. Hingga siang harinya, Victor benar-benar menjemput Kiara. Kini mobil mewahnya sudah terparkir di depan kampus Kiara, Victor sendiri pun menunggu Kiara di luar dengan bersandar pada mobilnya.

"Kiara," panggil Victor saat melihat Kiara yang baru saja keluar dari gerbang, Kiara memejamkan kedua matanya sejenak. Lalu mendekati Victor.

"Aku sudah mengatakannya, aku bisa pulang sendiri. Dad, kenapa kau malah menjemputku?"

"Aku juga sudah mengatakannya, Baby. Aku akan menjemputmu, sekarang masuklah," titah Victor, ia membukakan pintu untuk Kiara. Kiara mendengkus kesal.

"Kau mau mampir ke suatu tempat terlebih dahulu, Baby?" tawar Victor, saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil.

"Tidak, aku ingin langsung pulang. Dad, dan satu hal—jangan memanggilku dengan sebutan itu!" kesal Kiara, Victor terkekeh.

"Memangnya kenapa? Panggilan itu sangat bagus untukmu, Baby," ucap Victor, pria itu melirik Kiara yang mengalihkan wajahnya ke arah lain.

Kiara lebih memilih diam, daripada menanggapi ucapan Victor. Sementara Victor, ia mencari tempat untuk berhenti. Ketika menemukannya, ia menghentikan mobilnya. Kemudian meraih kedua tangan Kiara, membuat wanita itu terkesiap dan menatap Victor.

"Dad, apa yang kau lakukan? Lepa—"

"Jadilah kekasihku, Kiara. Atau istriku,"

Jantung Kiara berdetak dengan cepat, dadanya pun berdebar tidak karuan. Lidahnya terasa keluh, Kiara terkejut. Detik selanjutnya wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Kia—"

"Maaf, Daddy. Kiara tidak bisa, Kiara sudah memiliki suami, dan suami Kiara putra Daddy sendiri. Jadi Kiara mohon, jangan ganggu Kiara. Lupakan semua perasaan atau obsesi Daddy terhadap Kiara, sampai kapanpun Kiara tidak akan mau menjadi kekasih bahkan istri. Daddy," tolak Kiara dengan tegas.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Chy Doang
Ayok daddy jangan menyerah wkwkwkwkwk astaga ara paling bisa bikin yg baca jungkir balik ᥬ...᭄ ᥬ...᭄ ᥬ...᭄ lanjut
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
bgs ya crtnya ..smga Edwin cpt ceraikan si kia,,byr Daddy Victor sama kita...
goodnovel comment avatar
Wortel Cake
Semakin kau tolak semakin membuatKu ingin mendapatkanMu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status