Devi melirik Radit sejenak, dengan segera ia dapat menangkap maksud Radit dan menganggukan kepalanya."Benar, Awan mengalami kecelakaan dua bulan yang lalu. Kepalanya kena benturan yang cukup kuat dan itu yang menjadi penyebab amnesianya. Aku sengaja mengajaknya ke sini dan bertemu kalian, dengan harapan dapat memulihkan ingatannya kembali."Sherla dan yang lainnya terkejut, kerongkongan mereka merasa tercekat dan sulit untuk berkata-kata. Mereka merasa prihatin dan turut sedih dengan apa yang menimpa Awan. Mereka mengelilingi Awan dengan kompak, seakan enggan melepaskannya. Awan sempat menatap bingung Devi, karena ini tidak ada sama sekali dalam skenario mereka sebelumnya. Devi hanya mengedipkan matanya dan memberi kode pada Awan untuk mengikuti apa yang diucapkannya."Kecelakaan apa yang menimpa Awan?" Tanya Karin masih syok mendengar penjelasan Devi. Sekarang semuanya menjadi masuk akal. Jika begitu keadaannya, apa Awan masih akan mengingat permintaannya dulu? Karin penasaran unt
Saat Awan dan yang lainnya datang ke area pemakaman, cuaca sedikit mendung dan sepi dari aktifitas pengunjung. Mungkin karena hari itu adalah hari sibuk, sehingga tidak ada pelayat yang berkunjung ke sana. Namun, ketika mereka tiba di makamnya Renata. Sudah ada dupa yang dibakar dan masih menyisakan setengahnya, mungkin ada pelayat yang mengunjungi makam tersebut sebelum mereka. Mereka di sana sekitar tiga puluh menit dan semua orang menatap Awan penasaran, berharap ada sesuatu yang bisa membangkitkan memori Awan. Tapi, setelah melihat ekspresi biasa Awan, mereka menjadi kecewa. Karena cara itu sepertinya masih belum berhasil untuk merangsang ingatan Awan."Awan, apa ada yang kamu ingat tentang kak Renata?" Tanya Sherla penasaran.Seperti dugaannya, Awan menghela napas berat dan terlihat kecewa karena masih tidak mengingat apapun tentang sosok Renata yang menurut teman-temannya adalah kekasih yang paling dicintainya ketika di sekolah dulu.Awan menggeleng lemah, "Maaf, aku masih tid
Mata Devi menyipit tajam menatap wanita misterius tersebut. Fakta bahwa ia mengetahui identitas Devi, menunjukkan bahwa ia bukanlah wanita sembarangan. Yang dicemaskan Devi, wanita ini tentu datang dengan persiapan sebelumnya. Adanya Awan dan yang lainnya dibelakangnya, Devi tidak akan berkompromi lebih jauh dengan wanita di depannya itu. Jika ia di sana untuk mencelakai teman-temannya."Siapa kamu dan apa tujuanmu?" Tanya Devi dingin.Dari balik tudungnya, wanita tersebut tersenyum dingin, "Seperti yang kukatakan, kamu bukan lagi ancaman bagiku. Jadi, kamu tidak layak untuk bertanya."Setelah mengucapkan kalimat itu, wanita bertudung misterius tersebut tiba-tiba menghilang dari tempatnya berdiri. Radit juga terkejut dan tidak sempat beraksi, begitu wanita tersebut secara tidak terduga muncul di depan Devi.Devi tentu saja bisa melihat gerakan itu dengan sangat jelas, bagaimapun kemampuannya tidak lebih lemah dari wanita tersebut. Devi langsung menghimpun energi internalnya dan coba m
Radit tidak punya pilihan lain, meski tabu baginya untuk menyerang wanita. Namun, tidak sekarang. Tidak, saat wanita ini mengancam teman-temannya. Melihat wanita tersebut sama sekali tidak berhenti, Radit terpaksa maju dan menyerang dengan jurus andalannya. Tapi, serangan tersebut tidak ada apa-apanya bagi si wanita. Hanya dalam satu sapuan, serangan Radit berhasil dimentahkannya. Lalu, satu pukulan wanita tersebut cukup untuk mengirim Radit terbang sejauh belasan meter dan baru berhenti ketika tubuh Radit menghantam pagar pembatas makam.'Braakk'Radit meringkuk kesakitan, seluruh tulang ditubuhnya serasa remuk. Sulit untuk mempercayai betapa mengerikannya kekuatan wanita misterius ini. Radit yang dalam kesatuannya merupakan salah satu peringkat atas, sehingga terpilih masuk menjadi menjadi pasukan elit., seketika menjadi terperangah dan tidak percaya, jika ia akan kalah hanya dalam satu pukulan dari seorang wanita.Dalam kesatuan, kemampuan Radit sebanding dengan kemampuan lima pul
Awan tidak mengerti apa salahnya, sampai membuat wanita ini marah dan memukulinya. Ia sekali lagi coba bangkit, Awan berpikir, jika dengan ini ia dapat membuat wanita ini puas dan meninggalkan teman-temannya, maka ia tidak keberatan menerima pukulan dan tamparan sebanyak apapun.Di sisi lain, si wanita misterius dibuat terkejut, karena Awan sama sekali tidak membalas dan justru menerima tamparannya mentah-mentah. Selain itu, ada hal lain yang membuatnya lebih tidak percaya, dua tamparan barusan sedikit lebih kuat dari pukulan yang dilayangkannya pada dua teman Awan. Tapi, Awan terlihat tidak mengalami luka serius dan masih bisa bangkit. Tamparan kerasnya, hanya menyisakan sedikit bekas merah di pipi Awan, tapi itu bukan luka yang bisa berdampak serius."Kamu, kenapa kamu tidak membalasnya?" Tanya wanita misterius tersebut heran."Membalas?" Bagaimana mungkin dirinya bisa membalas, wanita tersebut begitu sadis dan kuat. Devi saja, bahkan tidak berkutik menghadapinya. Apalagi dirinya?
Wanita tersebut mengira jika Awan memandang remeh dirinya, jadi tidak ada salahnya membuat Awan mengingat namanya jika itu bisa membuat Awan lebih serius menghadapinya, "Baiklah. Namaku Disa dan saudara lelakiku yang tewas bernama, Denis. Sekarang, ingat nama kami baik-baik, agar kamu dapat menemukan saudaraku di alam sana untuk meminta maaf padanya."Setelah mengucapkan itu, Disa kembali menyerang Awan. Sekarang, ia tidak lagi menahan kekuatannya, dia mengeluarkan kekuatan yang sebenarnya. Udara di sekitarnya langsung terdistorsi begitu Disa melancarkan serangannya.'Bam.'"Awan?" Teriak Karin dan yang lainnya dengan napas tertahan.Devi juga menjadi semakin pucat dan kesal, karena tidak bisa berbuat apapun saat melihat Disa menyerang Awan.Braakk.Awan terbang cukup jauh, sebelum berhenti ketika menabrak salah satu kuburan dan menghancurkan batu nisan di atasya.Wajah Awan terlihat pucat, lalu memuntahkan seteguk darah segar.Disa tidak berhenti sampai di situ, dia kembali melesak d
'Glegar.'Mungkin ucapan Karin hanya tiga kata, tapi tiga kata itu seakan sengatan listrik langsung dalam kepala Awan."Sa-say..ang, Aku... sakit,""Aku.. aku bahagia. Kumohon, kamu tetap hidup. Aku dan... anak kita menunggumu di syurga."Sebuah kilasan memori tiba-tiba hadir berulang kali dalam kepala Awan, dan itu membuat tubuhnya gemetar kuat. Tanpa sadar, tubuh Awan mulai menegang, ketakutan dan rasa sakit yang begitu kuat seakan membuat seluruh tubuhnya meregang dan tanpa henti memberi rasa sakit."Angel... Angel.. tidak-tidak, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu." Ucap Awan tanpa sadar. Lalu, sebuah cahaya berwarna hijau menerangi kedua tangannya dan seolah tahu apa yang harus dilakukannya, tangan Awan bergeser ke bagian tubuh Karin yang terluka. Cahaya kehijauan tersebut secara alami berpindah masuk ke dalam tubuh Karin dan menyembuhkan setiap sel yang ada di dalamnya.Bagian atas tubuh Karin tersentak dan sedikit terangkat naik. Ia juga tidak mengerti apa yang te
Sekelompok pasukan elit dengan berpakaian ala pasukan khusus datang ke area pemakaman. Hanya saja, kedatangan mereka sedikit terlambat, karena musuh sudah pergi. Mereka hendak menyusul dan mengejarnya, namun teriakan Devi seketika menghentikan niat mereka.Tentu saja Devi tahu, kalau orang-orangnya tidak akan sanggup menghadapi Disa. Bagaimanapun, Disa merupakan seorang grandmaster setengah langkah, sama seperti dirinya. Meski orang-orangnya kuat, namun tidak akan mudah bagi mereka untuk dapat menaklukkan serta menangkap Disa.Ya, orang-orang ini merupakan unit dari pasukan elit tim Zeta. Pasukan khusus yang ada di bawah komando Devi. Devi segera menekan tombol darurat yang terhubung langsung dengan pasukannya, begitu sadar jika ia berhasil diperdaya oleh musuh. Tentu saja, prioritas utama dirinya adalah keselamatan ketua klan, Awan.Pasukan Devi tersebar di beberapa tempat di kota Bandung. Begitu mendapat peringatan tanda bahaya Devi, mereka langsung bergerak dan melacak keberadaan