Share

tanya

Hari sudah semakin sore, tapi mas Deni belum menemui kami. Perut kami mulai protes, maklum kami belum makan apapun selain yang dihidangkan pak Narto.

Rifki dan Hendi berkali-kali menghubungi aku dan Mei. Mereka khawatir karena membiarkan aku dan Mei pergi ke tempat yang sama sekali belum pernah kamu datangi.

"ehm, makan dulu. kalian pasti laper"

Mas Deni tiba-tiba keluar dengan membawa nasi beserta lauk. Rasa lapar seakan menghilangkan urat maluku dan Mei. Kami menyantap makanan tanpa ragu, sungguh baru kali ini kami seperti ini.

Mas Deni hanya melihat kami makan, mungkin benaknya heran melihat aku serta Mei seperti kalap.

"kamu nggak makan mas?" tegurku

"saya sudah makan" singkatnya

Hanya itu jawabannya, tak ada perkataan basa-basi lain. Rasanya aku ingin sekali mengungkapkan semua pertanyaan yang sudah aku susun tapi sekali lagi aku masih fokus pada perutku.

Hingga akhirnya semua hidangan kami habis, baru aku mulai mengumpulkan nyali untuk meluapkan semua kekesalan.

"ehm mas, boleh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status