Melangkah memasuki bangunan kantor itu. Lily melihat orang-orang di sekelilingnya terus memerhatikannya. Dia berjalan dengan begitu canggung dan malu. Lily melihat pada sepatu dan pakaiannya sendiri, dia juga mengecek rambutnya. Menurutnya tidak ada yang salah, tapi Lily masih bingung mengapa mereka terus melihati dirinya. Pakaian yang dirinya gunakan juga hampir sama dengan wanita kantoran yang lain. Ataukah jangan-jangan mereka melihatnya karena bersama dengan Tuan Kendrick. Lily pikir itu benar. Tuan Kendrick mungkin tak pernah berjalan bersama dengan wanita selain aku. “Tuan. Mereka melihati kita,” Lirih Lily menundukkan pandangannya. “Jangan terkejut. Mereka memang biasa begitu.” “Tapi jika seseorang menyapamu. Kau juga harus menyapanya.” Seorang pria berkaca mata melangkah dengan arah berlawanan, dia tampak tersenyum pada Kendrick. “Sore, Bos!” “Sore,” balas Kendrick dengan senyum ramah. Saat itu Lily melihat padanya. “Seperti itu,” ucap Kendrick beg
Menatap pada gedung tinggi perusahaan Bahesmana Indah. Alexandria mengingat jika perusahaannya dulu sempat menjalin kerja sama dengan perusahaan ini sebelum Zamir Bahesmana dinyatakan menghilangkan.Di sepanjang langkah kakinya, Alexandria selalu teringat dengan sahabat karibnya itu. Entah di mana dia sekarang dan bagaimana keadaannya, tidak ada yang tahu.Bahkan sampai sekarang polisi pun tidak bisa menemukan keberadaan Zamir Bahesmana. Siapa pun yang telah menculik Zamir, dia benar-benar jahat dan sadis. Bahkan mereka melakukan pembunuhan pada istrinya, Marry Jasmine Bahesmana. Alexandria masih ingat tentang bagaimana wartawan memberitakan tentang penemuan mayat Marry yang terpisah antara badan dengan tubuh. Benar-benar sakit saat mengingat kejadian kelam itu.“Mbak. Saya ingin bertamu dengan Tuan Kendrick. Apakah dia ada?”Mbak-mbak staff administrasi saat itu sedang sibuk dengan komputernya.“Sebentar ya, Bu. Saya telepon dulu sekretarisnya. Takutnya dia masih sibuk,” ucapn
“Apa, Nak? Alvin?”“Alvin melakukan tes DNA?”Lily semakin bertambah panik, apalagi ketika melihat wajah Ibu Alexandria bingung. Dia benar-benar merasa bersalah.Sementara itu Kendrick merasa aneh karena ternyata si rambut merah itu tidak menanyakannya pada Alexandria tentang apa yang mereka bicarakan saat itu. Kendrick takut ternyata dia menyembunyikan semua itu. Namun Kendrick masih berusaha berpikir positif. Mungkin saat Alvin lupa ataupun masih sibuk.“Sebenarnya aku memberikan pada dia beberapa helai rambut Lily sebagai bahan tes DNA.”“Itu karena aku menyadari kemiripan antara kalian berdua. Tapi tak masalah, mungkin dia masih sibuk atau lupa.”Kemarin Alexandria sempat bertemu dengan anak laki-laki itu. Tingkah Alvin memang sedikit berbeda dari biasanya. Dia menjadi lebih pendiam dan sedikit canggung saat itu, padahal biasanya anak itu sangat ramah dan periang.“Kau benar-benar menyuruh anak itu?” tanya Bu Alexandria ragu.“Benar, Bu. Jika ibu tidak percaya, maka tany
Hari ini adalah hari minggu. Hari di mana semua pekerja beristirahat. Lily ke luar rumah, menikmati suasana pagi yang begitu sunyi dan damai.Langit mulai memerah seiring terbitnya sang mentari. Angin-angin terus berembus sejuk. Suasana pagi di halaman rumah Kendrick begitu indah, Lily masih bisa memanjakan penglihatannya memandang rerumputan dan tanaman-tanaman hijau di sekitar. Sedikit mengingatkannya saat berada di halaman rumahnya dahulu.Di sana ada Kendrick yang tengah duduk santai dengan segelas kopi. Melamun dengan menikmati keindahan sang mentari masih memerah. Menurutnya tidak ada waktu yang lebih baik dari hari minggu di pagi buta.Lily datang menghampiri dan duduk di kursi samping Kendrick.“Tuan. Apa yang kira-kira kau lakukan hari ini?”“Tidak ada.” Kendrick kemudian menyeruput kopinya. Biasanya saat hari minggu, kegiatan Kendrick hanya tidur atau bermain video game. Tak tahu kenapa dia selalu malas berlibur ke suatu tempat atau hanya untuk keluar rumah.“Memangnya
“Maaf, Lizy. Aku tidak menyuruh ibumu untuk menemuiku. Dia sendiri yang tiba-tiba datang.”Tatapan Lizy semakin menajam sinis. “Aku tidak peduli akan itu.”“Di sini aku hanya mengingatkanmu, jika kau mengulangi kesalahan yang sama lagi, maka kau akan lihat sendiri nanti akibatnya!” Gadis tak beradap itu enyah dari hadapannya. Lily melihatnya dari bawah hingga ke atas, seringai licik menghiasi bibirnya.Liza masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Gadis yang tadi itu adalah salah satu pewaris kekayaan keluarga Hartberg. Permasalahan apa yang Lily hingga dia begitu marah?“Kau punya masalah apa dengan anak konglomerat itu?” tanya Liza begitu penasaran. Senyum Lily mengembang. “Masalah kecil. Lagi pula itu juga kesalah pahaman. Nanti dia akan menyadarinya sendiri, kok.”Hal yang mereka tidak ketahui. Di balik itu semua adalah pria dengan hoodie hitam, kacamata bening dan masker yang telah merekam semua kejadian itu. Dia adalah Danielle Perterson, pesuruh sekaligus mata-m
Pintu mobil terbuka. Pria bertubuh kekar dengan kemeja putih yang memperlihatkan tubuh indahnya keluar. Sorot pandangnya tertuju pada rumah wanita yang kerap di sapa Nyonya Alexandria. Dia bukanlah sembarang wanita, dia adalah memilik perusahaan brand pakaian terbesar di seluruh negeri.Mulai melangkahkan kaki. Hari ini Kendrick berniat mempermalukan Lizy di hadapan keluarganya langsung, gadis yang pernah menolak cintanya dan menghinanya saat masih kuliah. Mungkin berbalas dendam pada gadis seperti itu adalah tindakan pengecut yang tidak maskulin. Namun, demi memulangkan tawanan kesayangannya itu, Kendrick terpaksa melakukannya dan tak memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti.Kendrick tak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Dia sudah terlanjur mencintai Lily. Terlanjur sayang dan tak ingin kehilangan gadis itu.Dia mungkin bisa saja menikahi Lily setelah gadis itu resmi menjadi anggota keluarga Hartberg. Tapi dia tak bisa, itu semua karena dia telah membuat janji dengan s
“Iya. Aku sebenarnya sedih melihat Lily yang dirundung seperti itu. Sebenarnya Lizy sudah memperingatkan Lily untuk tidak curiga jika keluarga Hartberg itu keluarganya.” “Gadis itu seperti tidak ingin jika Lily itu benar-benar adik kandungnya. Dia bahkan sampai meneriaki Lily agar tidak mendekati keluarganya lagi di depan umum.” Darah Nyonya Alexandria sebenarnya memuncak sampai ubun-ubun sampai wajahnya sedikit memerah. Tangannya mengepal begitu erat. Dia menghela nafas, berusaha mengeluarkan udara panas dalam tubuh. “Maafkan dia, Kendrick. Kau pasti juga marah karena Lizy sangat jahat dengan Lily.” “Sifat Lizy memang begitu. Aku tidak tahu mengapa, aku bahkan tidak bisa mengubah sifatnya meskipun aku sendiri sering memarahi anak itu.” “Tapi mungkin setelah lama serumah dengan Lily, mungkin sifatnya akan berubah. Lily sepertinya gadis yang baik dan perhatian. Mungkin dia bisa mengubah sifat anak pertamaku itu.” Alexandria mengembangkan senyumnya, tapi dia tidak bisa
Kendrick merebahkan tubuh di sofa. Pandangan matanya kosong tertuju pada langit-langit atap. Dadanya terasa seperti panas, terkadang dia menghirup nafas dengan berat dan menghembuskannya seakan menghembuskan kesedihannya.Hari ini Lily dan Liza masih belum datang, padahal sudah jam dua siang. Entah ke mana kedua gadis itu sampai selama ini. Tapi Kendrick tak merasa khawatir karena ada Danielle yang menjaganya.Walau begitu Kendrick tetap tak bisa tenang. Di pikirannya hanya ada wajah Lily. Kendrick masih ingat saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, Lily begitu ketakutan melihat dirinya kala itu. Bagi Kendrick gadis itu berbeda dengan gadis lainnya, yang selalu menginginkan uang, barang branded dan hidup yang mewah, sedangkan Lily yang terpenting hanya makan.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, Kendrick masih merasa dia baru kemarin membawa Lily ke rumah ini. Sekarang Lily telah menemukan keluarganya. Sebentar lagi, Kendrick tak akan mendengarkan suaranya lagi di rumah ini.