Sarah melangkah dengan pelan. Melihat kondisi yang tidak sehat, Luca lantas menggendong Sarah kemudian membaringkannya dengan perlahan ke ranjang.
Minumlah air hangat ini terlebih dahulu. Dokter akan datang sebentar lagi untuk memeriksamu.
Sarah menurut dengan pandangan yang sudah lelah sekali. Luca memberikan aroma minyak terapi supaya meringankan keadaan Sarah yang mual.
Tak lama kemudian Sarah tertidur. Suara dengkuran halus terdengar lemah. Luca sangat khawatir dengan keadaan Sarah yang sedang sakit seperti itu. Semalam mereka masih makan malam bersama di pinggiran kota Thailand yang indah suasanan nite marketnya. Sepulangnya mereka masih berpelukan tidur.
Pagi saat bangun, tiba – tiba Sarah sudah pucat dan muntah – muntah. Luca khawatir ada yang memasukkan racun pada makanan mereka semalam. Atau apapun itu.
Tok tok tok….
“Masuk”
“Halo, saya Dokter yang diutus dokter keluarga Anda,” ucap
Sementara di sebuah pulau pribadi milik Kakek di Jepang. Deon sedang memandang ke lautan di depan balkon tempat ia berdiri.“Deon, apakah kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lily dengan sopan.Deon menggelengkan kepalanya pelan.” Saya harus menjaga porsi stamina dan bentuk tubuh saya supaya tidak kelelahan pada saat ujian Taekwondo nanti bulan Desember. Jangan selalu menawari makanan kepada saya,” ucap Deon tanpa melihat ke arah Lily yang selalu menemaninya di belakang sebagai pengawal pribadinya.Lily hanya terdiam dan berkata dalam hati, “ Sungguh anak ini sangat mirip dengan Luca. Seandainya Luca tahu anaknya berada disini. Mungkin aku orang pertama yang dibunuhnya setelah menemukan Deon,” gumamnya dalam hati.“Apa yang kamu pikirkan Deon sayang? Apakah mau menceritakannya kepada tante?” sapa Lily kembali.Deon terdiam sesaat kemudian berkata,” Jangan memanggilku sayang bila kamu bukan orangtua
Selesai mandi, Deon menyambar pakaian yang sedang dipegang Lily dan bergegas memakai sendiri. Tanpa membuang waktu ia pun berjalan menuju ruang latihan menembak. Langkah jalan kaki Deon kuat dan bertenaga untuk ukuran anak sekecil dia. Tapi Lily yang menyusul dari belakang bisa ketinggalan. Padahal Lily juga mempunyai ilmu bertarung yang cukup handal.“Anak ini benar – benar petarung,” gumamnya dalam hati.“Tunggu aku, Deon… tunggu…,” serunya sambil mengejar Deon.Deon tidak menyahut dan juga tidak melihat ke belakang. Sikapnya yang acuh dan dingin memang menjadikan semua orang yang berada di mansion tersebut tunduk hormat setiap dia lewat.“Lamban sekali, bagaimana bisa melindungiku, aku harus belajar lebih giat supaya bisa melindungi diri sendiri,” gumam Deon dalam hati tanpa memperlambat langkah kakinya.Sesampainya di taman, guru yang akan mengajari cara menembak sudah menunggu. Seor
“Tidak…, apapun itu berhenti memikirkan hal yang tidak mungkin,” potong Luca menatap Sarah dengan serius.“Jangan memikirkan hal lain. Sarah fokus hamil saja. Aku menginginkan anak itu.”“Tapi kondisi sekarang tidak memungkinkan,” sela Sarah.“Apa yang tidak mungkin?”“Deon masih menghilang dan …,”“Dan apa..?” sela Luca.“Dan karirku baru menanjak. Fashion show akan berlanjut sampai keliling dunia. Kesuksesan Sarah sudah di depan mata.”“Sarah sudah berhasil membawa Leonardo Wedding gown sejauh ini, harus mengurus semua hal. Bagaimana saya bisa mengurus semua itu bila harus dalam keadaan hamil?”Luca diam sejenak mengontrol emosinya yang sudah sempat naik. Terjadi keheningan diantara mereka. Sampai terdengar ketukan pintu.“Masuk..,” ucap Sarah melirik ke arah Luca yang memilih duduk menjauh di sofa
“Acara fashion kamu akan kubantu, kita mencapai sukses bersama – sama, ok?” tanya Luca sambil merangkul Sarah erat.Sarah akhirnya menganggukan kepalanya.“Aku mencintaimu,” Luca mengecup bibir ranum Sarah kemudian memberikan ciuman yang lama dan hangat.Tentu saja Luca tidak berani melakukan lebih dari sentuhan hangat karena sudah dilarang oleh dokter selama tiga bulan pertama.Sementara di mansion Kakek, Melya mengalami perubahan hormon kehamilan tri semester pertama yang tidak stabil. Kemarahan selalu memuncak. Apa saja yang dilakukan oleh semua pelayan selalu membuat dia marah.Drtt.. drt… suara handphone memanggil.“Hmm..,” jawab Kakek setelah layar menunjukkan penelepon adalah Lily, pengawal yang diutus menjaga Deon.“Deon mencapai penguasaan latihan menembak dengan baik. Tubuhnya lecet–lecet akibat latihan Taekwondo.”“Bagus, lanjutkan saja.”
“Oh, papa…., maaf Andrew masih kecil, Melya tidak rela memarahinya. Jadi Melya bermaksud untuk membiarkan dia melihat pemandangan berantakan yang dia buat sendiri dengan harapan dia akan sadar kemudian berubah,” jawab Melya seenaknya.“Apa…?” geram Kakek.Kakek menjewer telinga Andrew kemudian memerintahkannya untuk membersihkan kekacauan yang dibuatnya.“Bersihkan sekarang juga atau nanti tidak ada makan malam untukmu,” perintah Kakek.Andrew membersihkan kekacauan yang dibuatnya sambil menangis.Melya ingin membantu tetapi dilarang.“Mulai sekarang, kamu diam di dalam kamar atau kamu yang akan saya usir keluar. Untuk pelayan berikutnya tidak ada hak kamu untuk memecat lagi. Semua itu akan menjadi urusan Melya,” ucap Kakek sambil memandang tajam ke arah Melya.“Bila kamu tidak setuju, maka saya akan senang hati mengembalikan kamu kepada ayahmu,” lanjutnya.
“Siapa namamu?” Deon bertanya tanpa melihat ke arah pengawalnya.“Jenny,” jawabnya dengan sopan.“Kamu boleh menjadi pengawal pribadiku tapi saya tetap membutuhkan tante Lily, sudah hampir seminggu, seharusnya masalahnya juga sudah selesai ditangani. Hubungi Kakek sekarang, katakan supaya membawa Lily kembali kepadaku,” ucap Deon dengan mata menatap dingin ke arah Jenny, tangannya masih tetap mengelus pistol dari gading yang dipakainya untuk latihan tadi.Karena sedikit takut terhadap Deon, Jenny memutuskan untuk menghubungi Kakek.Setelah terhubung, Jenny buru – buru memberikan ponselnya kepada Deon karena merasa susah menyampaikan apa yang diperintahkan Deon tadi.“Ya kenapa?” tanya Kakek.“Kakek tua, kamu kembalikan Lily ke sini. Selesaikan masalah keluarga yang dia hadapi. Atau…”“Atau apa?” tanya Kakek dengan santai.“Atau cucu
“Ya, bila suatu saat ternyata ia mengkhinati kakeknya, maka kamu yang akan turun tangan membunuhnya sendiri,” ucap Kakek.Lily memikirkannya sesaat kemudian menjawan, “Baik, saya memastikan ia tetap akan setia kepada Tuan. Bila nanti ia berkhianat maka saya yang akan membunuhnya sendiri dengan tangan saya,” ucap Lily memastikan.“Jangan ada kasih sayang apapun yang kamu ajarkan kepadanya. Tetaplah tahan perasaanmu. Saya mau Deon yang dingin dan tidak mempunyai perasaan kasihan,” lanjut Kakek.“Seperti permintaanmu Tuan ! tanpa saya bantu pun, Deon memang sudah dingin dan ketus. Dia mewarisi gen utuh dari keluarga Anda,” jawab Lily.“Baiklah, bersiaplah…, kamu akan diantar kembali ke Jepang. Buat karangan sendiri atas luka di tubuhmu,” ucap Kakek melambaikan tangannya keluar.Lily pun pamit dengan hati bahagia karena dapat kembali ke Deon. Ia sudah sangat menyayangi anak itu walau an
Kakek menggelengkan kepalanya,” Entahlah, sejak Luca pulang ke New York dan tidak berbuat hal aneh, Saya tidak mempedulikan wanita yang tidak jelas asal usulnya itu, mati atau hidup juga saya tidak perduli,” jawab Kakek dengan ketus.Tak lama kemudian terdengar suara piring dibanting,”Apa lagi kali ini,” seru Kakek Castello terkejut kemudian segera berlari ke arah sumber suara.“Kenapa?” tanya Castello melihat pelayan yang sedang membereskan pecahan mangkuk.“Nyonya Melya tidak mau minum sup penguat janin, dia bilang tidak suka karena pahit,” ucap pelayan dengan sedih.“Tidak usah dibanting juga,” ucap Castello dengan kesal.Castello ingin bergerak ke kamar Melya tapi diurungkan niatnya, “Huh… tak ada gunanya menghibur dia, menantu tak punya tabiat baik, menghabiskan waktu saja. Lebih baik melanjutkan tonton grafik sahamku,” gumam Castello kemudia