Setelah beberapa menit, Luca baru merasa segar kembali.
Ia menekan tombol untuk memanggil sekretarisnya.
“Kita butuh seorang designer untuk produksi wedding gown tahun depan. Coba carikan yang local dulu. Bila tidak ada baru buka lowongan internasional.”
“Baik Pak!" sahut suara di seberang sana.
Luca kemudian sibuk kembali di layar laptopnya dan dokumen – dokumen yang banyak untuk dipahami dan ditanda tangani.
Pria itu memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan kenangan yang hilang. Kesibukannya sehari-hari sudah cukup. Kekayaan dan kejayaan keluarga mereka berada di tangannya. Walau pun Luca berusaha menakhlukkan beberapa penguasa keluarga mafia, namun bisnis umum yang mereka pegang harus tetap berjalan.
Luca tidak pernah segan-segan menghancurkan bisnis pesaing yang menghalangi jalannya. Tidak ada satu pun mafia yang berhasil menangkis kemarahan Luca. Termasuk Matteo.
Dengan wajah lesu, Matteo kemb
“Mama….”, si kecil Andrew berlari dengan singgap ke arah Melya yang kemudian mengangkatnya dengan tinggi. Suara tawa riang terdengar begitu merdu di telinga Bram.“Apa kabar?” tanya Bram setelah Andrew diturunkan. Pria itu menatap Melya yang terlihat dewasa dengan pakaian formal menunjukkan bahwa dia adalah seorang ibu.Melya tersipu dengan wajahnya yang merona,” Ba-baik…,” jawabnya terbata – bata.“Maaf, Luca tidak bisa menghadiri acara hari ini di kelas Andrew, jadi saya mewakilinya menjadi Ayah sementara.”“Ohh….,” Melya menjawab dengan ketus, kemudian berjongkok untuk berbicara dengan Andrew tanpa menghiraukan Bram lagi.“Ayo kita pulang, Mama sudah memasak makanan kesukaan kamu,” ucap Melya sambil mencoel hidung Andrew yang agak besar tapi lucu.“Ngk mau pulang, mau sama papa Bram, tadi Papa Bram sudah berjanji mau membawa Andrew ke
Melya tersenyum penuh kebahagiaan, mereka pun masuk ke dalam mobil bersama menuju ke wahana permainan.Sebuah gambaran yang membahagiakan mereka jalani selama berada di wahana. Andrew seperti mendapatkan seorang ayah yang selama ini ia impikan, sementara Melya seperti mendapatkan seorang suami dan ayah bagi anaknya.Apa yang Bram rasakan sungguh tidak dapat diuraikan. Sebuah keluarga kecil yang diimpikan oleh semua laki – laki.Jam dan menit berlalu dengan cepat. Hari sudah menjelang malam. Andre tertidur pulas dalam gendongan Bram karena pria kecil itu sudah capek bermain.Mereka sudah selesai makan dan bermain dengan puas. Masih ada 1 jam sebelum waktu menunjukkan pukul 11.“Masih mau main apa? Jagoan kecil kita sudah tertidur,” tanya Bram sambil melirik Melya.Melya menggelengkan kepalanya. Mereka duduk di kursi taman menikmati lampu warna – warni yang tertata rapi di wahana.“Aku merindukanmu,”
Melya yang dengan malu – malu sangat merindukan sentuhan Bram karena sudah 5 tahun dia tidak pernah melakukan hubungan apapun dengan Luca. Luca sangat dingin seperti robot. Sentuhan Bram menimbulkan gairah yang sudah terpendam lama karena dia adalah wanita normal. “Apakah kamu ingin aku melanjutkannya?” bisik Bram ke telinga Melya dengan mata yang nanar dan desahan maskulinnya terdengar syadu. “Hmmm…,” Melya hanya mendesah dengan suara seksinya. Bram memberanikan diri menyentuh bagian Melya yang sensitive. “Kamu sudah ...,” ujarnya kembali dengan bisikan mesra. “Mau?” tanya Bram kembali memastikan. Dengan malu – malu, Melya menganggukkan kepalanya. Malam panas selama 1 jam pun mereka penuhi dengan penyatuan penuh gairah dan cinta. Mereka mengalami pelepasan berkali-kali. Bila tidak mengingat bahwa pengawal dan supirnya akan kembali setelah selesai makan. Mungkin saja Bram tidak akan melepaskan Melya sampai pagi.
Sesuai dengan keinginan Kakek, Luca menjalani kehidupan kekeluargaan yang diatur olehnya. Sementara di perusahaan, Luca menjadi seorang CEO yang mengatur hampir semua pekerjaan Kakek. Juga mengurus hal-hal dalam keluarga mafia serta perebutan kekuasaan yang selalu terjadi.Beberapa proyek obat-obatan terlarang pun sudah berhasil didapatkan Kakek dan pembangunan real estate mewah sedang dilaksanakan untuk periode 5 tahun ke depan.Kakek merasa bahagia karena Andrew adalah seorang anak periang yang lincah. Kakek tidak peduli terlalu banyak dan membiarkan Luca hidup dalam alur kehidupan yang sudah dirancangnya sedemikian rupa.Mereka selalu sarapan dan makan malam bersama, tanpa mereka tahu bahwa Luca tidak pernah tidur bersama dengan Melya maupun Andrew.“Bram… aku udah selesai mandi dan mau tidur,” ucap Melya sambil mengelap tubuhnya yang basah dengan sebuah handuk.“Sayang, aku menginginkanmu,” ucap Bram dengan
Bunga benar – benar dihajarnya habis – habisan dengan berbagai gaya, Bram seperti orang yang mengkonsumsi obat perangs*ng padahal ia sangat sadar dan fit. Tidak ada obat yang dia makan sama sekali.Setelah beberapa kali pelepasan, Bram masih tidak ingin melepaskan gadis yang sudah pingsan dari tadi.Bram bangkit berdiri dan mengambil sebuah handuk kecil basah dari kamar mandi, kemudian membersihkan tubuh Bunga yang berdarah dan kelihatan bengkak. Bram seperti kesetanan dan menyiksa gadis polos itu.Terdengar suara desahan halus Bunga.“Errghhh…”Suara desahannya terasa seksi, Bram menghentikan aksinya kemudian bergerak ke atas, mencium perut Bunga yang rata.Bram tidak mau melepaskan Bunga walau tubuh Bunga sudah penuh dengan biru – biru tanda kepemilikan yang dibuatnya dan kembali melakukannya berkali – kali.***Sementara tidak jauh dari kota di mana Luca tinggal, Deon sudah berumur
Sarah melirik ke arah Michael seolah mencari pembenaran. Michael menganggukkan kepalanya. Sedikit takut dan khawatir. Walau pun dia mencoba mengisi kehidupan Sarah sebagai seorang suami, tetapi wanita itu tetap memilih kesendirian dan melupakan masa lalu yang tidak mampu diingatnya sama sekali.“Saya tidak pernah berniat melakukan hal yang tidak sopan,” ujar Sarah dengan sopan.“Terus kenapa kalian peluk – pelukan disini?” bisik beberapa karyawan yang terlihat suka mencari tahu kesalahan orang. Padahal Michael adalah majikan mereka.“Sejak kapan kalian mulai berani mencampuri urusanku?” tanya Michael dengan melayangkan tatapan tajam kemudian sesaat setelah tidak ada yang menjawab pertanyaannya, Michael membubarkan mereka.“Hubungan kami, tidak seperti yang kalian bayangkan. Sarah…, biarkan saja mereka tenggelam dalam pikirannya. Kita selesaikan pekerjaan masing – masing.”Sarah meng
"Kamu akan makan malam bersama klien sementara aku selalu harus menunggu waktu yang tepat untuk makan malam bersamamu," ucap Michael dengan ketus.Ting… lift sudah sampai di basement parkir mobil.“Aku merasa nyaman sendiri, itu harus Michael ingat sampai kapanpun,” lanjut Sarah sambil melangkah keluar dari lift tanpa mempedulikan reaksi Michael mendengar perkataannyaSarah melangkah keluar dari lift itu dan diikuti oleh Michael di belakangnya."Sarah," panggil Michael sekali lagi.Sarah menoleh, memberikan senyuman sambil membuka pintu mobil dan meletakkan tasnya di belakang jok duduk. Dia memilih untuk tidak menjawab apapun dengan menggelengkan kepalanya, supaya hubungan meraka tidak semakin kacau,Pada saat seperti ini memang tidak akan terasa pas waktunya untuk menjawab apapun, karena sifat Michael yang tidak pernah mau kalah.Sarah hanya menghela nafas panjang. Memijit kepalanya yang penuh dengan persoala
“Baik, Tuan,” sahut suara di seberang.“Bagaimana?” tanya sang supir .“Mari kita pergi membeli sebuah cincin berlian," ujar Michael dengan penuh semangat.Supir tersenyum.“Apa yang harus kulakukan?” tanya Michael dengan gusar."Apakah aku langsung melamarnya?"“Tidak usah melakukan apa – apa. Saya percaya Nyonya SArah sangat mengerti Anda. Jadi bersikap seperti biasa saja. Saat memberikan cincin besok, biarlah cincin itu berbicara. Apakah dia akan merasa tersanjung atau menganggap Anda sebagai seorang teman. Terimalah dengan ikhlas."Bram menundukkan kepalanya dengan malu. dan khawatir.“Bagaimana dengan Sarah?”“Hmm… Sarah akan melakukan apa yang ada dalam hatinya, bukahkah itu yang ingin Anda ketahui juga?" Sang supir yang bijaksana berkata-kata sambil tersenyum.“Kadang orang tidak membutuhkan banyak hal selain sebuah ketulus