Siang itu, matahari bersinar terik; namun, tidak menyurutkan semangat Sergio dan Vina untuk menyiapkan pernikahan mereka. Di tengah suasana Bridal Wedding Organizer yang penuh warna, Vina mencoba berbagai model baju pengantin. Sementara itu, Sergio mengamati dengan tulus, tersenyum bangga melihat wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya."Tolong coba yang ini, Vina," ucap Sergio sambil mengambil sebuah gaun pengantin berwarna putih tulang dengan aksen bunga hiasan yang menawan.Vina menatap gaun tersebut, tersenyum tipis dan mengangguk. Dalam hati, ia merasa beruntung memiliki seorang pria seperti Sergio yang sangat perhatian dan mendukung.Beberapa menit kemudian, Vina keluar dari ruang ganti dengan mengenakan gaun yang dipilih oleh Sergio. Mata Sergio membelalak kagum melihat kecantikan Vina yang semakin memukau dalam balutan gaun pengantin itu."Kamu terlihat sangat cantik, sayang," puji Sergio sambil tersenyum lebar lalu mengecup singkat bibir Vina."Terima kasih, Gio. Aku suk
Rubby kini berada bersama Ibunya di kediaman Anderson. Setelah mengalihkan kepemilikan, kini Rubby menemani ibunya, Emily, minum teh di taman belakang."Nak, apakah ku sudah putuskan untuk mengadopsi Anak?" tanya Emily membuka percakapan."Iya, Bu. Kemarin aku sudah memeriksakan kandunganku. Lalu dokter menyarankan untuk menggunakan rahim orang lain. Paman Elvano keberatan karena takut timbul masalah di keluarga kita karena orang ketiga, Bu."Emily membuang nafas lega. Ternyata, menantu yang ia anggap arogan tidak seperti yang Emily pikirkan. Pria itu sungguh menyayangi Rubby. Sampai-sampai memikirkan perasaan Rubby.Tangan Emily terulur ke pipi anaknya. Dia menatap haru sambil mengusap pipi Rubby. "Kamu beruntung memiliki Suami seperti Elvano, Rubby. Dia mencintaimu dengan tulus dan merasa khawatir atas keputusanmu. Kita harus mempertimbangkan dengan matang untuk masa depanmu dan anak yang akan diadopsi."Rubby tersenyum tipis, "aku juga merasa beruntung, Bu. Tapi aku merasa kesulita
"Terima kasih, Rubby! Kamu memang sahabat terbaikku," gumam Vina sambil memeluk tubuh Rubby.Rubby mengelus punggung Vina lembut. "Kamu tahu aku akan selalu ada untukmu, Vin. Aku senang kamu menemukan kebahagiaanmu."Vina melepaskan pelukan dan menatap Rubby dengan penuh haru. "Iya, Rubby. Aku bahagia sekarang. Dan aku yakin kamu juga akan menemukan kebahagiaanmu, entah itu melalui adopsi anak atau dengan cara lain."Rubby tersenyum lembut, merasakan kehangatan persahabatan mereka. "Terima kasih, Vin. Semua dukunganmu sungguh membuatku kuat. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu."Mereka berdua masuk ke dalam rumah, dan disambut oleh Sergio yang sudah menantikan kehadiran Rubby."Elvano belum selesai dari rapatnya?" tanya Sergio saat bertemu dengan Rubby."Kamu tahu sendiri, kan? Sejak Elvano menjadi pemimpin grup Patrice, dia selalu sibuk. Tapi, aku beruntung. Walaupun dia sangat sibuk, dia selalu meluangkan waktu untukku," jawab Rubby sambil tersenyum.Sergio mengangguk paham, "Y
Hari ini, pernikahan Sergio dan Elvina akan dilangsungkan. Tampak ornamen-ornamen pernikahan dengan nuansa biru dan perak yang elegan, dengan bunga-bunga putih yang indah dan hiasan kristal mengkilap yang menambahkan kesan gemerlap di dalam ballroom tersebut. Tamu-tamu yang hadir terhipnotis oleh keindahan pengaturan dekorasi tersebut.Di dalam ruang ganti pria, duduk Elvano dan Andre yang tengah menemani Sergio. "Bro, apakah orang tuamu tidak akan hadir?" tanya Andre membuka suaranya.Sergio yang tampak gagah dengan jas hitam tertawa kecil, "Tidak ada yang pasti di keluarga kami, Andre. Mereka selalu terlibat dalam urusan bisnis yang penting dan mungkin tidak bisa hadir. Dan tentu, mereka tidak akan pernah setuju jika aku menikahi Vina. Karena mereka masih kecewa karena aku menceraikan Silvana," jawabnya.Elvano mengangguk setuju, "Susah juga jika berhadapan dengan orang tua seperti itu. Padahal, tujuan mereka melahirkan kita untuk apa? Untuk melihat kita tumbuh dewasa dan bahagia, k
Setelah satu minggu pernikahan Vina dan Sergio, Vina dan Sergio melangsungkan pernikahan. Kini, Elvano dan Rubby tengah duduk di ruang tunggu sebuah lembaga adopsi anak. Mereka saling memegang tangan, mencerminkan kekompakan dan keberanian dalam menghadapi situasi sulit ini. Wajah mereka penuh harap dan cemas.Elvano menatap ke arah Rubby dengan penuh cinta. "Rubby, kita sudah sampai pada titik ini. Kita harus tetap kuat dan optimis. Semoga kita mendapatkan anak sesuai harapan kita. Dan semoga, ini adalah jalan untuk kita tidak merasa kesepian," ucap Elvano lembut.Rubby tersenyum, di matanya terdapat sebuah bening kristal di pelupuk mata wanita itu. "Ya, Paman, aku tidak sabar melihat calon ibu yang akan memberikan anak mereka dan mempercayakan anak mereka kepada kita, ya, Paman," jawab Rubby dengan penuh harapan.Elvano mengelus pipi Rubby, dia mengecup dahi istrinya itu dengan lembut. "Semoga, ya, Monster Kecil. Semoga kita dapat memegang tanggung jawab ini. Aku ingin kamu tidak be
Setelah mengurus perihal syarat-syarat mengadopsi anak, kini bayi perempuan berusia 2 bulan yang bernama Krista, kini berganti nama menjadi Amora Patrice yang artinya sebuah cinta. Mungkin terdengar klise, tapi bagi pasangan suami-istri Elvano dan Rubby, nama baru itu bukan sekadar angka atau kata-kata bagus. Nama itu melambangkan harapan dan cinta sesungguhnya yang mereka miliki untuk si kecil."Paman, aku sudah menjadi seorang Ibu!" ucap Rubby dengan gembira kepada Elvano saat Amora kini tidur lelap di dalam gendongannya.Elvano menatap Amora dengan harapan yang besar. Kelak, dia akan menjadi anak yang dapat menghibur Rubby setiap hari, dia akan merasa bahwa hidupnya memiliki makna yang lebih dalam. Elvano tidak sabar untuk melihat bagaimana Amora akan tumbuh menjadi seorang anak yang penuh cinta dan keceriaan."Rubby, aku tak sabar menikmati setiap momen bersama kita bertiga," ucap Elvano sambil mengusap pelan pipi Amora dengan lembut. "Aku yakin dia akan menjadi anugerah terbaik d
"Paman, ayo! Cepat, kita harus melihat Vina melahirkan!" Seru Rubby saat dia tengah menunggu Elvano selesai mandi. "Iya, Sayang! Sebentar, bawel sekali sudah seperti nenek-nenek kehabisan sirih!" jawab Elvano yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Amora saat ini sudah menginjak usia 6 bulan yang berada di dalam gendongannya pun menangis saat mendengar suara teriakan Rubby. "Sayang, maafkan Mama, ya! Kalau mengagetkanmu." Rubby coba menenangkan bayinya. Elvano yang melihat Anaknya menangis pun mempunyai niat untuk menjahili anak. Dia melangkah ke arah Rubby dan mencium pipi Amora dengan gemas, ditekan dengan kuat bibirnya hingga bayi itu semakin menangis. Rubby memandang Elvano dengan tatapan tajam. "Paman, jangan begitu! Paman membuatnya semakin menangis," tegur Rubby sambil mencoba menenangkan Amora dengan mengayun-ayunkan tubuhnya.Elvano tersenyum kecut. "Maaf, Sayang. Aku hanya ingin sedikit menjahili Amora soalnya dia terlalu menggemaskan. Tapi sepertiny
"Amora, coba panggil, 'Papa!' dan kemarilah kepada Papa!" Seru Elvano saat Amora tengah belajar berjalan. Waktu begitu cepat, tidak terasa, Amora sudah berusia satu tahun beranjak dua tahun. Elvano tampak bahagia ketika anak yang mereka adopsi telah memberikan warna di dalam kehidupannya dan Rubby. Kini, Elvano sangat bersemangat menjadi peran seorang ayah. "Sini, sama Mama, Sayang! Mama punya mainan, loh ini!" seru Rubby dengan penuh semangat. Dia menyodorkan boneka beruang merah muda yang menjadi mainan favorit Amora. Amora, yang terlihat ceria dengan rambut panjang dan mata berbinar-binar, melompat-lompat ke arah Rubby. Dia meraih mainan itu dengan penuh kegembiraan, wajahnya berbinar saat melihat hadiah dari Mama Rubby. "Maasi, Mama!" seru Amora dengan polos, sambil melempar senyum manis kepada Rubby. "Ih... Amora tidak sayang, ya, sama Papa? Amora maunya disogok, iya?" kesal Elvano pura-pura merajuk. Amora langsung menoleh ke arah Elvano dengan ekspresi polos. Dia berjalan