"Pagi, Cinta, kuharap kau selalu dalam keadaan semangat, ya." Elvano datang membawakan sebuah buket bunga tulip putih segar yang dia letakkan di meja sisi tempat di mana istrinya masih menutup mata akibat kecelakaan kemarin malam yang terjadi.
Elvano, duduk di sisi tempat tidur sambil menggenggam tangan Rubby sedih. Menatap wajah istrinya yang pucat dengan alat-alat medis kini menempel di tubuh dan masker oksigen yang menempel pada mulut dan hidungnya."Monster kecil, bangun, ya! Kenapa kamu tidur lelap sekali? Apakah kamu tidak ingin memimpin grup Anderson? Kenapa saat aku sudah meraih mimpimu, kamu lebih memilih tidur hingga tidak ingin bangun?" Elvano bercerita dengan suara menahan tangis. Elvano tidak tahu apakah Rubby mendengarkan suaranya atau tidak. Yang Elvano tahu, hatinya begitu perih melihat keadaan istrinya seperti ini.Elvano mencoba mengingatkan Rubby akan impian mereka, mengingatkan bahwa mereka telah bekerja keras. Elvano benar-benar terpuk"Keluarlah kalian, bedebah! Tidak perlu repot-repot merencanakan untuk kabur, karena kawasan hutan sudah kami kepung!" seru seorang anak buah Silvana.Suara tersebut terdengar semakin jelas dari luar villa. Vina dan Sergio saling pandang, ketakutan menghampiri wajah mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus segera menemukan cara untuk melarikan diri sebelum terlambat."Cari jalan keluar alternatif! Aku akan mencoba mengalihkan perhatian mereka," bisik Sergio pada Vina dengan nada tegas."Tapi Gio, aku takut jika terjadi sesuatu denganmu." Vina mencekal pergelangan tangan Sergio. Raut wajah kekhawatiran jelas terlihat di dalam diri Vina.Sergio menepuk punggung tangan Vina. "Percaya padaku—"Dor! Dor! Dor!"Aaa!" Vina terkejut, dia menutup kedua telinganya saat tembakan kembali dimuntahkan ke arah bangunan villa.Di luar bangunan vila, para pria berperawakan seram dengan postur tubuh tinggi besar bersenjata lengkap tampak da
"Andre, aku bisa minta tolong?" Elvano, yang duduk di sofa di ruang itu, membuka obrolan setelah menemani Rubby seharian."Minta tolong apa?" tanya Andre, yang setia menemani Elvano untuk menenangkan sahabatnya itu."Aku ingin kau selalu memantau kondisi Rubby, aku sedang ada urusan."Andre mengangguk memahami permintaan Elvano. "Tentu saja, kamu tahu aku selalu ada untuk kalian berdua. Apa urusan yang membuatmu perlu pergi?"Elvano tampak ragu-ragu, kemudian menghela napas sejenak. "Kakek memintaku untuk menemuinya. Sepertinya, kakek sudah tahu kondisi Rubby dan ada sesuatu yang harus aku selidiki."Andre merasa khawatir mendengar itu. "Aku mengerti. Jadi, apakah kakekmu memiliki informasi penting tentang kondisi Rubby?"Elvano mengangguk perlahan. "Sepertinya begitu. Kakek tidak menjelaskan detail saat menelepon, tapi aku bisa merasakan kekhawatiran dalam suaranya. Segera setelah aku menemui kakek dan mengetahui apa yang harus
Langkah Elvano terasa berat saat memasuki koridor rumah sakit. Dalam hati, ia merasa cemas dan takut dengan kondisi Rubby yang hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Tak ada satu pun petunjuk yang bisa membantu dia menemukan pengemudi truk kontainer pembawa petaka itu.Mendengar pintu ruang tunggu terbuka, Andre memandang ke arah Elvano dan segera mendekatinya."Vano, ini sudah dua hari kamu belum tidur. Kalian berdua butuh kekuatan, kamu harus istirahat agar bisa melanjutkan pencarian pengendara itu."Elvano tersenyum pahit dan menggeleng, mata yang sembab menatap tembok ruang perawatan yang terpisah oleh kaca."Aku tahu, Ndre. Tapi bagaimana aku bisa tenang istirahat sementara Rubby masih terbaring tak berdaya di sana? Aku harus menemukan si pengendara itu agar bisa memastikan keadilan buat istriku."Andre menghela nafas, dan kemudian mengambil keputusan tegas untuk membantu sahabatnya menemukan jawaban. "Baiklah. Kalau be
Hujan mengguyur kota saat Elvano dan Andre tiba di tempat kecelakaan yang menimpa Rubby, istrinya. Ia merasa ada sesuatu yang janggal dengan kecelakaan ini. Awalnya, Elvano tidak memperhatikan truk tersebut. Karena saat itu, Elvano benar-benar panik dan menduga bahwa kecelakaan tersebut mungkin sebuah kecelakaan.Saat Elvano mendengar dugaan Kakeknya jika pengemudi tersebut mungkin saja suruhan dari Jonshon dan Smith, setelah diselidiki, ternyata pengendara truk kontainer tersebut telah melarikan diri.Elvano dan Andre mendekati lokasi kecelakaan; Elvano melihat beberapa orang yang berdiri di sekitar area tersebut. Ia pun mendekati seorang laki-laki paruh baya yang tampak sedang menatap sisa-sisa kecelakaan itu."Permisi, Pak. Saya Elvano, suami dari Rubby yang mengalami kecelakaan dua hari yang lalu. Apakah Bapak melihat apa yang terjadi pada malam itu?""Ah, Elvano. Aku turut berduka atas kejadian ini. Saat itu aku memang melihat kecelakaan yang
Sambil menggigit bibir, Vina menguatkan dirinya. "Tuhan, tolong beri aku kekuatan di sela putas asa ini. Beri aku kesabaran seluas kasih-Mu. Tolong, buat perjalananku mudah," dalam perih dan kebingungan, Vina berdoa, memohon agar sang penguasa dapat mendengar jerit hati kesusahannya.Vina mengusap air mata yang mengalir di pipi, kemudian berdiri kembali dan melanjutkan langkahnya, berharap dapat menemukan secercah petunjuk atau harapan dalam kegelapan hutan yang menakutkan ini.Perlahan, hujan mulai berkurang, dan rembulan yang samar-samar mengintip dari balik awan mendung yang mulai tersibak. Cahayanya yang lemah memandu Vina melalui perjalanan wanita itu di lebatnya hutan ek yang menakutkan ini, seolah memberi harapan bahwa mungkin, di tempat yang tak terduga, ada petunjuk yang menunggunya.Setelah beberapa waktu berjalan, Vina mulai mendengar suara gemerisik. Ia melangkah lebih dekat untuk mencari sumber suara, dan tanpa disadari, ia menemukan sebuah ja
"Nona Silvana, berilah kami kemurahan hatimu agar aku dapat bertemu dengan Sergio, anakku." Grace datang menemui Silvana, anak kedua dari keluarga Vortex yang angkuh dan memiliki perangai yang kejam.Silvana yang kini duduk di kursi kebesarannya sambil melipat kaki itu menatap ke arah Grace yang tengah berdiri di hadapannya memberikan pandangan angkuh."Nyonya Grace. Oh... Maaf, maksudku, calon Ibu Mertua. Anda tahu, bukan? Jika Vortex sudah terlalu baik kepada Keluarga Emerson?"Julius tampak merasa tertekan. Saat Emerson jatuh, kakek Silvana yang membantu Emerson. Dan sejak saat itu, upaya menyatukan dua keluarga tersebut Emerson dan Vortex ingin menjodohkan Sergio dan Silvana.Sergio, pria yang tidak suka diatur-atur memilih untuk pergi berpetualang hingga dirinya bertemu dengan Elvano dan Andre. Sejak saat itu, Sergio mendirikan perusahaan atas bantuan Andre dan Elvano. Sergio yang pandai menyimpan masalahnya lebih memilih menghabiskan waktu d
"Halo, apakah ada kemajuan?" tanya Elvano saat dirinya terlelap dan dikagetkan dengan dering ponsel."Kita menemukan ciri-ciri pelaku penabrakan yang tertangkap kamera, Tuan. Kalau bisa, Anda segera ke kantor polisi. Kami akan menjelaskannya lebih detail," ucap penyidik Carl dari sambungan telepon."Baik, aku segera ke sana!" jawab Elvano.Setelah menerima telepon, Elvano beranjak dari sofa. Dia melangkah ke arah tempat tidur di mana Rubby masih terbaring koma. Ini sudah dua minggu, namun tidak ada tanda-tanda jika istrinya itu akan siuman."Cinta, aku pergi, ya! Nanti Ibu akan ke sini menemanimu. Cepat sembuh, ya, Cinta." Elvano mengecup dahi Rubby.Selesai berpamitan, Elvano keluar dari ruangan di mana Rubby dirawat. Saat Elvano menutup pintu ruang inap itu, Debora keluar dari tembok. Dia menatap pintu di mana Rubby berada."Anak ini, sepertinya mempunyai sembilan nyawa dan keberuntungan yang banyak," gumam Debora. "Mari kita l
Elvano tiba di kantor polisi. Rasa penasaran dan harapan kini membumbung tinggi dalam hatinya. Mungkin ini adalah titik balik yang ditunggu-tunggu untuk membawa keadilan bagi monster kecilnya.Elvano langsung disambut oleh penyidik Carl. "Tuan Elvano, terima kasih sudah datang secepat ini. Mari, aku akan tunjukkan bukti yang berhasil kami dapatkan," kata Carl sambil membawa Elvano ke ruang penyidik.Di dalam ruangan, Carl memperlihatkan beberapa sketsa gambar yang berhasil dibuat sesuai dengan pria yang berada di dalam CCTV."Tuan, kami sedang menyelidiki keempat orang ini. Rata-rata dari mereka adalah sindikat. Dan kami dugaan kamu yang paling kuat adalah pria ini." Penyidik Carl menunjuk salah satu gambar. "Dia adalah Carlos. Pria yang sering melakukan misi membunuh dan pandai menyabotase keadaan sehingga sulit untuk menghubungkan perbuatannya dengan korbannya. Namun, kami belum memiliki cukup bukti untuk menangkapnya," jelas Carl dengan serius.