Share

Dipermalukan Saat Dilamar

"Papa, nanti malam Om Sandiaga mau lamar Cantika buat puteranya. Jam 7 malam bisa 'kan?" ucap Cantika di telepon sambil berjalan di koridor rumah sakit bersama Arsenio di sampingnya.

"Hmm ... bisa sih. Kok cepet banget dia lamar kamu. Kalian sudah yakin mau merid?" jawab Pak Julianto Wiryawan terkesan cuek dinilai dari nada bicaranya.

Wanita bergaun batik itu menghela napas, sulit baginya mendapatkan dukungan dari orang tua kandung satu-satunya yang masih hidup di dunia ini. Cantika pun membalas, "Iya, Tika yakin. Sampai besok malam di rumah ya?"

"Oke." Jawaban singkat dan datar itu disusul dengan bunyi klik panggilan telepon yang diakhiri.

Sekalipun Cantika tidak mengatakan apa pun, tetapi Arsenio seolah mengerti situasi tak mengenakkan yang dihadapi oleh calon istrinya baru saja. Dia merangkul bahu Cantika lalu mengecup pipinya. "Setelah kita menikah, aku yang bakalan mengurusimu, Sayang. Itu akan jadi hobi baruku!" hibur Arsenio tanpa diminta oleh Cantika.

"Ehh ... aku nggakpapa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status