Pagi itu Arsenio menjemput Cantika untuk berangkat ke kantor bersamanya. Pemuda gagah tinggi semampai bermata cokelat teduh itu melingkarkan lengannya ke bahu Cantika sembari keluar dari lift menuju ke ruang kantornya."Selamat pagi!" sapa Cantika ke para anak buahnya yang telah stand by di kubikel masing-masing untuk mulai pekerjaan hari ini. Langkahnya ringan dan pasti di atas stiletto 12 cm warna putih yang juga hadiah lamaran dari pria di sampingnya."Pagiii, Bu Tika!" sahut para bawahan wanita tersebut kompak serentak.Namun, ketika Cantika dan Arsenio masuk ke dalam ruang kerja presdir, segera para karyawati di lantai itu bergerombol untuk mulai bergosip."Astaga, gile bener ... tuh perawan tua kok bisa ngegaet berondong ganteng sih!" ucap Cindy bersedekap dengan ekspresi tidak senang.Melinda yang sedang membuka website perusahaan tempat mereka bekerja spontan memekik terkejut, "WHATTT?! Temen-temen, tanggal 11 November kita semua bakalan libur total. Bu Tika nikah sama Arsen!"
"Wahh ... siapa peri yang menyulap apartmentku jadi seindah ini, Sen?" Cantika terkesima saat memasuki unit miliknya. Setengah hari dia meninggalkan tempat itu untuk acara pernikahan sederhananya dengan Arsenio. Kini saat kembali, bunga-bunga segar yang wangi dan indah tersebar di vas-vas yang diletakkan tersebar di dalam ruangan tersebut. Lilin-lilin aromaterapi masih belum dinyalakan terapung di wadah-wadah kaca berisi air warna ungu, biru, pink. Sebelum memulai malam panjang nan bergairah bersama Cantika, dia menyalakan lilin-lilin wangi itu satu per satu. "Apa kamu suka dengan dekorasi untuk sarang bercinta kita malam pertama ini, Cintaku?" tanya Arsenio.Di sisinya Cantika mengikuti sembari tertawa riang memuji dekorasi indah kamar pengantin mereka. "Surprise kamu so sweet banget deh, Sen. Thank you ya udah nyiapin semua ini!" ucap Cantika sambil menarik setangkai mawar pink dari buket bunga yang begitu banyak itu lalu menghirup aroma segar manisnya.Setelah semua lilin menyala
Di dalam shower box unit apartment Cantika, pasangan pengantin baru itu berbasah-basahan sembari memacu gairah mereka. Tubuh polos berlekuk-lekuk elok milik istrinya membuat Arsenio tergila-gila. Air shower yang menyelimuti kulit Cantika menjadi tetesan bulir bening membasuh busa sabun beraroma wangi bunga Sakura. "You're so beautiful, My Wife!" geram Arsenio yang sedang menggenjot tubuh Cantika dalam posisi berdiri. Betis kanan ramping wanita itu dia tahan di pinggulnya."Hubby, aku nggak tahan ... akkhh ... aku keluarr ... mmhh!" desah Cantika dalam serangkaian racauan abstrak melepaskan orgasmenya untuk ketiga kalinya dalam satu ronde bersama suami berondongnya yang perkasa.Arsenio tersenyum kalem menanggapi Cantika yang puas lemas dalam dekapannya. Dia terpesona dengan elok paras wanita berumur 36 tahun itu. Baginya dia beruntung karena bisa mendapatkan Cantika sebagai istrinya sekalipun menikah kilat ditambah alpa-nya keluarga mertuanya yang tak nampak batang hidung seorang pun
"Sayang, tubuhmu bikin aku kecanduan ... aarghh ...," ujar Arsenio di ujung pagi sambil membenamkan bukti gairahnya yang mengalami morning horny ke lipatan hangat nan basah istrinya.Setelah beberapa menit lalu dia membuka matanya. Hal pertama yang dilakukannya adalah bercinta dengan Cantika. Semalaman bertarung beronde-ronde dan baru beristirahat sekitar pukul 02.30, tak membuat Arsenio kelelahan. Dari balik punggung Cantika yang berbaring miring membelakanginya, Arsen mendekap erat wanitanya. Bibirnya menyusuri leher dan tengkuk beraroma bunga memabukkan, sedangkan jemarinya menggoda tonjolan klitoris di bawah sana. Lenguhan panjang istrinya jelas sekali menandakan Cantika sedang terangsang hebat oleh tindakannya."Aahh ... Hubby, kamu nakal banget sih!" protes Cantika saat bulatan kembar dadanya diremas-remas dan pucuknya dipelintir gemas oleh Arsenio. "Biarin, aku suka. Ngaku aja deh kamu juga keenakan, Sayang!" goda Arsenio, menjawab protes dari istrinya. Dia lalu menambahkan,
Sebelum turun dari mobil sedan Porsche silver, Cantika menahan tangan suaminya. "Sebentar, Sen, aku mau ngomong sesuatu!""Oke, ada apa, Sayang? Kok kayaknya serius sih!" sahut Arsenio memerhatikan ekspresi wajah Cantika."Iya, ehm ... gini—" Cantika merasa tak nyaman menyampaikan kekuatirannya, tetapi dia tahu sebaiknya Arsenio tahu sebelum nanti mengalami hal tak mengenakkan saat makan malam, "kamu nanti bersikap biasa saja ya, jangan terbawa emosi untuk apa pun yang dikatakan sama keluargaku!" Pemuda itu berpikir sejenak lalu mengangguk. "Itu aja? Ayo kita turun, Cantik!" ajaknya lalu bergegas membukakan pintu mobil untuk istrinya. Terserah orang mau berpikir bagaimana tentang mereka. Namun, baginya Cantika Paramitha Sloan-Gunadharma adalah ratunya sekarang.Dengan gestur yang mesra pengantin baru itu bergandengan tangan memasuki kediaman megah keluarga Wiryawan. Ternyata tamu yang diundang di acara makan malam itu bukan hanya mereka berdua, setidaknya ada dua lusin orang yang mem
"Sen, sepertinya aku saja yang menyetir mobil. Kamu lagi emosi!" sergah Cantika saat mereka berhenti melangkah di samping mobil sedan Porsche silver milik wanita itu.Bukannya menjawab, Arsenio justru mendekap erat tubuh ramping istrinya. Napasnya masih memburu karena amarah yang tersulut di meja makan tadi. Bagaimana tidak, harga dirinya terinjak-injak sebagai seorang menantu laki-laki!"Sayangku, kamu yang sabar ya. Sudah biasa omongan keluargaku nyinyir begitu sejak dulu," hibur Cantika membelai punggung lebar Arsenio."Dasar orang-orang toxic. Aku nggak suka sama pola pikir mereka yang jahat itu!" jawab Arsenio lalu menatap wajah teduh istrinya. Baginya Cantika bukan perawan tua, tak ada kerutan dan tanda penuaan yang membuatnya layak dikatai kejam begitu.Cantika membelai dada berotot di balik kain kemeja tipis suaminya dan berkata, "Lebih baik kita pulang dan bercinta. Ngapain mikirin hal yang menyebalkan, Hubby. Jadi siapa yang mau nyetir nih, aku beneran laper!" "Aku aja, Bei
"Bobby, kami akan pergi ke Lombok kurang lebih 4 hari. Kalau ada hal yang penting, kamu bisa laporkan ke aku langsung. Nomor HP pribadiku akan selalu stand by," pesan Cantika di ruang presdir sore itu ke General Manager kepercayaannya, Bobby Praditya. Dengan ekspresi serius, Bobby menjawab, "Siap, Bu Tika. Semoga perusahaan aman selama Ibu pergi honey moon!"Kemudian Arsenio pun berkata, "Bob, aku usahain buat buka corporate secretary email pagi-siang-sore. Nanti kalau ada eksekusi request klien akan kuhubungi segera, oke?""Sipp, bagus begitu, Arsen. Selamat bersenang-senang ya sama istrimu!" ujar Bobby lalu berjabat tangan dengan Cantika dan Arsenio sebelum pulang kantor.Sementara Bobby pulang kerja, pengantin baru itu berangkat menuju ke bandara diantarkan oleh sopir kantor. Koper sudah ditaruh di bagasi jadi mereka tidak perlu pulang lagi ke apartment. Penerbangan sore dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Bandara Internasional Lombok itu berlangsung singkat dan lancar, tepat k
"Wow, indah banget ternyata Pantai Senggigi!" seru Cantika berlarian ke arah buih ombak yang memecah dengan kaki telanjang tanpa sandal yang kini dibawakan oleh Arsenio. Tatapan mata suaminya berbinar melihat tingkahnya yang seperti gadis remaja. Arsenio mencipratkan air asin itu ke Cantika. "Kubikin basah ya!" teriak pemuda itu mengejar-ngejar istrinya yang kabur menjauhinya.Setelah berlari begitu jauh di garis pantai berpasir putih berombak tenang itu, Cantika kelelahan dan tertangkap oleh Arsenio. Dia pun memohon-mohon, "Aaww ... jangan diceburin! Arsen ... nggak mau ... lepasin, please!" Akan tetapi, Arsenio tak mau mengampuninya yang telah membuatnya berolah raga pagi di tepi pantai. Byuurrr! "Si Cantik mandi pagi di pantai nih yee! HA-HA-HA," ejek Arsenio menertawakan istrinya yang basah kuyup terendam air laut dan mencebik menatapnya. Namun, sesaat kemudian dia menghampiri Cantika lalu duduk di sebelahnya berbasah-basahan bersama. Mereka justru saling bertukar ciuman hingg