"Selamat pagi. Happy birthday, Papa Arsen!" sorak Cantika sambil mengecupi wajah suaminya pagi itu di ranjang.Pemuda yang berulang tahun ke-27 itu membuka matanya dan tersenyum lebar. Sebuah hari istimewa baginya di tahun ini, dia selain memiliki istri yang luar biasa juga memiliki sepasang putera kembar berusia tujuh bulan.Lengan kekar Arsenio meliliti tubuh molek nan ramping yang selalu mengobarkan gairahnya itu. Bahkan, di ujung pagi saat matahari masih bersinar malu-malu di angkasa, ciuman Arsenio telah menggebu-gebu melumat ganas bibir Cantika."Ohh, aku ingin kado ulang tahun yang spesial dong kalau begitu, Cantik!" lirik Arsen bandel ke wajah istrinya."Ada kok kadonya, aku sudah siapin di kantor sekalian nanti bareng seluruh karyawan pesta kecil-kecilan di lantai 9," jawab Cantika sambil bergerak-gerak gelisah di bawah tindihan badan kekar suaminya. Kedua tangannya ditahan oleh Arsenio di kanan kiri kepala."Good, kamu istri yang baik seperti biasanya, Darling. Cuma bukan it
"Tiiinn ... tiiinn ... tinnn!" Suara klakson bersahut-sahutan pada jam macet lalu lintas Jakarta Pusat siang itu.Tanpa sengaja Pak Julianto Wiryawan yang akan memenuhi janji temu dengan kliennya di sebuah mall melihat spanduk besar yang digantung di lembaran seng penutup proyek pembangunan di tepi jalan bertuliskan PT. Cantika Gunadharma Jaya, Tbk."Ahh, sok-sokan banget sih! Kemarin aja gudang kebakaran, klien kocar-kacir. Masa sekarang mereka mau bikin mall. Cihh!" gerutu Pak Julianto sendirian di bangku belakang mobil sedannya.Sopirnya, Pak Endro pun menyahut, "Itu proyek Bu Cantika tho, Pak? Keren sekali pastinya ya kalau sudah jadi nanti mall beliau. Ini daerah pusat keramaian kota soalnya dijamin membludak pengunjungnya!""Ssshh ... DIAM KAMU, ENDRO! Dia bukan anakku, lebih baik perempuan tak tahu diuntung itu mati saja!" sembur Pak Julianto kesal sendiri karena merasa iri dengan pujian sopir pribadinya ke Cantika.Sontak Pak Endro menutup mulutnya rapat-rapat, dia tak menyang
Selepas tengah malam komplotan preman yang dipimpin Garwin menyelinap masuk ke lokasi pembangunan proyek komplek bisnis terpadu PT. Cantika Gunadharma Jaya. "Bang, cocok nih. Pos sekuritinya pas lagi kosong!" ujar Ucok sambil mengendap-endap melewati pos jaga petugas keamanan proyek."Kalian rusak apa aja yang penting bakal bikin kacau pembangunan ini, paham?!" titah Garwin yang ditanggapi positif oleh rekan-rekannya.Sepuluh preman itu berpencar ke berbagai penjuru komplek luas yang telah mulai berdiri beberapa bangunan dalam proses naik bata ringan dan juga beberapa mulai berbentuk bangunan utuh yang belum mengalami finishing."PYAAARR!" Suara kaca dipecah terdengar berisik. Beberapa menyemprot pilox ke dinding bangunan, ada juga yang memukul tembok dengan palu godam hingga retak dan juga hancur."Ayo cabut buruan!" komando Garwin sebelum ada orang yang memergoki aksi vandalisme mereka di situ.Dengan berlari-lari mereka meninggalkan lokasi proyek pembangunan Indrajaya Realty Tbk.
"Halo, Pak Arsen. Apa nanti bisa ketemuan di lokasi proyek pembangunan mall perusahaan Bapak?" ujar Leon di telepon saat dia sarapan pagi bersama Evita dan Diego."Halo, Pak Leon. Bisa, apa pukul 10.00 boleh? Saya masih ada keperluan sedikit di kantor," jawab Arsenio yang juga sedang sarapan pagi di restoran apartment dengan keluarga kecilnya.Leon pun mengiyakan sebelum mematikan sambungan telepon. Kemudian Evita pun bertanya, "Apa klienmu itu orangnya baik, Leon? Kuharap beliau bisa mengerti bahwa kejadian pengrusakan semalam di luar kendalimu juga.""Tenanglah, Eve. Pak Arsen itu usianya masih muda, belum ada tiga puluh. Dia baik kok, pasti akan fokus ke solusi bukannya menyalahkan perusahaanku. Nanti biar kujelaskan langsung ke Pak Arsen!" terang Leon lalu melanjutkan sarapannya.Kabar bahwa lokasi pembangunan proyek Cantika dan Arsenio telah diketahui dengan cepat oleh mereka berdua juga dari bawahan yang ikut menjadi supervisor proyek tersebut. Dia melapor via pesan WA ke Arseni
"ANGKAT TANGAN! TEMPAT INI SUDAH DIKEPUNG POLISI, JANGAN COBA-COBA KABUR!" teriak Kompol Dhani Kurniawan sambil mengokang pistolnya saat menyergap komplotan Garwin cs di markas mereka.Namun, Garwin nekad melawan dengan senjata api ilegal juga. Dia mengomando teman-temannya agar menembaki petugas polisi yang mengepung mereka di ruang tengah rumah kontrakan dalam Kampung Condet."Tembakin polisi sialan itu!" seru Garwin sambil menarik pelatuk pistolnya hingga melukai seorang petugas polisi."DOR DOR DOR!" Kompol Dhani berlindung di balik sofa dan membidik kaki dan perut Garwin agar preman bertubuh kekar dengan muka sangar seperti leak Bali itu terlumpuhkan perlawanannya. Ipda Purnomo Edi juga berhasil menembak lengan dan kaki beberapa preman di ruang tengah itu."Kalian kami tangkap dengan tuduhan merusak properti milik orang lain dan melawan petugas kepolisian saat ditangkap!" ujar Iptu Ronal Prawira saat menghampiri Garwin yang kesakitan terkena timah panas.Preman seram itu mengadu
Leon mengerutkan keningnya mendengar bahwa orang yang di balik layar yang menyuruh preman merusak properti milik Arsenio justru dari kalangan keluarga dekat. "Apa itu ayah kandung Bu Cantika? Seburuk-buruknya orang tua kandung rasanya tak akan mungkin melakukan tindakan yang seburuk ini, Pak Arsen! Sewalah detektif swasta untuk menyelidiki papa mertua Anda itu. Bisa jadi hanya sekadar ayah sambung istri Anda lho!" ujar Leon yang kedengarannya logis bagi Arsenio."Hmm ... berarti Anda sepemikiran dengan saya. Jadi semenjak kami menikah, saya makin tahu betapa menderitanya Cantika saat berada di tengah keluarganya. Memang ibu dan saudaranya itu statusnya tiri, tetapi papanya sudah ada sejak dia bayi. Bisa saja mama kandung Cantika menjalani pernikahan kedua dulu ketika puterinya masih bayi," balas Arsenio mengutarakan pendapatnya kepada Leon. Dia merasa rekanan bisnisnya tersebut memiliki kepedulian dengan kisah dirinya dan Cantika.Leon yang mencerna kata-kata Arsenio pun tertawa sini
"Cantika, kita mandi sebentar ya di shower. Habis itu aku mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu," ucap Arsenio sambil melepaskan dasi dan kancing kemejanya yang berwarna biru muda. Istrinya yang baru saja mengunci pintu kamar mengerutkan keningnya dan bertukar pandang dengan Arsenio. "Emang ada perkara penting apa, Sen? Aku kok jadi kepo sendiri. Mesti habis mandi ya kasi tahunya?" tanya Cantika."Hu-um, udah kita mandi dulu aja!" ajak Arsenio yang telah bertelanjang dada menggandeng Cantika masuk ke kamar mandi bersamanya.Ketika melihat istrinya polos tanpa selembar kain pun dan basah-basahan, Arsenio otomatis mengalami ereksi. Jantungnya berdetak lebih kencang seperti genderang perang. Namun, Cantika bukannya meredakan gairah yang membakar tubuh suaminya. Dia justru membelai-belai bentukan bak pisang Ambon mengkal itu sembari menatap Arsenio."Apa mau main basah-basahan bareng aku, Ganteng?" godanya tanpa ampun.Pemuda itu menyerah tanpa syarat di hadapan istrinya seraya meng
"Pak Julian, untuk sementara Anda masih dibebaskan dari rutan karena memang tindak kejahatan yang dilakukan oleh preman-preman itu hanya membuat kerugian materiil tanpa ada korban jiwa. Hanya saja kemungkinan di persidangan akan ada vonis biaya ganti rugi ke Nyonya Cantika dan Bapak Arsenio Gunadharma," terang pengacara kepercayaan Pak Julianto Wiryawan di halaman parkir depan Polsek Sawah Besar.Pria jangkung beruban dengan kumis dan jenggot subur itu mendengkus kesal. Dia tak menyangka Garwin sebodoh itu hingga membongkar kedoknya sebagai dalang kejadian naas yang menimpa Cantika dan Arsenio."Oke, Pak Yongki Siahaan. Saya paham, tolong dibantu nanti saat perkaranya dibawa ke persidangan. Jangan sampailah saya masuk bui!" jawab Pak Julianto sembari berjabat tangan dengan pengacaranya sebelum pulang ke rumahnya.Tiba-tiba saat berada dalam perjalanan ke rumah, ponsel Pak Julianto berbunyi. Dia pun melihat ke layar benda pipih mahal tersebut lalu menjawab panggilan telepon dari puteri