Naina mengangguk, “Iya Tuan,” Naina meraih tangan Rafael lalu mengarahkan tangan pria itu ke inti tubuhnya, “Ini yang perih Tuan,” ucapnya sambil meringis.Mencoba mengalihkan perhatian Rafael. Dan bersyukur, apa yang Naina lakukan saat ini berhasil. Rafael segera masuk ke dalam kamar mandi dan menarik tangannya, tanpa diduga Rafael memegang pinggulnya dan menaikkannya duduk di atas westafel. Naina terkejut, apalagi saat Rafael memintanya untuk menaikkan kedua kakinya ke atas.Rafael memandangi tubuh Naina dengan intensitas yang semakin memanas.Membuat wanita seksi yang kini penuh tubuhnya penuh busa itu berdebar, berharap ia tidak ketahuan, tapi kecemasannya segera menghilang saat tangan Rafael meraba kulitnya yang lembut, memicu getaran kecil di sekujur tubuhnya.Tanpa basa-basi, Rafael memegang pinggul Naina lebih erat, menaikkannya lebih tinggi di atas westafel, membuat Naina duduk lebih tegap. Naina menahan napas saat Rafael mendekatkan wajahnya ke area yang perih itu."Ini saki
Di dalam kamar VVIP yang sangat nyaman, di khususkan untuk keluarga inti Harold, terlihat Emily masih tertidur di atas tempat tidur yang empuk dengan uap humidifier di sisi kanannya. Jarum infus masih tertancap di punggung tangannya. Di sisi Emily terlihat sang mommy, Bella, dan ibunya, Della, yang senantiasa mengusap lengan Emily dengan lembut.Bella memandang wajah Emily dengan penuh kasih sayang, mencoba memberikan kekuatan melalui sentuhan lembut di lengan putri menantunya. “Kamu pasti bisa melewati ini, sayang,” bisiknya.Bella mengusap lengan Emily dengan gerakan lambat, penuh kasih. Wajahnya tampak lelah namun enggan untuk mengalihkan pandangannya dari sang menantu kesayangannya itu.Della sendiri terus memegang tangan Bella, ia benar-benar sakit melihat kondisi Emily yang tak lepas dari cobaan yang menyakitkan.Di sudut lain ruangan, Eleanor dan Cecilia saling bertukar pandang penuh keprihatinan. Mereka mencoba tersenyum untuk menguatkan satu sama lain, saling mengirim kabar k
Atas izin dari Dokter, Emily dapat pulang ke mansion dengan menggunakan helikopter yang berada di atas bangunan Rumah Sakit pribadi Harold Grup ini. Hanya Arion dan Emily, bersama seorang suster yang mendampingi di atas helikopter.Helikopter pribadi milik Harold Grup sudah siap di atas bangunan rumah sakit. Arion membantu Emily naik dengan hati-hati, memastikan sang istri nyaman. Seorang suster ikut serta, memastikan semua kebutuhan medis Emily terpenuhi.Selama perjalanan, Emily menyandarkan kepalanya di bahu Arion, memandangi kotak di pangkuan suaminya. Matanya terlihat lelah namun penuh cinta saat menatap kotak tersebut. Arion mencium puncak kepala Emily dengan lembut, mencoba memberikan kekuatan melalui kehangatan tubuhnya."Terima kasih sudah ada di sini, sayang," bisik Emily, suaranya lemah.Arion menggenggam erat tangan Emily, mengusap lembut lengannya, “Terimakasih sudah menjadi wanita yang hebat, sayang.”Cahaya matahari pagi yang hangat menyinari mereka, menciptakan suasana
Seminggu pun berlalu, kondisi Emily jauh lebih membaik, luka operasinya pun sudah tidak sakit lagi. Selama seminggu ini, Arion bekerja di rumah dan ia baru tahu jika saham di perusahaan cabang sedang mengalami pergerakan yang tidak stabil sejak tiga hari lalu. Felix, Reynnard dan Erik sangat membantu pekerjaannya.“Sayang, kamu bisa ke kantor, aku sudah jauh lebih baik,” ucap Emily sembari membawa segelas kopi untuk suaminya.Arion yang melihat itu segera berdiri dan menghampiri Emily, “Kenapa kamu yang membuatnya sayang, kamu belum boleh banyak bergerak,” seru Arion panik yang segera mengambil cangkir dari tangan Emily.Emily tertawa kecil. "Aku baik-baik saja, Sayang. Aku hanya ingin sedikit bergerak, sendi-sendiku terasa kaku," jawabnya dengan senyum lembut.Arion membalas senyumnya, memeluk Emily dengan hangat. "Aku hanya khawatir padamu, sayang," bisiknya sambil mencium kening Emily.Mereka duduk bersama di sofa yang empuk di ruang kerja Arion. Arion menyesap kopi yang dibuat ist
Emily, Eleanor, dan Cecilia baru saja melangkah masuk ke dalam butik mewah yang dipenuhi lampu kristal berkilauan dan rak pakaian elegan.Suara bass yang berat tiba-tiba memanggil, “Nona Emily? Apa kabar? Sudah lama kita tidak saling menyapa.”Emily menoleh dan menatap tajam sosok pria di depannya, "Ya? Untuk apa saya menjawab anda Tuan Rafael?!" sahutnya tegas tanpa ada rasa takut di wajahnya.Cecilia dan Eleanor segera bergerak, menjaga Emily agar tidak diganggu oleh Rafael. Eleanor melangkah sedikit di depan Emily, menatap Rafael dengan penuh kewaspadaan. Rafael tersenyum smirk, seolah menikmati situasi ini."Kita harus segera pergi," bisik Cecilia, meraih lengan Emily."Lihat-lihat saja," jawab Rafael dengan sorot mata nakal, "Anda semakin cantik, Nona Emily."Emily menarik tangan Eleanor dan Cecilia, "Ayo kita pergi."Namun, langkah mereka terhenti saat Rafael langsung menghadang di depan mereka, “Kenapa kamu begitu terburu-buru?”Dalam hitungan detik, pengawal yang selama ini be
Naina duduk di apartemen Rafael yang mewah, dikelilingi oleh perabotan minimalis namun elegan. Ia segera meminta Beta untuk melumpuhkan CCTV di dalam ruangan tersebut. Dengan earphone terpasang, Naina berkomunikasi dengan Beta, "Kak Beta, pastikan semua kamera mati. Aku akan mulai sekarang."Beta mengkonfirmasi, "Semua aman, Naina. Silakan lanjutkan."Naina cepat-cepat menancapkan USB ke laptop Rafael yang terkunci dengan password. Dalam hitungan detik, Beta berhasil mengendalikan laptop dari jarak jauh. "Ok Kak, semua akses sudah terbuka!" serunya pelan, berusaha tidak menarik perhatian.Sambil Beta sibuk dengan laptop Rafael, Naina mulai melihat-lihat dokumen yang selalu dibawa oleh Dante. Semua file tersebut berisikan data-data Arion dan keluarganya. "Hah... Mr. B pasti akan sangat murka melihat ini!" gumamnya sambil memotret dokumen-dokumen tersebut dan mengirimkannya ke Alpha.Setelah memastikan tidak ada yang terlewatkan, Naina menemukan sebuah laci terkunci di meja kerja Rafael
'Silahkan baca ulang ya sayang-sayang aku, maaf sempat salah pindahkan file'Dante mengambil satu lembar kertas yang berisikan profil model tersebut, “Namanya Tasya.”Rafael mengernyitkan kening, “Tasya?” tanyanya.Dante pun menjelaskan siapa itu Tasya, dan bagaimana model bernama Tasya sempat memiliki skandal bersama Arion, di kabarkan jika Arion dan Tasya merupakan sepasang kekasih. Tetapi di saat yang sama Tasya juga terlihat bersama Raul.Dan di Paris, Raul sempat terlihat berdansa di club miliknya bersama wanita yang saat ini menjadi istri dari Arion. Rafael mencerna semua informasi yang diberikan oleh Dante. Ia merasakan ada keterkaitan antara semua kejadian ini, namun belum bisa memahaminya sepenuhnya. Rafael mengernyitkan kening, berusaha merangkai potongan puzzle tersebut dalam pikirannya.Dante melanjutkan penjelasannya, "Ada kemungkinan besar bahwa skandal antara Tasya dan Raul adalah alasan utama mengapa Raul diincar. Ini terlihat seperti motif yang kuat, namun masih banya
Naina melanjutkan dengan menggosok punggung Rafael dengan gerakan menggoda, dengan sengaja memanaskan mesin pria di depannya ini. Rafael merasakan sentuhan Naina semakin menggoda, napasnya mulai berat dan pandangannya semakin tajam menatap wanita itu.Naina berbisik di telinga Rafael, "Anda terlihat tegang, Tuan muda," sambil menggigit lembut telinga Rafael, memancing reaksi lebih darinya."Shit!" Rafael mengumpat, dan langsung menarik tangan Naina, membuat tubuh Naina terhempas ke depan, di pangkuan Rafael. Membuat riak air keluar dari dalam bathtub.Tangan Rafael yang kasar namun penuh gairah menarik Naina, menimbulkan keintiman yang tak terelakkan. Pancaran lampu dari kamar mandi yang berlapis marmer mewah menambah suasana erotis dan intim.“Tu-tuan...” kaget Naina yang tentu saja memasang wajah terkejutnya saat pipinya tengah di cengkram oleh Rafael.Rafael menatap tajam ke arah Naina dan berkata, “Apa kau menggodaku sejak tadi?”Naina menggeleng pelan, “Aku tidak bermaksud Tuan,”