Sandra turun ke lantai bawah. Ia langsung menuju ke teras rumah. Rayhan menoleh ke arah istrinya. Raut wajahnya nampak mengkerut.
"Kenapa kau tiba tiba datang ke sini?""Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kau berada di sini? Dan dengan siapa kau bicara di telepon?"Rayhan memutus sambungan telepon. Ia membanting handphone miliknya ke lantai."PRak!"Sandra terdiam dengan mulut menganga melihat sikap Rayhan."Kau mencurigai aku? Sedangkan dirimu sendiri berani pergi ke rumah temanku tanpa seizinku."Rayhan berlalu dari hadapan Sandra. Tak ada yang membahas mengenai masalah itu lagi.****Waktu berlalu dengan cepat. Hari ini Kamis, 2 Oktober 2021 adalah ulang tahun seorang teman wanita Rayhan yang bernama Carissa Novianti Putri.Rayhan berdiri dan diam terpaku menatap kalender yang ada di hadapannya.Rayhan dan Novi bertemu secara tak sengaja di depan kantor walikota. Saat itu jalan diRayhan mengalihkan pandangannya. Ia enggan menjawab pertanyaan istrinya. Sementara Sandra terus mencecar Rayhan dengan berbagai pertanyaan."Mas! Aku sedang bertanya padamu. Jawablah!" seru Sandra."Apa yang harus aku jawab?""Siapa Novi?""Bukan siapa siapa. Kau itu salah dengar. Aku tidak menyebut soal Novi!" Rayhan menegaskan."Pasti wanita yang ia ajak mengobrol di telepon, waktu itu!" Sandra berpraduga.*****Rayhan pergi ke kantor meninggalkan Sandra yang masih penuh dengan tanda tanya mengenai siapa Novi.Di kantornya, Rayhan duduk melamun mengingat Novi."Kring!" Sebuah panggilan telepon dari nomor tak di kenal membuyarkan lamunannya."Ya hallo, siapa ini?" tanya Rayhan."Hayo tebak, siapa aku?" jawab seorang wanita dari sebrang telepon.Rayhan diam tak menjawab. Wanita diujung telepon bicara lagi."Aku Novi, temanmu. Apa kamu lupa? Oiya siang ini aku akan mer
Tanpa menunggu reaksi dari Rayhan, Sandra pergi meninggalkan Cafe Lorita dengan perasaan kalut. Di dalam mobil, Sandra menelepon Arya."Hallo! Aku ingin bertemu sekarang," ucap Sandra."Sekarang? Baiklah tunggu aku di rumah."Sandra meminta supir mengantarnya ke rumah Arya. Ia tak peduli jikalau sang supir berpikir yang tidak - tidak saat melihat ia sendirian datang menemui sahabat suaminya.Di dalam rumah, Arya sudah siap dengan makanan ringan kesukaan kekasihnya itu. Arya bahkan sudah membuka pintu pagar, agar mobil Sandra bisa masuk ke halaman tanpa butuh waktu lama."Tok! Tok!""Masuklah sayang. Aku sudah menunggumu dengan makanan kesukaanmu," jawab Arya dengan ramah."Maaf aku ke sini bukan untuk makan," ucap Sandra dengan mata berkaca kaca."Ada apa? Kenapa terlihat begitu sedih?""Tidak ada apa apa. Ini semua adalah salahku, yang terlalu banyak ingin tahu." "Maksudnya?" Arya bingung.
Rayhan turun ke lantai bawah dan berjalan ke ruang tamu."Kau datang ke sini?" Rayhan agak heran menatap Arya yang tiba tiba datang ke rumahnya."Apa aku tak boleh datang ke sini?" "Boleh. Kenapa tidak!" Arya memindai ruangan berukuran sepuluh kali sepuluh meter tersebut. Tampak kotor dengan pecahan kaca yang berserakan di atas lantai."Apakah di rumahmu baru saja terjadi gempa?" Arya bertanya sembari menyindir."Akan lebih baik, jika orang luar tidak terlalu ikut campur dengan apa yang terjadi di dalam rumahku." Rayhan menegaskan."Dia dan Sandra pasti bertengkar hebat. Aku harap, Sandra tidak terluka karena amukan Rayhan." Arya bicara dalam hati."Kenapa diam? Duduklah! Dan katakan apa tujuanmu datang ke sini. Aku tak memiliki banyak waktu untuk bicara denganmu!" Arya mengangguk lalu duduk di atas kursi sofa yang dilapisi kain beludru."Aku ke sini untuk mengembalikan korek api ini. Kau me
Sesampainya di dapur, Sandra melongo melihat kondisi dapurnya yang berantakan. "Apa apaan ini!" keluh Sandra.Ternyata di dapur sudah ada Wulan sedang membanting - banting peralatan makan. Bi Inah berdiri di samping Wulan dengan wajah ketakutan."Hentikan Wulan! Apa yang kamu lakukan di dapurku?" teriak Sandra."Hmmm aku kesini sebenarnya ingin mencicipi kue buatanmu. Tapi, cuih! Rasanya tidak enak sekali." Wulan menghina kue buatan Sandra sembari meludah ke lantai."Apa maksud ucapanmu? Kue itu sebelum dikemas, sudah aku cicipi terlebih dahulu untuk memastikan kesegaran rasa dan wangi khasnya!" Sandra bicara sambil menunjuk wajah adik iparnya."Halah! Kamu buat kue nya asal asalan saja." Wulan mencibirWulan mengambil sisa kue di dalam kotak, lalu membuangnya ke lantai dan menginjak injaknya."Lihatlah kuemu! Jelek dan hina sama sepertimu. Tidak layak makan, lebih layak untuk diinjak - injak di bawah kakiku."
"Apa yang kau lakukan Wulan! Apa kau mau menghancurkan rumahku!" pekik Rayhan."Aku mau menghajar istrimu!" ucap Wulan sambil menyeringai."Kau sudah benar benar tidak waras! Kenapa kau menyerang Sandra?" tanya Rayhan sembari memegang erat kedua tangan adiknya."Aku tidak menyukainya, karena dia sudah mendekati lelaki yang kusuka." Wulan menjelaskan."Siapa maksudmu?" tanya Rayhan."Arya!" jawab Sonia singkat."Kau benar benar sudah gila. Kau lupa statusmu sebagai istri dari Johan. Dan tuduhanmu terhadap Sandra itu, tanpa alasan yang jelas. Aku muak dengan pembicaraan konyol ini!" terang Rayhan, tegas.Dodi datang menghampiri Wulan dan langsung menyeretnya keluar dari rumah. Wulan memberontak dan berteriak histeris hingga suaranya terdengar melengking di seluruh penjuru rumah."Lepaskan aku!"Setelah beberapa saat, akhirnya Wulan pergi dari rumah Rayhan. Bi Inah dan Tarjo memindahkan Sandra ke atas kurs
Mobil yang dikendarai oleh Dodi dan Wulan menabrak pagar pembatas jalan. Untungnya Dodi mengerem tepat waktu, sehingga tak ada korban jiwa. "Ah!" Wulan memegang kepalanya yang memar karena menghantam bagian kaca mobil."Karma langsung dibayar tunai. Dia membuat kepala Non Sandra terluka dan sekarang kepalanya sendiri yang terluka." Dodi menyunggingkan senyuman sembari bicara dalam hati.Dodi memundurkan mobilnya dan kembali melaju di jalanan. Dodi dengan cekatan membawa mobilnya menuju ke jalan Lantana menuju rumah Wulan.Di dalam mobil, Wulan menggigit kuat, tangan supir kakaknya hingga meninggalkan bekas dan hampir berdarah."Hentikan mobilnya! Atau aku akan melompat dari jendela!" pekik Wulan.Dodi tak punya pilihan selain mengikuti perintah Wulan. Ia menghentikan mobil di pinggir jalan."Apa maumu?" tanya Dodi kepada adik majikannya."Aku tak ingin pulang ke rumah Papa. Aku ingin pulang ke rumahku sendiri,"
Wulan memegang senjata perkasa milik Dodi yang sudah berdiri tegak."Jangan lakukan itu," ucap Dodi menepis tangan adik majikannya."Kenapa? Coba kamu lihat, dua gunungku bahkan sekarang ikut menegang," ucap Wulan sembari membuka handuk di depan supirnya.Ia mendekatkan gunung gunungnya yang besar dan hangat ke pipi Dodi, kemudian perlahan memasukkan puncak gunungnya ke dalam mulut supir tampannya itu.Wulan yang sudah tak mengenakan kain sama sekali, naik ke atas tubuh Dodi. Ia mencoba merayu Dodi agar mau melepaskan senjata besarnya ke dalam goa kecil milik Wulan."Bukalah baju dan celanamu. Aku akan membuatmu terbang ke angkasa," ucap Wulan.Tanpa diduga, Dodi langsung bangkit berdiri. Ia melangkah menjauhi Wulan."Kenapa kau menolakku?" tanya Wulan."Karena memang yang kau lakukan sudah di luar batas!" pekik Dodi.Wulan menanggapi ucapan Dodi dengan santai. Ia berjalan mendekati Dodi dan menggelayut
"Apa kamu pikir papa buta? Papa bahkan tahu apa yang ingin kamu lakukan. Kamu sungguh-sungguh mempermalukan keluarga! Hari ini, keluarga suamimu akan datang kemari. Ingat jaga sikapmu!" seru Dani.Sementara Wulan yang merasa malu, hanya bisa menundukkan wajah. Ia pergi ke dalam kamarnya diikuti oleh beberapa karyawan salon yang akan membantunya berdandan."Apapun yang aku lakukan selalu salah! Papa lebih peduli dengan Sandra daripada Putri kandungnya sendiri!" Wulan bicara dalam hati.Dani pergi ke arah yang lain dan masuk ke dalam rumah. Ia benar benar kecewa memiliki putri seperti Wulan."Entah apa salah dan dosaku, hingga Putri yang lahir di dalam keluar ini sungguh menguji kesabaranku!" gerutu Dani sambil memegang pelatuk kesayangannya dan menggosoknya dengan kain lap.Dani adalah Ayah dari Wulan dan juga Rayhan. Dia lelaki pekerja keras dan bertanggung jawab. Karakternya yang tegas dan disiplin membuat setiap usaha yang di gelutinya