Bab 130Bayi kembar cantikDaniel yang melihat perubahan sikap Cinta secara tiba-tiba merasa heran. Cinta memang manja,, tapi tidak melulu menangis saat menginginkan sesuatu seperti saat ini."Oke, aku minta antar Andi, ya!" ujar Daniel merapikan rambutnya dan mencium pipi Cinta sekilas lalu segera pergi membeli es krim."Kita hanya membeli es krim, Bos?" tanya Andi saat Daniel keluar dari McDonald's hanya menenteng paper bag yang berisi es krim.Daniel menarik napas berat dan mengangguk. Setelah sampai di Apartemen, Daniel segera membangunkan Cinta yang meringkuk di atas ranjang."Sayang, ini es krimnya," ujar Daniel mengeluarkan kotak es krim dari paper bag.Cinta segera bangun dan menatap Daniel yang membuka kotak es krim."Aku suapin, ya!" Daniel menyodorkan es krim tersebut kepada Cinta."Aku maunya kamu yang makan es krim itu," sahut Cinta membuat Daniel bingung."Sayang, kamu tahu, kan. Aku nggak suka es krim," ujar Daniel dengan wajah memelas."Jadi kamu nggak mau makan es kr
Bab 131Buah cinta"Aku nggak kuat, Daniel ...!" rengek Cinta di sela tarikan napasnya."Dok, sebaiknya Cinta operasi aja. Saya nggak kuat melihat dia kesakitan begini," ujar Daniel menoleh dokter Fikri."Nggak bisa Daniel, Cinta udah pembukaan sepuluh. Kita harus usahakan Cinta secara normal," jawab Fikri menatap Daniel dengan serius.Daniel merasa kehabisan akal. Cinta terus kesakitan sedangkan dokter tidak mengizinkan operasi. "Daniel, Coba kamu peluk Cinta dengan erat. Mungkin bisa membuat kontraksi lebih kuat," ujar Dokter Fikri kepada Daniel."Sayang ... Kamu harus kuat, ya. I love you," Daniel mengecup bibir Cinta dan memeluknya dengan erat. Ketika kontraksi muncul lagi, Daniel memeluk Cinta semakin erat sehigga punggung Daniel tidak lewat dari cakaran Cinta.Suara tangis bayi terdengar membuat Daniel menoleh. "Kita keluarkan yang satu lagi ya, Cinta tarik napas dan buang saat kontraksi muncul, ya," Dokter Fikri kembali memberi aba-aba."Sayang, kamu dengarkan aku? I love you
Bab 134Permintaan GilangDaniel segera mengurus pengalihan aset yang diminta oleh Gilang. Daniel memang dapat diandalkan soal urusan cepat sehingga dalam waktu tiga hari, berkas-berkas sudah beralih nama Risa dan Gio. "Ini berkas yang Lo minta udah siap," ujar Daniel meletakkan map dihadapan Gilang. Gilang menerima map tersebut dan membacanya dengan seksama. Gilang tersenyum dan menyerahkan kembali map tersebut kepada Daniel."Lo memang sahabat yang dapat diandalkan. Simpan berkas ini dan berikan pada Risa dan Gio kalau waktunya sudah tepat," ujar Gilang tersenyum.Daniel menyipit dan menggeleng. "Gue udah mengurus segala sesuatunya. Yang berhak memberikan ini semua adalah Lo sendiri," sahut Daniel menyodorkan map tersebut tepat di dada Gilang."Lo kalau nolong gue jangan setengah-setengah, Dan. Ini tuh surprise. Ngapain juga gue yang harus kasih ke mereka," dengkus Gilang dengan wajah kecewa."Surprise? Surprise apaan?" Daniel melipat tangannya di dada "Lo nggak usah banyak tanya
Bab 133Kematian Gilang"Ini pasti mimpi, Sayang, aku hanya mimpi, kan?" Daniel mencengkram bahu Cinta lalu memeluknya dengan erat. Cinta menenangkan Daniel yang terus mengutuk dirinya sendiri karena tidak peka terhadap bahasa Gilang saat pertemuan mereka di Jakarta dua Minggu yang lalu.Cinta segera menelpon Andi dan memintanya untuk segera memesan tiket pesawat untuk penerbangan subuh.Cinta mencium kening Daniel dan menenangkan suaminya itu. "Kita berangkat ke Jakarta nanti subuh. Aku mau memompa ASI dulu karena kita tidak mungkin membawa si kembar ke Jakarta," ujar Cinta mengusap air mata yang membanjiri wajah Daniel.Daniel mengangguk dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Cinta mengetuk kamar orang tuanya dan memberi tahu kabar duka tersebut."Innalilahi wainnailaihi roji'un," ujar Pak Ruslan dan Istrinya bersamaan."Kasihan Amira, Ma. Dia pasti sedih," ujar Carisa menatap ibunya.Cinta mengusap wajah Carisa dengan lembut. "Nanti, kalau sudah tenang, Carisa telpon Amira dan
Bab 133Rasa yang tak lekang oleh waktu"Pagimu bahagia, Sayang?" Daniel menoel hidung Cinta dengan telunjuknya.Cinta menganguk dan mencium pipi suaminya dengan mesra.Daniel memeluk Cinta dengan erat sebelum beranjak ke kamar mandi."Kamu nggak bosan terus memeluk dan menciumku seperti ini?" tanya Cinta mengecup rahang keras yang menopang di kepalanya."Selama aku masih bernapas, aku tidak akan pernah berhenti memeluk dan menciummu. Aku membenarkan ucapan Gilang kalau kematian itu tidak tahu kapan datangnya. Dan aku harus segera menyiapkan segalanya sebelum terlambat," ujar Daniel menatap Cinta dengan teduh."Bukankah kita sudah melewati waktu dengan penuh kemesraan? Kamu bahkan setiap hari mengucapkan kata I love you semenjak kita menikah," sahut Cinta membenamkan kepalanya di dada bidang Daniel."Aku tahu. Maksudku, aku juga sudah mengurus peralihan aset atas namamu dan anak-anak," ujar Daniel membuat Cinta terkejut."Apa? Peralihan nama?" Cinta bangkit dari pelukan Daniel dan mem
Extra partSatu tahun kemudian "Selamat siang, Sayang." Daniel langsung memeluk tubuh langsing Cinta dari belakang. Perempuan itu sedang menyusui bayi kembar mereka yang berumur delapan belas bulan."Udah pulang? Baru jam sepuluh juga." Cinta menoleh pada Daniel yang sedang menopang dagu di pundaknya."Kangen, tahu," bisik Daniel di telinga Cinta membuat perempuan bermata bening itu menyipit."Gila!" Cinta berlalu meninggalkan Daniel, tapi tubuhnya terlebih dahulu di sambar oleh Daniel dan dihempaskannya ke atas ranjang. "Daniel, kamu mau apa?" Cinta mendorong sedikit tubuh Daniel yang mulai menindih tubuhnya. "Menurutmu?" Daniel menaikturunkan alisnya sebelum merampok bibir Cinta dan melumatnya dengan mesra.Cinta memejamkan matanya, menikmati ciuman Daniel yang semakin hari semakin menggila. Lelaki bermata sipit itu tak pernah bosan mencumbu istrinya meski setiap hari dilakukan."Sayang, udah, dong." Cinta menghindar dari sesapan Daniel di leher jenjangnya."Kenapa? Ada yang sala
Langit sore begitu cerah. Awan putih berarak dengan lembut mengikuti desau angin. Sungguh pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Daniel dan Cinta memutuskan untuk memenuhi permintaan Risa untuk datang ke kota Jakarta. Mereka membawa serta Carissa dan si kembar dengan didampingi oleh babysitter.Sepanjang perjalanan di dalam pesawat, Carissa bercerita kepada Merry tentang Amira dan keluarga almarhum Gilang. Gadis kecil yang hampir beranjak remaja itu dengan antusias menyebutkan satu persatu orang-orang yang dia kenal yang berada di Jakarta. "Mereka baik banget, loh, Bik. Bibi nanti pasti juga sangat senang bertemu dengannya," ujar Carissa dengan senyum terkembang."Emangnya dia mau kenalan sama baby sitter seperti Bibi?" Tanya Bik Meri kepada Carissa.Carissa terkekeh mendengar penuturan baby sitter adik kembarnya tersebut. Sepertinya baby sitter adik kembarnya itu memiliki masa lalu yang menyedihkan tentang status majikan dan baby sitter."Tentu saja mau dong, Bik. Amira itu sama
Risa mengernyitkan keningnya karena tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Cinta."Aku nggak ngerti apa maksud kamu, Cin," ujar Risa.Daniel segera mendekati istrinya yang sedang melakukan panggilan video dengan Risa. Lelaki itu menatap lekat-lekat seakan melihat sahabatnya Gilang yang sedang berdiri di layar ponsel."Siapkan semua materi dengan lengkap, setelah sampai di rumahmu nanti kami akan memeriksa materi itu," ujar Daniel dengan wajah datar.Risa sejujurnya masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Cinta, akan tetapi ia menurut saja permintaan Daniel untuk mempersiapkan semua materi yang akan ia jabarkan pada saat meeting besar nanti. Untuk kejelasan apa yang dikatakan oleh Cinta, Risa memilih menunggu sahabatnya itu datang dan menjelaskan secara langsung. "Oke, deh. Aku akan menyiapkan selengkapnya supaya Nanti kalian tinggal memeriksa," sahut Risa. Cinta pun segera memutuskan sambungan telepon dan menunggu Carissa dan Amira yang tadi diantar oleh Pak Sapto bersama