Share

Tebusan

Peringatan Bambang kemarin bikin aku sangat hati-hati, nyaris paranoid, terlebih ketika Cipta dan Chris sudah pergi.

Sejak memutuskan tinggal lagi di ibu kota, Chris memang sudah bekerja di sebuah rumah sakit swasta. Katanya sambil lirik-lirik lahan yang cocok untuk buka praktik mandiri. Sebab itulah, dia tak bisa selalu mendampingiku.

Namun status sebagai tahanan rumah, bikin aku tak bisa terus-menerus diam di tempat. Ada kegiatan wajib lapor yang mesti kutekuni. Pagi ini kebetulan pula jadwalnya.

"Bu Tiara, kita belum telat, kan?" Supri memastikan sembari fokus mengamati jalanan di depan sana.

"Belum, Pak." Aku menyahut sekenanya sambil bertanya-tanya kapan kiranya kedua bajingan yang menyeretku dalam masalah, tertangkap.

"Drtdrtdrtdrt... ."

Getar ponsel, tiba-tiba membuat kegelisahan hatiku makin menjadi.

Sebuah pesan gambar nyaris membuat aliran darahku berhenti. Dalam gambar itu, Cipta terduduk lemah dengan tangan dan kaki terikat. Kata-kata singkat yang menyertainya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status