Matahari sudah sedikit naik ketika Reni menceburkan diri ke dalam kolam renang. Ia berenang kesana kemari menikmati air kolam yang cukup dingin untuk cuaca yang sedikit terik ini. Setelah beberapa waktu menenggelamkan wajah di dalam air, Reni menepikan diri.
"Kamu nggak mau ikutan nyebur juga?" tanya Reni ketika Arjuna mendekatinya. Arjuna memang dari tadi hanya memperhatikan Reni yang berenang.
"Masih belum pingin. Habis ini deh!" ujarnya santai.
Akhirnya, Reni kembali masuk ke dalam air. Arjuna senang sekali melihat tubuh Reni yang lincah di dalam air. Perempuan itu seperti menemukan surganya ketika berenang. Sepertinya, Reni sangat menyukai air. Sudah hampir satu jam ia berenang dan tidak juga naik.
Karena cuaca yang semakin panas, Arjuna akhirnya menceburkan diri ke dalam kolam. Reni tertawa ketika terkena cipratan air dari Arjuna.
"Nggak tahan juga akhirnya!" e
Pagi-pagi Reni sudah uring-uringan. Padahal hari ini kedua kakaknya akan berbulan madu. Tetapi, wajah Reni sudah masam sedari pagi. "Yailah! Cuman ditinggal seminggu doang mukanya seper banget kek jeruk mau busuk!" goda Ryo seraya mengacak-acak rambut adiknya. "Ya habisnya, bisa-bisanya Arjuna ngasih hadiah Kakak bulan madu ke Belanda. Kan gue yang pengen ke sana, Kak!" seru Reni seraya manyun. Salah satu dream listnya adalah liburan ke negeri kincir angin tersebut. Hal yang sudah sejak lama ia impikan. Tetapi malah kakaknya duluan yang mendapatkan kesempatan ke sana. "Ya nanti elo tinggal minta ke Arjuna. Gampang, kan?" Ryo mengerlingkan matanya pada Reni, membuat anak bungsu itu semakin kesal dan menginjak kaki Ryo. "Aww! Dih, awas ya lo!!" pekik Ryo saat Reni berlalu meninggalkannya. Reni memilih untuk mengunci diri di dalam kamar. Ia benar-benar kesal bukan main
Setelah Ryo berangkat, Reni baru keluar dari kamarnya. Ia sudah mencangklong tas ransel di pundaknya. Tak lupa sepatu kets kesayangannya yang sudah semakin buluk ia pakai. Reni berlari ke belakang mencari Mamanya. "Ma, Reni mau berangkat!" pekiknya ketika melihat Santi sedang menyirami anggrek kesayangannya di belakang rumah. "Kamu mau kemana sayang?" tanya Santi setelah mematikan kean air. Ia mengelap tangannya yang sedikit basah. "Mau ke kampus, Ma. Mau ngurusin magang. Bulan depan kan Reni udah harus mulai magang. Jadi hari ini Reni mau daftar dulu. Biar bisa milih tempat magangnya." Santi mengangguk dan membulatkan bibirnya membentuk huruf O. "Ya udah, hati-hati, ya. Nanti kalau nggak sempet makan siang di rumah, makan siang di luar bareng Arjuna ya?" Reni yang hendak mencium tangan Mamanya terhenti mendengar nama Arjuna
Arjuna meremas kuat-kuat kertas yang tadi digambarnya. Padahal gambaran itu sudah hampir selesai, ternyata ia salah membuat rancangan. Dengan wajah kesal bukan main, Arjuna membuang kertas itu ke dalam tempat sampah. Arsitek tampan itu harus dengan segera merancang ulang sebelum lusa diberikan pada kontraktor yang akan menggarap proyek besar ini. Jarum jam masih menunjuk ke angka 11 ketika Arjuna beranjak dari tempat duduknya. Ia memilih untuk ke dapur kantor dan membuat kopi di sana sebagai pelarian dari rasa suntuknya. Ia menyeduh kopinya sendiri kemudian duduk di bangku belakang kantor sendirian. Setelah hampir 15 menit, suara Fina membuyarkan lamunannya. "Pak Arjuna kalau mau kopi kok nggak bilang? Kan saya bisa buatin, Pak!" serunya lembut. Arjuna menoleh seraya tersenyum. Senyuman yang bisa membuat Fina klepek-klepek. "Nggak apa-apa, Fin. Lagi pengen bikin kopi sendiri."&n
Suasana kantor sudah sangat sepi. Hanya ada dua satpam yang mendapat jadwal shift malam di depan kantor. Arjuna berjalan santai di lobi kantornya ketika semua lampu sudah dimatikan. Saat melirik jam tangannya, sudah pukul sepuluh malam ternyata. "Pak Arjuna baru pulang?" sapa satpam yang tadi bertugas mengambilkan mobil Arjuna dan memarkirkan di depan pintu lobi. Arjuna mengangguk. "Iya nih, Pak! Habis lembur soalnya." Ia tersenyum. "Oh iya, jangan lupa dicek ya Pak semua ruangan, takutnya ada yang belum terkunci." "Baik, Pak!" serunya seraya menyerahkan kunci mobil Arjuna. Arjuna mengemudikan mobilnya dengan santai. Sembari melepas lelah, ia ingin menikmati angin malam kota Jakarta. Sudah lama sekali ia tidak pernah keluar malam karena biasanya jam segini ia akan sibuk dengan mempelajari dokumen-dokumen di ruang kerjanya yang ada di rumah. Jalanan sudah cukup lenga
Setelah dua hari yang lalu Reni mendaftar untuk magang, hari ini ia dan Rendi akan ke galeri Aldo untuk mengantarkan proposal magang keduanya. Rendi menawarkan diri untuk menjemput Reni. Naik motor biar cepat, katanya. Reni sedang menikmati sandwich sebagai sarapannya kali ini ketika Si Mbok memanggilnya dengan tergopoh-gopoh. "Di depan ada temennya Non Reni. Katanya mau ke galeri gitu, Non!" seru Si Mbok dengan sedikit ngos-ngosan ketika sampai di sebelah Reni. Reni mengangguk. "Iya, Mbok. Udah disuruh masuk?" "Masnya nggak mau! Katanya mau di depan aja sambil ngeliatin Mang Ujang motong rumput!" Reni tertawa. Ia segera meneguk susu coklatnya dan bergegas keluar. Ia melihat Rendi sedang berjongkok di pinggir taman sembari mengajak Mang Ujang bercakap-cakap. "Seru banget nih!" celetuk Reni menginterupsi percakapan Rendi dengan Mang Ujang.
Setelah cukup puas mengelilingi galeri, Reni dan Rendi memilih untuk duduk di teras belakang galeri. Suasana yang sedikit hangat karena matahari mulai meninggi membuat Reni melepas jaketnya. Ia paling tidak tahan gerah. "Panas, Ren?" tanya Rendi yang dijawab anggukan oleh Reni. Rendi segera mengeluarkan sebotol air minum dari dalam tasnya. "Nih!" Reni menoleh dan menerima botol minuman itu dengan sedikit heran. "Beli dimana?" Rendi mengeluarkan beberapa snack dari tasnya. Reni rasa, di dalam sana sudah seperti kantung Doraemon. Bedanya ini hanya mengeluarkan snack saja. "Tadi sebelum berangkat. Karena kupikir, kita pasti bakalan lama di sini. Eh, ternyata bener. Ya udah, berguna berarti aku bawa cemilan sama minum. Biar nggak bosen juga kan nungguinnya?" Reni mengangguk pasrah kemudian menenggak air mineral dari dalam botol tersebut. Akhir
Garis hitam di bawah mata Arjuna membuat semua orang tahu, lelaki itu sudah bekerja keras akhir-akhir ini. Kemarin, Arjuna sampai tidak pulang dari kantor karena harus merampungkan bahan presentasi dibantu dengan Fina. Sekretarisnya itu baru pulang menjelang pukul sebelas malam. Awalnya ia ingin membantu Arjuna sampai selesai. Namun, Arjuna melarangnya. Akhirnya, Arjuna menyelesaikan semuanya sendiri sampai menjelang pagi. Ia baru tidur sekitar pukul empat pagi tadi. Ia bangun pukul tujuh karena akan ada meeting pukul delapan. Selama Arjuna mempersiapkan diri, Fina dibantu dengan Rinda menyiapkan kebutuhan untuk meeting. Keduanya sudah datang pukul enam pagi tadi. "Gila ya, padahal Pak Arjuna bisa loh nyuruh kita-kita buat lembur gitu. Eh, ini malah dihandle sendiri semuanya sama dia. Workaholic parah!" celetuk Rinda sembari mengecek berkas-berkas untuk meeting pagi ini. Ia tentu senang-senang saja apabila diminta lembur, karen
Motor Rendi berhenti tepat di sebelah mobil Lesmana. Sepertinya, Papa Reni pulang lebih cepat hari ini. Reni langsung turun dan melengang masuk. Sementara Rendi menghampiri Mang Ujang yang sedang duduk-duduk santai di sebelah taman. "Nih, Mang. Saya bawain kue pancong spesial!" "Loh, beneran dibeliin?" tanya Mang Ujang kaget. "Padahal tadi saya cuma bercanda. Eh, ternyata beneran dibeliin sama Mas Rendi. Uapik tenan toh, Mas!" Mang Ujang menerima bungkusan dari Rendi dan memakannya. Keduanya asyik membicarakan banyak hal hingga melebar kemana-mana. Sementara itu, Reni sudah berganti pakaian. Ia mengenakan t-shirt dan celana pendek selutut. Hari ini cuaca begitu gerah sehingga ia tidak tahan bila berlama-lama mengenakan baju panjang. "Papa kok tumben pulang cepet?" tanya Reni seraya menghampiri Papanya yang sedang asyik menikmati cemilan di ruang tengah sendirian. Ma