"Apa!" Bentak Bramono, sambil bangun dari duduknya.Bramono merasa kesal, dengan jawaban dari Dokter, bagaimana bisa dia kembali tidur dan mengulangi malam panas bersama wanita itu, membayangkan nya saja, dia sudah bergidik ngeri.Poni dan rambut kepang dua wanita itu, mulai muncul di ingatan nya, lalu kacamatanya yang besar dan yang lebih parah, kawat gigi yang menempel erat di gigi wanita itu, membuat Bramono bergidik sekali lagi."Tenanglah!" Ucap Dokter, melihat kemarahan pada diri Bramono."Saya tidak sembarangan mengatakan hal ini, saya menganalisa, jika gangguan pada senjata anda, karena pikiran anda pada wanita itu, melebihi batas normal," jelas Dokter.Bramono termenung di dalam mobil, mengingat kata-kata dari dokter, lalu menarik nafas panjang, melepaskan rasa sesak di dalam dada."Sepertinya, aku harus mencari wanita itu, dengan benar," ucap Bramono.Bramono memutuskan tidak kembali ke kantor hari ini, tapi pulang ke apartemen nya, rasa semangat bekerja dalam dirinya, kini s
Mala kini sudah selesai, membersihkan apartemen milik Bramono, kecuali kamar. Karena Bramono tidak ingin kamarnya di sentuh siapapun. Mala pun merapihkan alat-alat kebersihan, yang tadi dia gunakan ke dalam gerobak. Sedangkan Bramono, masih belum berani menampakkan diri, di depan Mala.Bramono masih tidak yakin, kalau Mala yang bisa menyembuhkan nya. Dia takut jika sudah tidur dengan Mala, senjatanya ternyata belum juga bisa bangun, Bramono akan merasa mengalami kerugian yang sangat besar, karena sudah berdekatan dengan wanita jelek itu lagi.Jika dia tidur lagi bersama wanita itu, itu akan merusak rekor nya sebagai Cassanova sejati, yang tidak pernah tidur bersama wanita yang sama untuk ke dua kalinya."Syukurlah, dia ternyata tidak tahu, aku!" Ucap Mala."Kalau bisa, aku tidak mau, sampai bertemu pria bermulut tajam itu!" Lanjut Mala, berdoa dalam hati.Bramono yang mendengar itu, mengerutkan keningnya, siapa juga yang mau dengan wanita jelek kayak dia lagi, batin Bramono kesal.Bra
Bramono menatap nyalang pada Mala, yang kini berada di bawahnya. Mala yang tak bisa berkutik mengeluarkan air matanya, haruskah dia mengalami ini lagi, dengan orang yang sama? batin Mala menjerit, menolak keadaan ini.Mala sekuat tenaga, mencoba menahan tubuh Bramono, yang kian merapat, Bramono tersenyum kecil."Kamu, tak akan mampu menahan dan mencegahku!" Ucap Bramono."Tidak, kumohon lepaskan aku!" Melas Mala.Bramono menarik tangan Mala yang sejak tadi, menahan gerakannya, lalu menekannya tangan itu ke sofa, hingga Mala tak bisa berkutik lagi. Bramono melepaskan kacamata yang di pakai oleh Mala, sesaat Bramono terpaku, ternyata di balik kacamata itu, ada bola mata berwarna coklat yang sangat indah.Bramono melempar kacamata itu, kesembarangan tempat. Kemudian Bramono memulai aksinya dengan melumat bibir Mala, Mala memberontak, walau terlihat percuma, karena Bramono benar-benar telah menguasai bibirnya.Bramono merasa terkejut, baru saja dia merasakan bibir kenyal milik Mala, ada se
Mala langsung keluar dari apartemen Bramono, saat itu juga, dengan kesal. Bisa-bisanya seorang pria ingin menikahi seorang wanita, hanya karena ingin tidur dengan wanita itu.Bramono, menatap pintu apartemen nya yang kini sudah tertutup rapat lagi, hati Bramono benar-benar di buat marah, oleh Mala. ***Esok harinya lagi, Bramono sengaja menunggu Mala, datang. Bramono ingin menyelesaikan masalah ini dengan Mala secepatnya. Namun Mala hari itu, tak kunjung datang, membuat Bramono terpaksa keluar dari apartemen nya, untuk mencarinya. Bramono menghentikan maksudnya, saat melihat Mala sedang berbincang akrab dengan pemilik apartemen sebelah."Jadi nama kamu, Mala?" "Iya, tuan,""Pekerjaan kamu bagus, besok datang lagi kemari, ok!""Baik tuan, terimakasih,"Mala pun pamit, dan terkejut ketika matanya bertemu dengan mata Bramono yang menatap tajam ke arahnya. Mala pun menghampiri Bramono, dan meminta maaf, karena telat datang. Bramono hanya diam, dia memberi jalan Mala, untuk masuk ke dala
Bramono mencoba menenangkan diri, agar bisa berkonsentrasi dalam mengemudi. Bramono masih memikirkan keanehan yang terjadi, pada dirinya, bagaimana bisa melihat Laras yang seksi, namun dalam khayalan nya tadi Laras berubah menjadi Mala.Bramono tidak bicara sama sekali, dia seperti melupakan jika ada Laras di sampingnya, yang kini bahkan sedang terlihat kesal pada Bramono. Laras merasa di cuekin, bahkan tidak dianggap oleh Bramono.Bramono menghentikan mobilnya, tepat di depan sebuah restoran, Bramono berlari untuk membukakan pintu mobil untuk Laras, dengan tersenyum lebar, namun Laras malah membuang wajahnya ke arah lain.Bramono mengerutkan keningnya, karena merasa tidak berbuat apa-apa, yang bisa membuat Laras marah, sejak tadi dia hanya diamBramono tidak tahu, jika diamnya itu yang membuat Laras kesal dan Marah. Bramono dengan ragu mengulurkan tangannya, takut di tolak oleh Laras, namun ternyata dia salah.Laras menerima uluran tangan Bramono, bahkan membiarkan Bramono, menuntun
Dengan tidak sabar, Bramono menunggu kedatangan Mala. Ketika pintu apartemen baru terbuka, Bramono langsung menarik tangan Mala masuk ke dalam apartemen nya, membuat Mala terkejut, dan sedikit ketakutan melihat ekspresi yang di perlihatkan Bramono padanya.Bramono seperti akan menelannya, hidup-hidup."Duduklah, kita harus bicara!" Ucap Bramono, tiba-tiba.Mala berjalan perlahan, lalu duduk di sofa tanpa melepaskan pandangan nya, dari Bramono. Dia takut tiba-tiba Bramono, menyerangnya.Bramono duduk di sebelah Mala, lalu menarik tangan Mala dalam genggamannya. Mala mencoba menarik tangannya dari genggaman Bramono, tapi tidak bisa. Bramono memperkuat genggamannya, mata mereka saling menatap tajam penuh permusuhan. Hingga terjadi aksi tarik menarik antara Bramono dan Mala.Bramono mengalah melepaskan tangan Mala, dia harus berkonsentrasi agar bisa mengatakan, semuanya pada Mala. Dia percaya pada Mala, jika Mala akan menutup mulutnya pada siapapun, jika Mala sudah tahu semua masalahnya.
Walau ini hari pernikahan nya, Mala sama sekali tidak berdandan ataupun memakai pakaian bagus, Mala hanya berpenampilan seadanya. Karena tak ada yang istimewa dalam pernikahan ini, tidak ada ibu atau ayahnya, hanya dia sendiri."Cih!" Bramono mendelik kesal, Mala benar-benar tidak memikirkan dirinya, bagaimana bisa calon istri Bramono Sudjatmiko, berpenampilan seperti itu."Bikin malu!" Batin Bramono.Mala tak mau ambil pusing, dengan tatapan tajam yang di berikan Bramono padanya, saat melihatnya datang. Bramono langsung mengajak Mala masuk ke dalam ruangan di mana pak penghulu berada.Bramono pun langsung keluar begitu selesai, mengucapkan ijab kobul di depan penghulu, tanpa menunggu Mala. Mala memasang wajah kesal, melihat tingkah Bramono yang menurutnya, seperti anak kecil.Bahkan setelah itu, Bramono dan Mala berpisah, kemudian mereka kembali melakukan rutinitas sehari-hari.mereka. Bramono pergi ke kantornya, sedangkan Mala kembali menjadi cleaning servise. Seperti tidak terjadi h
Mata Mala yang tadi terpejam kini terbuka lebar, ketika Bramono mengulang adegan mencium bibirnya lagi. Sekuat tenaga Mala berusaha tetap sadar, agar tidak sampai membalas ciuman itu, Mala tak mau sampai jatuh terlalu dalam, dalam hubungan palsu ini.Walau ciuman Bramono sangat lembut, menggoda nya untuk membalas ciuman itu, Mala tetap bertahan, untuk tidak membalas ciuman itu. Mala membiarkan Bramono bereaksi sendiri di atas tubuhnya, ingin sekali Mala mengeluarkan suara karena merasa kan hal yang nikmat, yang Bramono lakukan di atas tubuhnya, tapi Mala menyangkal hal itu, dengan menutup mulutnya rapat-rapat.Mala memutuskan untuk mengeraskan hatinya menampik rasa itu. Mala takut dia akan jatuh cinta pada Bramono, sedangkan mereka hanya akan bersama selama enam bulan saja, Mala tidak ingin bernasib sama seperti wanita yang kemarin di tolak oleh Bramono.Mala tak berani mengharapkan mereka akan bersatu suatu hari nanti, karena Mala tahu, Bramono pria seperti apa, seorang Pria tampan y