Pandang menyapu seluruh ruangan. Enrico menatap Belezza dan Viery dengan tajam. Tiba-tiba ia mengeluarkan pistol dari balik jasnya dan diarahkan langsung ke kepala Belezza.
“Katakan dimana Lynea atau kamu mati saat ini juga!” Tubuh tegapnya menodongkan senjata api. Terlihat begitu gagah, tetapi mematikan.
“Apa maksudmu? Aku tidak tahu menahu di mana istrimu!” jawab Belezza mulai nampak takut. Ujung pistol hanya berjarak sekitar satu meter saja dari tempatnya berdiri.
Alonzo mulai mendekat kemudian berbisik.
“Tuan, sebaiknya kita pergi ke rumah sakit. Felix menunggu kita di sana.”
“Kalau sampai aku menemukan hubungan kalian dengan hilangnya istriku, akan kupecahkan kepala kalian dengan tanganku sendiri!”
Ancaman Enrico terdengar begitu menakutkan. Mata cokelat menyala layaknya singa lapar akan menerkam mangsanya.
Orang lain seperti Charles dan Dorothy hanya bisa saling pandang. Mereka sam
Lynea terkurung di sebuah ruangan gelap dan pengap. Sejauh mata memandang hanya tembok lusuh yang usang. Udara di sini seperti di gudang. Melihat siapa yang menghampiri, dirinya sangat terkejut.“Maddy, kenapa aku ada di sini?” tanya Lynea. Bibirnya meringis, menahan rasa sakit di tangan akibat terikat lama ke belakang.“Tuan Enrico selalu memiliki musuh dalam kehidupannya. Saat ini, keluarga Ozzolla sedang membuat perhitungan. “ Maddy menjelaskan dengan tenang.“Kenapa selalu aku yang diserang?”“Karena harta yang paling berharga untuk Tuan Enrico, adalah Anda.”Lynea terdiam. Dirinya baru menyadari bahwa ia akan dijadekan sandera agar Enrico menuruti semua permintaan pihak lawan. Kini, ia hanya bisa pasrah. Seandainya musuh mengetahui bahwa untuk memilih antara harta dan dirinya sangat sulit dilakukan oleh Enrico.“Lihat ke kamera, Nyonya.” Maddy memanggil pelan. Sebuah ponsel tel
Suara ledakan menggema, menggemparkan hingga orang berteriak dan berlarian ke sana kemari. Maddy menelepon teman-temannya tapi tidak ada jawaban. Wajahnya terlihat bingung dan panik. Apa yang ia takutkan sebelumnya yaitu Enrico berhasil melacak lokasi mereka terjadi juga. Ketika Maddy hendak berlari keluar ruangan, Lynea menahan tangannya. “Jangan tinggalkan aku terantai seperti ini, Maddy. Bantulah aku bebas.” “Aku tidak bisa, Nyonya.” Maddy menolak, tetapi terlihat ragu semakin menguasai batinnya. “Kamu orang baik, Maddy. Aku tahu itu. Bebaskan aku. Demi kenangan untuk David, lakukan ini untuknya.” Lynea terus berusaha merubah pendirian mantan orang kepercayaannya. Maddy tertegun. Bayangan David melintas. Lelaki yang dulu sangat ia cintai hingga di hari sebuah peluru menembus jantung. Peluru yang berasal dari tangannya sendiri. Hidup tidak pernah sama lagi bagi Maddy sejak saat itu. “Baiklah, Nyonya. Saya akan melepaskan Anda.” Lynea
Gangguan satu dan yang lain, masalah sillih berganti. Selesai penculikan, masih ada masalah lagi yang terus datang. Semua berhubungan dengan harta, kekuasaan, dan mungkin … cinta.“Mau apa Elena datang ke rumah kita?” Lynea semakin emosi.“Aku tidak tahu, Lyn.”“Akan aku usir dia!”Lynea melompat turun dari ranjang. Kejadian kemarin masih melekat di ingatannya. Gangguan dari Elena hari ini seolah menjadi puncak dari segalanya rasa frustasi, kekecewaan, dan amarah.Enrico diam saja melihat istrinya murka. Ia hanya mengikuti Lynea dari belakang bersama Alonzo. Ketiganya menuruni tangga, menuju ruang tamu. Tiba-tiba Alonzo menghentikan langkah tuannya dan menunjukkan selembar foto.“Felix berhasil menawan adik Ozzolla. Saatnya kita berunding dengan mereka, Tuan.” Alonzo menunjukan foto seorang gadis sedang disekap.“Bagus! Urusan dengan mereka berakhir hari ini!”E
Lynea selesai mengepak koper terakhirnya. Tidak semua pakaian ia bawa saat ini juga. Hanya sebagian atau mungkin cuma seperempat, sekedar cukup untuk berganti selama beberapa hari.Rencananya, ia akan menginap di hotel dulu selama satu atau dua minggu sampai rumah peninggalan orang tuanya selesai dibersihkan dan direnovasi kecil-kecilan agar siap menerima kehadirannya beserta David.Bryant berusaha merubah pendirian kakaknya, tetapi gagal. Berbagai cara dilalukan agar Lynea tidak pergi. Namun, entah niat yang memang benar-benar bulat, atau emosi yang sudah tidak bisa dibendung lagi.“Lyn, paling tidak tunggulah sampai Enrico pulang ke rumah dulu.” Bryant terus mencegah kepergian kakaknya.“Tidak perlu. Nanti juga pasti dia akan menyusul ke desa. Itu juga kalau dia tidak kemudian memilih bersama Elena.” Lynea bergeming. Nada suara dan ekspresi wajahnya benar-benar dingin.“Tapi,Lyn, kamu baru saja selesai diculik. Bagai
Mata Harvey Ozzolla terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Enrico De Luca, yang terkenal dengan kekejamannya terhadap musuh, tidak pernah mengampuni musuh, kini mengajak damai?“Apa aku tidak salah dengar, Enrico? Damai yang seperti apa maksudmu?”“Kita membawa dendam orang tua yang tidak berkesudahan. Mau sampai kapan? Sampai anak-anak kita dewasa? Sampai cucu kita dewasa?” jawab Enrico terdengar begitu bijak.“Aku mendengarkanmu, lanjutkan,” sambut Harvey.“Kekerasan ini kita hentikan sampai di sini. Mulai sekarang sampai selanjutnya, tidak ada lagi saling serang dan saling menyakiti. Aku ingin memulai hidup baru. Bagaimana denganmu?”Harvey menatap tidak percaya pada Enrico. Ia merasa ini hanyalah salah satu trik tipuan dari Enrico saja untuk membuatnya lengah dan menyerang pada saat yang tidak terduga.“Bagaimana aku bisa mempercayaimu setelah semua yang terjad
Malam makin dingin, tetapi tidak di ruang kerja Enrico. Pesona seorang Elena Cagliari tidak luntur meski sudah lebih dari setahun tidak bertemu.Mata nakal yang selalu siap membangkitkan gairah panas tiap lelaki hanya ia pertunjukkan kepada Enrico seorang. Berlutut di depan sang lelaki, dengan kepala mendongak ke atas, sementara jemarinya lincah menurunkan semua kaitan yang menutupi area paling dicari para wanita San Angelo.“Elena, hentikan,” pinta Enrico, tetapi ia terus mendesah.“Sssh, nikmati saja, Baby. Aku tahu kamu merindukan semua ketegangan ini,” bisik Elena mendorong pelan hingga Enrico bersandar di meja. Kedua tangan Tuan Besar itu membentuk seperti tiang pancang, menahan berat tubuhnya.Junior tidak bisa diajak bertahan. Ia telah mendahului logika pemiliknya dan bereaksi sesuai rantaian kimia dalam tubuh.Sentuhan jemari lembut membelai dari atas sampai ke bawah, dari pangkal sampai ke ujung. Dalam sekali geraka
“Enrico?” tanya Gabriel melirik ke ponsel Lynea.“Hmm, dia telah mencoba menghubungiku sejak kemarin.”“Kamu benar-benar masih cinta padanya? Orang seperti dia, Lyn?”Lynea terdiam. Ia sendiri tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu. Ada sesuatu yang membuatnya begitu terikat pada sang suami, dan itu bukan hanya karena Enrico adalah ayah dari putranya. Seolah ada aura khusus yang membuat dirinya, dan juga ratusan wanita lain tidak bisa berhenti mencintainya.Ya, dia memang kaya raya, tapi Lynea tidak pernah memedulikan itu semua. Tampan? Sangat! Akan tetapi, Gabriel pun memiliki wajah baby face yang diidolakan para dokter wanita di rumah sakit.Enrico memiliki jiwa yang misterius. Di sana, ada kekerasan, tetapi juga kelembutan. Penuh dendam, namun juga mencari kedamaian. Serba kekerasan, hanya saja ia juga begitu mencintai istrinya.“Aku tidak tahu, Gabriel. Semua ini terlalu menyesakkan dan membingun
“Alonzo! Bangun, buka matamu! Alonzo, ayolah! Bangun, bangun! Kamu tidak boleh pergi dengan cara seperti ini!” Enrico menepuk-nepuk pipi orang kepercayaan dan sahabat terbaiknya. “Siapkan helikopter!” seru Felix kepada anak buahnya melalui speaker telinga. “Paramedik!” teriak Kapten Abrahm berulang. Orang-orang berbaju putih berlambang palang merah datang, membawa tandu dan kotak pertolongan pertama. Mereka segera menekan luka tembak di dada Alonzo dan menutupnya dengan perban. Tubuh yang sudah tidak sadarkan diri itu kemudian diangkat oleh empat orang ke atas tandu. “Parkir helikopter di halaman belakang saja! Adikku harus ke rumah sakit saat ini juga!” Felix terus memerintah anak buahnya. Ketika mereka melintas di antara kursi-kursi sidang, jenazah Viery sedang tergeletak di atas lantai dengan darah menggenang sangat banyak. Alessia berlutut di samping tubuh sang kakak yang sudah tidak bernyawa. Ia menangis dan berteriak, sangat memilukan.