Untuk seorang wanita penghibur, bercinta tanpa memiliki perasaan apa pun tidak pernah menjadi masalah. Selama pembayaran yang diberikan sesuai keinginan maka kepuasan pelanggan adalah jaminan pasti.
Salah satu pekerjaan tertua di muka bumi adalah wanita penghibur. Biasa menjadi tempat pelarian para lelaki hidung belang yang mencari suasana berbeda dari yang sudah ada.
Lynea merasa marah sekali karena merasa dirinya disamakan oleh seorang pelacur. Ia meringsek dan memukuli dada suaminya. Enrico membiarkannya melakukan itu. Pukulan sang istri sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit pada tubuhnya.
Masih dengan teriakan histeris dan berbagai makian, Lynea terus memukul bahkan kini menendang. Enrico mulai merangkulnya, ingin menenangkan. Seumur hidup baru wanita ini yang sering sekali marah-marah padanya.
“Jangan sentuh aku!” jerit Lynea membabi buta. Tangannya bergerak ke sana kemari, mendorong dan memukul. Tanpa ia niati, ternyata tangan itu men
Pemanasan bercinta memang adalah sesuatu yang kadang tabu untuk dibahas oleh wanita. Ada perasaan malu di sana. Merasa sebuah aib untuk membahas hal-hal yang berbau kenikmatan dan eksplorasi tubuh pasangan. Bagi Lynea ini sudah lebih dari sekedar malu, melainkan sebuah pemaksaan keinginan yang berlebihan dan sangat gila. Demi apa semua ini harus ia lakukan? Demi orang-orang tercinta? Ah, gila! Ini benar-benar gila! “Hoeeeekkk!” berkali-kali ia muntahkan segala rada mual dalam perutnya sampai kedua mata berkaca-kaca. “Lynea! Nyonya Lynea! Keluarlah dari kamar mandi! Kita belum selesai!” teriak Jenna menggedor pintu. “Maafkan aku, Nyonya. Apakah aku terlalu berlebihan?” lanjutnya merasa canggung dengan keadaan ini. Lynea tidak menjawab. Bibirnya bergetar dengan cepat disertai napas tidak karuan. Berat sekali rasanya dada itu untuk sekedar menghirup udara meski hanya beberapa detik. Untaian kata indah dari Gabriel tak mampu lagi membantunya untuk
Wajah Lynea memelas di hadapan Enrico. Ia merasa bodoh sekali telah membeku sedemikian cepat sehingga membuat segalanya menjadi kacau. Hatinya semakin khawatir sebentar lagi suaminya akan mengamuk dan menyeretnya ke atas tempat tidur seperti kemarin. “Enrico, aku mohon, maafkan aku. Sakiti saja aku, jangan orang di sekitarku. Jangan Bryant, jangan Gab—” “Jangan sebut namanya di depanku!” potong Enrico setengah berteriak marah. “Maafkan aku!” Lynea tanpa sadar memeluk suaminya erat sekali. Enrico bisa merasakan dua gunung kenyal menyentuh dada bidangnya. Terasa begitu lembut meski masih tersamarkan oleh sepotong kain tipis diantara mereka. Kedua lengannya segera membalas pelukan Lynea dan mendekapnya selembut namun sekuat mungkin. Ia ingin menikmati momen ini sebelum semua berakhir. Hatinya sudah mulai menyerah memperjuangkan sang istri. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi membuat Lynea jatuh cinta padanya. Bila kekayaan dan segala benda
Beberapa baju mewah Lynea beli saat kemarin bersama Jenna membeli lingerie seksi yang tiada guna itu. Tentu saja model baju mewah kali in berbeda dengan apa yang Enrico belikan untuknya dahulu. Bila suaminya menginginkan tampilan seksi dan rok mini, Lynea lebih memilih tampil simple tapi elegan.Selera Lynea memang cenderung sederhana, tetapi ia dibantu oleh petugas di sana untuk memilih pakaian yang meski tidak seksi tetapi tetap terlihat mewah sesuai dengan harganya. Toh ia diberikan ATM dan kartu kredit dengan jumlah yang fantastis oleh Enrico untuk membeli apa saja yang ia butuhkan.Gaun dengan model Collar Wrap Dress merek Oscar De La Renta berwarna biru tua polos terlihat begitu pas membalut tubuh sintal bak gitar spanyol milik Lynea. Tas clutch berlabel Aigner warna hitam dengan sepatu Victoria’s Secret senada semakin membuat gaya desanya hilang sudah.Tak lupa kalung couple yang dulu ia beli bersama Enrico telah menggantung di leh
Khawatir akan tidak terlaksananya proses membuat bayi dengan Lynea membuat Enrico akhirnya mulai berpikir untuk menyetujui ide melakukan program bayi tabung. Tentunya ini akan menjadi rahasia mereka bertiga saja.Untuk sesaat sebenarnya Enrico ingin kembali membuang ponsel Lynea ke lantai kemudian menembaknya dengan senjata api kecil yang selalu ia bawa di belakang pinggangnya. Hatinya sangat panas melihat wanita itu menelepon Gabriel di hadapannya.Ketika tidak ada jawaban dari sang dokter, ia bersyukur karena tidak perlu menahan emosi dan cemburu yang begitu besar.Sebaliknya, saat ponsel Enrico berbunyi dan ternyata Elena yang menelepon, istrinya terlihat biasa saja. Tidak ada rasa cemburu atau kesal sedikit pun.Sensualitas dari seorang Elena meski hanya lewat telepon sedikit banyak mengobati hatinya yang baru saja terusik. Suara desahan serta nada merayu selalu terdengar begitu merdu di telinganya.Elena menggoda Enrico dengan cara yang paling
Malam ini suasana remang kamar Enrico menenggelamkan perasaan dalam hati yang terus bertabrakan dengan logika di antara dua insan manusia.Merasakan untuk pertama kalinya dipeluk Lynea atas keinginan wanita itu sendiri membuat “The Heartless Player” merasa napasnya berhenti beberapa saat. Sentuhan bibir lembut di kulit leher Enrico terasa seperti keajaiban. Embusan napas sang istri menghangatkan tengkuk dan membuat dunianya berputar.Lynea sendiri merasa bingung dengan perasaannya saat ini. Aroma suaminya yang khas dengan kesegaran laut selalu membuatnya mabuk kepayang. Ia tidak pernah sedekat ini dengan Enrico tanpa drama tangisan. Ingatan akan kekasaran sang suami melintas kembali, tetapi ia merasa telah memaafkan itu semua.Lengan kekar Enrico mulai bergeser dari yang tertindih tubuh Lynea perlahan bebas melayang di udara kemudian mendarat di pundak sang istri. Ketika jemarinya menyentuh bahu, bersentuhan pula keduanya tanpa penghalang apa pun kar
Siang ini cahaya mentari yang cerah terasa semakin hangat seiring langkah kaki Lynea menuju Gabriel. Senyum mengembang di wajah tidak bisa tertahan. Garis bibir seolah tertarik sampai ke telinga saking lebarnya ia tersenyum.Begitu melihat kekasihnya sedang berdiri dengan senyum yang paling menawan, ia langsung menghambur dan memeluk. Sebuah rasa rindu pecah sudah terurai dalam pelukan nyaman seorang Gabriel.“Maafkan aku yang tidak bisa dihubungi dua hari kemarin,” ucap Gabriel mengecup mesra kening Lynea.“Aku tidak peduli karena sekarang kamu sudah bersamaku dan itu yang paling penting.”Kedua anak manusia yang dimabuk asmara itu semakin erat berpelukan. Perlahan jemari sang dokter menyentuh dagu Lynea kemudian mendongakkan kepalanya hingga mereka saling bertatapan sendu.“I love you, Lyn,” bisiknya diikuti dengan sebuah ciuman hangat.“I love you more, Gabriel,” balas Lynea menerima ciuman
Dunia bisnis hitam di balik gemerlapnya kekayaan para orang terkaya di San Angelo menyimpah sejarah kelam perseteruan keluarga De Luca dengan Ozzolla. Sejak ayah Fransiscuss pertama mendirikan perusahaan garmen mereka seratus tahun yang lalu telah banyak peristiwa berdarah dan memilukan yang terjadi.Kali ini kembali permusuhan meruncing dengan terbakarnya pabrik pakaian De Luca yang menjadi simbol kebesaran keluarga. Kejadian mengejutkan ini sama sekali tidak ada dalam bayangan Enrico. Pikirannya hanya fokus melindungi diri sendiri dan Lynea dari serangan The Janitor.“Pabrik kita terbakar? Sialan! Kurang ajar!” teriak Enrico. Wajahnya memerah dan tangan mengepal di samping badan.“Kita harus segera berangkat. Saya sudah menelepon Kapten Abrahm. Dia juga sedang menuju pabrik,” ucap Alonzo membukakan pintu untuk tuannya.“Aku ikut!” Tiba-tiba Lynea bersuara setelah beberapa saat dilanda rasa kaget mendengar berita pabri
Ketika mobil sedan mewah dengan iringan dua kendaraan pengawal lain di belakangnya telah memasuki gerbang Istana De Luca, hati Lynea merasa lebih tenang. Paling tidak di rumah ini Enrico tidak akan banyak memarahi pengawalnya seperti tadi. Entah mengapa tetapi hatinya selalu merasa risih melihat emosi sang suami yang selalu saja meledak tanpa bisa ditahan. Ia selalu merasa kasihan dengan orang-orang yang disakiti hatinya oleh Enrico. Mungkin perasaan itu muncul karena ia sendiri dulunya merasakan kepedihan dan kehancuran yang sama. Momen ketika harga diri terkoyak begitu dalam akibat kekasaran sang suami. Mendadak batinnya teringat ketika Enrico mendorongnya sampai terjatuh akibat cincin pertunangan mereka yang ia lempar waktu itu. Perangai yang sangat kasar sampai membuat trauma dan berakhir pada insiden obat tidur yang berlebihan. Namun, lihatlah kini pria yang juga sedang termangu memikirkan hal serupa di sampingnya. Ia tetap seperti seekor singa yang sela