Khawatir akan tidak terlaksananya proses membuat bayi dengan Lynea membuat Enrico akhirnya mulai berpikir untuk menyetujui ide melakukan program bayi tabung. Tentunya ini akan menjadi rahasia mereka bertiga saja.
Untuk sesaat sebenarnya Enrico ingin kembali membuang ponsel Lynea ke lantai kemudian menembaknya dengan senjata api kecil yang selalu ia bawa di belakang pinggangnya. Hatinya sangat panas melihat wanita itu menelepon Gabriel di hadapannya.
Ketika tidak ada jawaban dari sang dokter, ia bersyukur karena tidak perlu menahan emosi dan cemburu yang begitu besar.
Sebaliknya, saat ponsel Enrico berbunyi dan ternyata Elena yang menelepon, istrinya terlihat biasa saja. Tidak ada rasa cemburu atau kesal sedikit pun.
Sensualitas dari seorang Elena meski hanya lewat telepon sedikit banyak mengobati hatinya yang baru saja terusik. Suara desahan serta nada merayu selalu terdengar begitu merdu di telinganya.
Elena menggoda Enrico dengan cara yang paling
Malam ini suasana remang kamar Enrico menenggelamkan perasaan dalam hati yang terus bertabrakan dengan logika di antara dua insan manusia.Merasakan untuk pertama kalinya dipeluk Lynea atas keinginan wanita itu sendiri membuat “The Heartless Player” merasa napasnya berhenti beberapa saat. Sentuhan bibir lembut di kulit leher Enrico terasa seperti keajaiban. Embusan napas sang istri menghangatkan tengkuk dan membuat dunianya berputar.Lynea sendiri merasa bingung dengan perasaannya saat ini. Aroma suaminya yang khas dengan kesegaran laut selalu membuatnya mabuk kepayang. Ia tidak pernah sedekat ini dengan Enrico tanpa drama tangisan. Ingatan akan kekasaran sang suami melintas kembali, tetapi ia merasa telah memaafkan itu semua.Lengan kekar Enrico mulai bergeser dari yang tertindih tubuh Lynea perlahan bebas melayang di udara kemudian mendarat di pundak sang istri. Ketika jemarinya menyentuh bahu, bersentuhan pula keduanya tanpa penghalang apa pun kar
Siang ini cahaya mentari yang cerah terasa semakin hangat seiring langkah kaki Lynea menuju Gabriel. Senyum mengembang di wajah tidak bisa tertahan. Garis bibir seolah tertarik sampai ke telinga saking lebarnya ia tersenyum.Begitu melihat kekasihnya sedang berdiri dengan senyum yang paling menawan, ia langsung menghambur dan memeluk. Sebuah rasa rindu pecah sudah terurai dalam pelukan nyaman seorang Gabriel.“Maafkan aku yang tidak bisa dihubungi dua hari kemarin,” ucap Gabriel mengecup mesra kening Lynea.“Aku tidak peduli karena sekarang kamu sudah bersamaku dan itu yang paling penting.”Kedua anak manusia yang dimabuk asmara itu semakin erat berpelukan. Perlahan jemari sang dokter menyentuh dagu Lynea kemudian mendongakkan kepalanya hingga mereka saling bertatapan sendu.“I love you, Lyn,” bisiknya diikuti dengan sebuah ciuman hangat.“I love you more, Gabriel,” balas Lynea menerima ciuman
Dunia bisnis hitam di balik gemerlapnya kekayaan para orang terkaya di San Angelo menyimpah sejarah kelam perseteruan keluarga De Luca dengan Ozzolla. Sejak ayah Fransiscuss pertama mendirikan perusahaan garmen mereka seratus tahun yang lalu telah banyak peristiwa berdarah dan memilukan yang terjadi.Kali ini kembali permusuhan meruncing dengan terbakarnya pabrik pakaian De Luca yang menjadi simbol kebesaran keluarga. Kejadian mengejutkan ini sama sekali tidak ada dalam bayangan Enrico. Pikirannya hanya fokus melindungi diri sendiri dan Lynea dari serangan The Janitor.“Pabrik kita terbakar? Sialan! Kurang ajar!” teriak Enrico. Wajahnya memerah dan tangan mengepal di samping badan.“Kita harus segera berangkat. Saya sudah menelepon Kapten Abrahm. Dia juga sedang menuju pabrik,” ucap Alonzo membukakan pintu untuk tuannya.“Aku ikut!” Tiba-tiba Lynea bersuara setelah beberapa saat dilanda rasa kaget mendengar berita pabri
Ketika mobil sedan mewah dengan iringan dua kendaraan pengawal lain di belakangnya telah memasuki gerbang Istana De Luca, hati Lynea merasa lebih tenang. Paling tidak di rumah ini Enrico tidak akan banyak memarahi pengawalnya seperti tadi. Entah mengapa tetapi hatinya selalu merasa risih melihat emosi sang suami yang selalu saja meledak tanpa bisa ditahan. Ia selalu merasa kasihan dengan orang-orang yang disakiti hatinya oleh Enrico. Mungkin perasaan itu muncul karena ia sendiri dulunya merasakan kepedihan dan kehancuran yang sama. Momen ketika harga diri terkoyak begitu dalam akibat kekasaran sang suami. Mendadak batinnya teringat ketika Enrico mendorongnya sampai terjatuh akibat cincin pertunangan mereka yang ia lempar waktu itu. Perangai yang sangat kasar sampai membuat trauma dan berakhir pada insiden obat tidur yang berlebihan. Namun, lihatlah kini pria yang juga sedang termangu memikirkan hal serupa di sampingnya. Ia tetap seperti seekor singa yang sela
Cat Fight. Begitu analog yang biasa disematkan kepada dua orang wanita bila mereka sedang berkelahi. Layaknya dua orang kucing yang saling cakar, begitu pula cara wanita berkelahi. Mereka akan saling mencakar satu sama lain dan berteriak. Sepertinya cakar adalah senjata rahasia para wanita untuk menyalurkan amukannya.Demikian halnya dengan Elena ketika ia merasa begitu panas dalam hatinya karena api cemburu yang terus membakar. Sayang, kecemburuan itu yang membuatnya menyakiti Lynea kini berbalik pada dirinya. Tangan kekar Enrico telah siap menampar pipi mulusnya.“Hentikann, Enrico!” teriak Lynea berlari menangkap tangan kanan suaminya.“Seorang Enrico De Luca tidak akan menyakiti wanita di depan orang banyak. Ayo, turunkan tanganmu,” bisik Lynea. Tangan kirinya memeluk pinggang Enrico dari belakang, sementara tangan kanannya menggengam pergelangan tangan dan menurunkannya.Lynea melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan di
Permainan cinta kadang memang menyakitkan. Ketika dua manusia saling menyembunyikan perasaan mereka masing-masing maka rinai hujan akan terasa semakin dingin menusuk nurani yang lama-lama terkapar mati.Sungguh luar biasa bagaimana pikiran seseorang dapat menahan keluarnya pengakuan rasa dari palung hati terdalam. Entah harga diri dan gengsi ataukah takut juga kekhawatiran yang sebenarnya menjadi penghalang untuk dua hati menjadi satu.“Aku tidak bercinta denga E–““Berhenti berbohong! Kamu kira aku anak kecil? Memang aku kampungan, tetapi aku tidak bodoh!” potong Lynea mendengus kesal.Enrico menahan senyum melihat api cemburu mulai membakar kesabaran istrinya. Akhirnya rasa itu mulai muncul juga. Perasaan marah penuh emosi yang ia rasakan sebelumnya berganti menjadi perasaan berbunga-bunga seperti anak remaja yang baru pertama kali mengenal jatuh cinta.“Aku akan memutuskan Elena, kalau kamu memutuskan Gabriel.
Suasana dalam ruang pengambilan sperma terasa mencekam akibat bentakan Enrico pada istrinya.“Kamu senang mempermainkan aku, bukan? Membuatku menjadi gila karena semua ini!”“Berlutut dan buka mulutmu!” maki Enrico terus berlanjut lalu menarik lengan Lynea ke arah bawah sampai wanita itu hampir saja jatuh dan benar-benar berlutut di hadapannya.“Apa kamu masih ingin tertawa lagi sekarang? Apakah semua ini masih terlihat lucu?” desis Enrico melepaskan lengan istrinya.“M-maaf a-aku hanya ….” Lynea menunduk dan tak meneruskan kalimatnya.Ia tiba-tiba merasa ketakutan itu kembali lagi. Momen dimana ia sedang dilecehkan oleh suaminya kembali menyeruak. Tanpa menunggu lebih lama Lynea segera keluar dari ruangan.Enrico langsung mengunci pintu dan berusaha kembali menguasai dirinya. Hasratnya untuk membayangkan Lynea hilang sudah.“Shit! Sialan!” makinya pada diri sendiri.
Masalah hati, siapa yang bisa menduga kemana arah layar berlabuh? Di saat logika dan perasaan tidak sejalan, mana yang harus didahulukan? Dualisme cinta memainkan peran luar biasa dalam kepedihan. Separuh jiwa ingin memiliki sementara sebagian hati sudah dimiliki yang lain. Memilih pasangan kata orang tua dulu seperti memilih kucing dalam karung. Tidak ada jaminan bahwa yang kita pilih adalah yang terbaik dan selamanya bisa berbahagia. Lynea kembali terdiam. Meninggalkan Gabriel demi Enrico? Mungkinkah? Meninggalkan lelaki yang selalu memberikan kenyamanan untuknya. Lelaki yang bersedia menunggu sampai semua ini berakhir. Sementara lelaki di depannya adalah seseorang yang dengan mudah menyakiti dan merendahkan orang lain. Seseorang yang tidak terlihat bisa mencintai dengan sungguh-sungguh. Lalu, apakah masih harus dibandingkan antara Gabriel dengan Enrico? “Sudah kuduga, kamu tidak akan bisa melakukannya,” desis Enrico dengan wajah penuh kekec