Elena menemani Enrico fisioterapi seperti biasanya. Dalam perjalanan lelaki itu menceritakan kedatangan Charles kemarin. Keharusan muncul di perusahaan menemui para direktur, direksi, dan pemegang saham adalah sesuatu yang terlalu berat.
Bagaimana mungkin mengatur perusahaan sedemikian besar bila ia tidak mampu mengatur dirinya sendiri? Memakai celana saja tidak bisa apalagi membuat strategi memenangkan pasar?
Berbagai pikiran negatif ia ceritakan kepada Elena. Bersama kekasihnya ini, entah mengapa ia tidak terlalu mementingkan harga diri. Enrico merasa nyaman untuk terlihat rapuh bahkan lemah. Seakan apa pun adanya diri, wanita itu tidak akan peduli atau berubah pandang kepadanya.
“Aku tidak mau ke kantor menampakkan diri dalam kondisi seperti ini. Aku malu!” seru Enrico di dalam mobil.
“Kenapa malu? Kamu pemilik perusahaan. Ada yang menghinamu, pecat saja!” sahut Elena santai masih terus memainkan ponselnya.
“Mereka
Pepatah jaman dahulu mengatakan, ada beberapa hal yang sebaiknya dibiarkan saja untuk tidak diketahui. Seandainya Lynea menuruti pepatah tersebut, hari ini tentu tidak akan menjadi hari terberat dan paling menyedihkan dalam hidupnya. Ketika tangannya membuka pintu mobil dengan cepat, apa yang ia lihat di dalam sana membuat jantungnya berhenti berdetak. “Aaaa!” jerit Elena ketika pintu terbuka dan mengekspos tubuh telanjangnya yang masih berada di atas pangkuan Enrico. “Enrico ka-kamu …,” gagap Lynea tak mampu berkata apa-apa lagi. Napasnya seketika itu tersengal. Pemandangan di hadapan seperti mimpi buruk dan menakutkan. Bahkan lebih mengerikan daripada orang yang disiksa ketika ia lihat di restoran. Tubuh membeku dan wajah terkejut telah berubah datar. Ekspresi benci, muak, dan mual menjadi satu terpancar dari sorot mata Lynea yang sedang beradu pandang dengan suaminya. Enrico tidak bisa berkata apa-apa ketika mata polos sang istri memandangi
Seorang lekaki “gentleman” tidak akan mengambil keuntungan dari seorang wanita yang sedang mabuk atau patah hati. Itulah yang sedang dilakukan Gabriel saat ini. Berusaha sekuat mungkin untuk menundukkan nafsunya. Sungguh, melihat dada Lynea dengan ukuran yang lebih besar dari kebanyakan wanita terpampang nyata di hadapannya membuat darah terasa berdesir lebih cepat. Perasaan panas menjalari wajah, leher, dan terus turun sampai ke benda di antara pusar dan paha. Namun, rasa sayang tidak harus ditunjukkan dengan cara bercinta seperti ini. Hati Lynea yang ia ketahui terluka -kemungkinan besar karena Enrico- sedang rapuh. Ia tidak ingin membiarkan kerapuhan itu mengarah pada tahap selanjutnya dalam percintaan mereka. “Kenapa selalu kamu kaitkan dengannya?” kesal Lynea. Hem yang masih terbuka memamerkan dada seksinya segera ia kancingkan. “Kemarilah, Lyn.” Gabriel merangkul pundak wanita cantik di sampingnya. “Aku tidak mau melakukan ini ka
Ruangan rapat dewan direksi terasa sunyi dan mencekam dengan berbagai kenyataan yang baru saja terbuka. Mulai dari kondisi Lynea yang sedang hamil juga mengenai hubungan Enrico dan Elena dimana semua orang pasti menganggap mereka sepasang kekasih.Alonzo melirik tajam pada Elena dengan maksud agar wanita itu menutup mulutnya saja daripada berbicara lebih banyak dan membongkar segala sesuatunya. Namun, Elena tidak peduli akan tatapan itu. Ia justru semakin merasa jumawa untuk melawan siapa saja yang duduk di ruangan itu dan menatapnya sinis.“Memangnya kami tidak boleh berteman? Bukankah Alessia sendiri masih suka jalan dengan Patrick? Kalian ingat bukan? Mantan Alessia yang hanya seorang pemain teater itu?” cibir Elena mengejek sahabat yang kini telah menjadi musuh.“Diam kamu!” bentak Alessia malu juga takut. Hubungannya dengan lelaki itu adalah rahasia karena Belezza sangat tidak menyetujuinya.Tanpa butuh waktu lama, ibunya tela
Menggapai sisi ruang batin memang tidak mudah. Kadang hati tak mampu memahami sesuatu yang tidak ditampakkan. Namun, rasa tidak akan berbohong. Sebuah cinta bisa saja dipendam sampai ke dasar bumi sekalipun dan tetap saja getarannya akan terasa ketika dua insan itu bertemu kembali.Enrico dan Lynea sama-sama duduk di kursi belakang mobil Maybach biru tua keluaran terbaru. Tatap mata dibuang ke luar, enggan untuk menyorot kedekatan diri masing-masing. Penyesalan di bait asa sang Pangeran De Luca terlihat di raut wajahnya. Sementara Lynea, menatap hanya pada kenang dan bayangan akan apa yang telah hilang dari mereka.Tak ada sepatah kata pun terucap selama lebih dari tiga puluh menit perjalanan. Hanya ketika perut Lynea kembali terasa nyeri dan ia reflek mengaduh, baru terjadi percakapan di antara keduanya.“Lyn? Kamu baik-baik? Lebih cepat lagi, Kevin!” Enrico menghardik supirnya.Alonzo menoleh ke belakang. Gurat kekhawatiran jelas terpampang
Perasaan yang timbul tenggelam karena kebodohan diri sendiri menghadirkan banyak penyesalan. Dunia tidak terasa indah lagi dan tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk merubahnya. Semakin tenggelam tanpa bisa naik lagi ke permukaan. Entah gengsi, entah harga diri. Apa pun itu telah membuat berbagai kebodohan terlempar ke luar. Begitu sulit untuk menyatakan cinta pada Lynea dan memohonnya kembali. Namun, begitu sulit pula melepaskannya dalam pelukan lelaki lain. Berbagai pikiran kelam mulai menghampiri. Mulai ingin menghilang dari kancah dunia De Luca sampai keinginan untuk menghilangkan nyawanya sendiri perlahan melintas. Kini, ledakan emosi mengakibatkan serpihan kaca mobil melukai tangannya. Bagaikan singa yang sedang terluka, matanya tajam menusuk ke arah lawan. Napas memburu siap untuk mengaum sekencang mungkin. Tubuhnya condong pada istrinya. Wajah mereka berdekatan sampai Lynea bisa merasakan napas kasar sang suami. Kalimat terakhir dari Lynea menambah
Sejauh mana pikiran manusia bisa menampung segala permasalahan hidup? Saat semua dirasa terlalu sulit dan sempit, mekanisme apa yang kemudian dilakukan oleh tubuh untuk melindungi diri sendiri? Acap kali, secara otomatis atau secara reflek, tubuh akan men-shut down diri sendiri. Begitulah yang dilakukan oleh tubuh Lynea saat ini. Pikirannya sudah tak mampu lagi menampung senua kegilaan yang terjadi dalam hidupnya selama setengah tahun terakhir. Tanpa disadari, ia jatuh pingsan. Lebih baik begini, daripada ia harus terus melihat kengerian dari bangkai dua ekor anjing di meja kamar. Bryant segera membopong tubuh kakaknya ke dalam kamar Enrico. Sesuai perintah sang suami. Alonzo memanggil beberapa pelayan untuk membuang bangkai itu sejauh mungkin. Membakarnya juga kalau perlu. Bersama Felix dan Kapten Abrahm, ia menuruni tangga menuju gerbang terdepan. Asal usul datangnya kotak teror itu harus segera diselidiki. Dugaan adanya pengkhianat mulai mencuat kembali ke
Benarkah kita mengetahui seseorang luar dan dalam? Di saat ia terlihat begitu memikat dan sempurna luar dalam, apakah itu kenyataan? Atau sebenarnya semua hanya ilusi yang sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu?Gabriel selalu menjadi penyelamat hati Lynea ketika retak, bahkan hancur berantakan. Dengan segala kelembutan serta ketulusan cintanya, ia datang seperti prince charming dalam dongeng-dongeng Disney.Layar ponsel Gabriel terlihat menghubungi Lynea dalam mode panggilan video. Ia ingin membuktikan apakah benar ucapan Elena bahwa kekasihnya itu sedang berada di ranjang sang suami.Lynea masih merebahkan diri di atas ranjang. Setelah meminum obat memang ia kerap mengantuk. Menurut Dokter Maria, merasa lemas dan ngantuk adalah wajar dialami oleh wanita yang sedang mengandung.Enrico telah keluar kamar. Tidak ada siapa-siapa lagi di situ. Sengaja memang semua pergi agar Lynea bisa istirahat dengan baik. Matanya mulai terpejam menikmati ketenangan. Nam
Alonzo kembali mendatangi rumah bordil tempat Jenna berada. Sebuah janji temu dengan mucikari yang dipanggil Daddy Holland telah disiapkan oleh Jenna. Sebuah kebebasan menanti wanita tersebut setelah hampir sepuluh tahun berkutat di dunia prostitusi.Bersama dengan Bryant, Hugo, dan Kevin, kepala urusan rumah tangga keluarga De Luca melangkah dengan gagah menuju ruang khusus di bagian belakang wisma. Di sana, seorang lelaki bertubuh tambun dikelilingi lima orang pengawal telah menanti.“Kamu Alonzo De Luca?” tanya Daddy Holland ketika Alonzo duduk di hadapannya.“Hanya Alonzo, saja. Saya tidak layak menyandang nama besar De Luca,” jawab Alonzo tenang menunjukkan wibawa yang luar biasa.“Hmm, baiklah terserah saja. Jadi, apa tujuanmu ke sini? Benarkah untuk membeli Jenna? Berapa yang kamu sanggup bayar?” Daddy Holland menolak berbasa-basi.“Berapa harga darimu?”“€ 100.000!”