Hanum sudah menunggu lama di parkiran bawah tanah. Pesan yang ia kirimkan tadi juga belum terbaca oleh kekasihnya. Sekarang sudah jam tujuh malam lebih dan dia masih dengan sabar menunggu Kevin.
Samar-samar dia mendengar gelak tawa. Hanum termangu di tempatnya saat dia melihat tawa itu berasal dari kekasihnya. Awalnya dia ingin menyapa, tapi ia urungkan saat dia melihat Kevin sedang berjalan bersampingan dengan seorang wanita yang sangat cantik dan terlihat anggun. Mereka saling bercanda di sepanjang jalan menuju mobil Kevin. Laki-laki itu awalnya tidak menyadari kehadiran Hanum.
“Kak Kevin!” panggil Hanum. Dia jelas tidak memanggil dengan panggilan sayang karena kekasihnya saat ini sedang bersama rekan kerjanya. Dia masih ingat peringatan Kevin soal hubungan yang tidak boleh diketahui oleh orang kantor.
“Hanum?!” tanya Kevin kaget. Dia tidak menduga dia akan bertemu Hanum di parkiran.
Saat
Hanum menjatuhkan tasnya begitu dia masuk ke dalam rumahnya. Pemandangan di hadapannya kembali ingin membuat Hanum menjerit keras dan menangis sedih.“Apa kamu berkelahi lagi?” keluh Hanum. Kali ini dia tidak bisa membendung air matanya. Hanum memarahi dirinya sendiri karena telah gagal mendidik adik laki-laki satu-satunya.“Kali ini dengan siapa lagi?” Hanum menghampiri Ganesha yang sedang membalut luka di tangannya. Penampilannya ini penuh luka lebam. Wajahnya yang tampan kini terlihat lebih sangar karena dipenuhi oleh luka gores yang darahnya bahkan belum mengering.“Kamu tidak merasa kasihan dengan dirimu sendiri? Hah? Jawab kakak, Ganesha!” raung Hanum. Dia menangis dengan keras kali ini.Ganesha yang melihat kakaknya menangis hanya bisa menundukan kepalanya. Dia merasa bersalah bukan karena berkelahi, tapi merasa bersalah karena membuat Hanum mena
Kevin yang tidak siap dipeluk oleh Hanum hampir tehuyung jatuh, untung saja dia kuat dan bisa menstabilkan posisinya. Dia balas memeluk Hanum mesra. Sudah lama mereka tidak berpelukan manis seperti ini, bertemu dan berkencan saja sebenarnya sudah sangat jarang mereka lakukan. Mereka hanya bisa menghabiskan waktu termanis mereka saat Hanum masih di Universitas dan itupun tetap tidak sesering pasangan yang sedang dimabuk cinta lainnya. Itu karena saat Kevin berkencan dengan Hanum, dia sudah mulai bekerja dan Hanum pun sudah mulai di tahun seniornya yang berada di fase tersibuk.“Aku kira kamu akan menghubungiku lewat telepon. Aku tidak menyangka kamu akan datang langsung seperti ini,” kata Hanum manja.“Ya. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Rasanya tidak pantas jika berbicara di telepon.” Kevin berkata dengan sangat lembut hingga mampu membuat Hanum merasakan kasih sayang lewat kata-katanya.“Um! Aku sangat merindukanmu, Sayang.” Hanum mempererat pelukannya. Kemudian dia mendongak
“Kapan kalian akan menikah?”Hanum dan Kevin yang baru saja sampai bahkan masih belum mendudukan diri sudah ditodong dengan pertanyaan yang membuat keduanya terdiam dan saling memandang.“Nenek. Nenek belum tidur?” tanya Hanum mencoba mengalihkan perhatian dan menghindar dari pertanyaan sang nenek.“Bagaimana bisa tidur jika sampai jam segini kamu belum juga tiba. Kamu membuat aku khawatir dan takut sesuatu yang buruk mungkin saja terjadi padamu. Ternyata datang terlambat karena sedang bersama kekasih,” sindir Ningsih dengan senyuman. Sedari tadi dia tidak bisa memejamkan mata barang sedetik pun karena Hanum masih belum juga mengunjunginya. Bukan berarti dia selalu membutuhkan orang lain untuk membantunya, tidak, dia hanya khawatir akan keselamatan cucunya. Maka dari itu, saat dia melihat Hanum masuk dengan semburat merah di pipinya, lalu diikuti oleh seorang lelaki yang sudah ia kenal, Nenek dengan sengaja menggoda mereka dengan pertanyaan itu.“Maafkan aku, Nek.”Ningsih hanya terse
“Ponsel, cek! Kartu karyawan, cek! Uang, cek!”Pagi ini Hanum memastikan dia tidak menjatuhkan kartu identitasnya. Dia mengecek barang-barangnya dengan sangat teliti. Dia tidak akan membiarkan kejadian memalukan kemarin terulang kembali.“Kok kayaknya kamu ribet banget, Num.” Nenek yang juga sudah terbangun merasa heran melihat Hanum yang sibuk berkali-kali mengecek isi tasnya.“Iya, Nek. Kemarin Hanum lupa membawa kartu identitas karyawan. Sekarang Hanum ngecek lagi takut ketinggalan kaya kemarin,” ujar Hanum berbohong. Padahal kartu identitasnya tidak tertinggal, melainkan terjatuh dan itupun yang memungutnya adalah bosnya sendiri. Hanum bergidik ngeri saat mengingat momen yang sangat langka di hidupnya. Berhadapan dengan bosnya lagi? Ugh, dia tidak mau kejadian kemarin terulang lagi. Menampar atasannya jika di perusahaan lain mungkin sudah dipecat secara langsung. Tapi dia cukup beruntung karena bosnya tidak memecatnya.Mungkin karena bosnya sebenarnya orang yang baik? Entahlah, Ha
“Hanum, kamu sama Riyan yang bertanggung jawab untuk bertemu dengan Ariana ya,” kata Geo langsung membuka rapat mereka dengan pembagian tugas dan tidak perlu repot bertele-tele. “Kok diserahin ke anak baru, sih?” kata Azila dengan nada tak suka. Semenjak Hanum dipanggil ke ruangan direktur, Azila sudah benar-benar mendeklarasikan perang dan dia tidak segan-segan menunjukan sikap tidak Sukanya terhadap Hanum.“Diserahkan ke anak baru biar mereka pada belajar. Kamu dulu waktu jadi anak baru juga seperti mereka, kan? Banyak diberi tugas untuk belajar berkembang.” Stefani yang tidak suka melihat tingkah Azila yang dengan jelas memperlihatkan permusuhan itu mencoba menengahi perdebatan yang bahkan belum dimulai.“Tapi aku juga pengin ketemu sama aktris Ariana. Serahin ke aku aja.” Jasmine menimpali.“Benar!” kata Azila setuju. Ini adalah pertama kalinya mereka berada di kapal yang sama. Biasanya mereka juga saling bermusuhan meski tidak terlalu ditunjukan.“Tidak. Selain Riyan dan Hanum,
Geo menatap Hanum dan Riyan secara bergantian. Permintaan mereka cukup lucu. Geo terkekeh kecil, memang sepertinya tugas ini sangat berat bagi mereka yang masih belum terbiasa dengan dunia kerja.“Kalian sudah buat janji dengan agensinya belum?” Suara Geo terdengar sangat lembut. Jarang ada manajer yang tidak suka marah-marah kepada bawahannya. Apalagi Geo ini masih terlihat sangat muda dan sudah menjabat sebagai manajer. Prestasinya patut dibanggakan.“Belum.”“Belum.”Jawab Hanum dan Riyan bersamaan. Mereka kemudian saling memandang dan kemudian menahan tawa mereka agar tidak pecah di depan manajer mereka.Geo kembali terkekeh. Kali ini kekehannya berubah menjadi tawa yang menertawakan kelucuan Hanum dan Riyan. Geo seolah diingatkan masa magangnya yang hampir mirip dengan mereka, bedanya dulu manajer Geo sangat galak, oleh karena itu kini dia tidak bersikap galak pada bawahannya atau memarahi tanpa dasar, dia menerapkan prinsip bekerja dengan santai namun tegas dan tepat waktu. Jara
“Saat ini Ariana sedang syuting apa?” tanya Hanum.“Saya tidak bisa memberitahukan dia syuting apa. Rahasia perusahaan, maafkan saya.”“Cobalah untuk membaca kontrak yang kami tawarkan terlebih dahulu,” bujuk Hanum. Pasalnya, manajer Ariana ini atau Lala ini saat datang tadi, dia belum sempat membaca kontraknya. Bahkan dia sudah menolak sebelum dia mendudukan dirinya di kursi.Lala menyetujui dan membaca kontraknya. Matanya melebar saat membaca deretan angka yang akan dibayarkan sebagai upah menjadi BA sekaligus juru bicara dari produk skincare dari Perusahaan Giandra.Itu jelas jumlah yang sangat banyak dan wajah Lala langsung berubah seketika. Tapi tetap saja dia kekeh dengan pendiriannya untuk menolak kerja sama ini. Lala perlahan meletakan kontraknya dan tersenyum tulus meminta maaf, ada penyesalan di matanya tapi dengan cepat ia ubah pandangannya.“Maaf kan kami. Kami tetap tidak akan bekerja sama dengan Perusahaan Giandra.”“Apa jumlah pembayarannya kurang? Kita bisa mendiskusik
Hanum menggeleng tidak tahu. Jelas dia tidak tahu, dia kemari kan ingin mencari tahu keberadaan Ariana.“Ada di lantai empat, ruangan khusus buat Ariana latihan acting. Kamu cari saja ruangan yang ada nama Ariana di pintu,” jelas salah satu staff itu.“Siap, Kak!” jawab Hanum semangat. Akhirnya dia tahu di mana Ariana berada. Dia dengan senang hati mendorong stand hanger yang dipenuhi baju itu ke lantai empat melalui lift.Tak lama setelah dia keluar dari lift, ruangan itu tepat berada di depan. Satu-satunya ruangan yang cukup besar dan di pintu terdapat tulisan Ariana dengan huruf kapital.Hanum memasuki ruangan itu tanpa ragu. Pertama-tama dia mengetuk pintu dan membukanya sedikit mengintip keadaan di dalam ruangan itu. Ruangan yang begitu terang tempat untuk Ariana berlatih aktingnya. Dinding ruangan ini semua dilapisi kaca. Sepertinya deretan kostum ini untuk latihan Ariana.Di dalam ruangan terdapat beberapa orang. Ada sekitar lima orang yang tidak termasuk Ariana. Mungkin merek