“Ponsel, cek! Kartu karyawan, cek! Uang, cek!”Pagi ini Hanum memastikan dia tidak menjatuhkan kartu identitasnya. Dia mengecek barang-barangnya dengan sangat teliti. Dia tidak akan membiarkan kejadian memalukan kemarin terulang kembali.“Kok kayaknya kamu ribet banget, Num.” Nenek yang juga sudah terbangun merasa heran melihat Hanum yang sibuk berkali-kali mengecek isi tasnya.“Iya, Nek. Kemarin Hanum lupa membawa kartu identitas karyawan. Sekarang Hanum ngecek lagi takut ketinggalan kaya kemarin,” ujar Hanum berbohong. Padahal kartu identitasnya tidak tertinggal, melainkan terjatuh dan itupun yang memungutnya adalah bosnya sendiri. Hanum bergidik ngeri saat mengingat momen yang sangat langka di hidupnya. Berhadapan dengan bosnya lagi? Ugh, dia tidak mau kejadian kemarin terulang lagi. Menampar atasannya jika di perusahaan lain mungkin sudah dipecat secara langsung. Tapi dia cukup beruntung karena bosnya tidak memecatnya.Mungkin karena bosnya sebenarnya orang yang baik? Entahlah, Ha
“Hanum, kamu sama Riyan yang bertanggung jawab untuk bertemu dengan Ariana ya,” kata Geo langsung membuka rapat mereka dengan pembagian tugas dan tidak perlu repot bertele-tele. “Kok diserahin ke anak baru, sih?” kata Azila dengan nada tak suka. Semenjak Hanum dipanggil ke ruangan direktur, Azila sudah benar-benar mendeklarasikan perang dan dia tidak segan-segan menunjukan sikap tidak Sukanya terhadap Hanum.“Diserahkan ke anak baru biar mereka pada belajar. Kamu dulu waktu jadi anak baru juga seperti mereka, kan? Banyak diberi tugas untuk belajar berkembang.” Stefani yang tidak suka melihat tingkah Azila yang dengan jelas memperlihatkan permusuhan itu mencoba menengahi perdebatan yang bahkan belum dimulai.“Tapi aku juga pengin ketemu sama aktris Ariana. Serahin ke aku aja.” Jasmine menimpali.“Benar!” kata Azila setuju. Ini adalah pertama kalinya mereka berada di kapal yang sama. Biasanya mereka juga saling bermusuhan meski tidak terlalu ditunjukan.“Tidak. Selain Riyan dan Hanum,
Geo menatap Hanum dan Riyan secara bergantian. Permintaan mereka cukup lucu. Geo terkekeh kecil, memang sepertinya tugas ini sangat berat bagi mereka yang masih belum terbiasa dengan dunia kerja.“Kalian sudah buat janji dengan agensinya belum?” Suara Geo terdengar sangat lembut. Jarang ada manajer yang tidak suka marah-marah kepada bawahannya. Apalagi Geo ini masih terlihat sangat muda dan sudah menjabat sebagai manajer. Prestasinya patut dibanggakan.“Belum.”“Belum.”Jawab Hanum dan Riyan bersamaan. Mereka kemudian saling memandang dan kemudian menahan tawa mereka agar tidak pecah di depan manajer mereka.Geo kembali terkekeh. Kali ini kekehannya berubah menjadi tawa yang menertawakan kelucuan Hanum dan Riyan. Geo seolah diingatkan masa magangnya yang hampir mirip dengan mereka, bedanya dulu manajer Geo sangat galak, oleh karena itu kini dia tidak bersikap galak pada bawahannya atau memarahi tanpa dasar, dia menerapkan prinsip bekerja dengan santai namun tegas dan tepat waktu. Jara
“Saat ini Ariana sedang syuting apa?” tanya Hanum.“Saya tidak bisa memberitahukan dia syuting apa. Rahasia perusahaan, maafkan saya.”“Cobalah untuk membaca kontrak yang kami tawarkan terlebih dahulu,” bujuk Hanum. Pasalnya, manajer Ariana ini atau Lala ini saat datang tadi, dia belum sempat membaca kontraknya. Bahkan dia sudah menolak sebelum dia mendudukan dirinya di kursi.Lala menyetujui dan membaca kontraknya. Matanya melebar saat membaca deretan angka yang akan dibayarkan sebagai upah menjadi BA sekaligus juru bicara dari produk skincare dari Perusahaan Giandra.Itu jelas jumlah yang sangat banyak dan wajah Lala langsung berubah seketika. Tapi tetap saja dia kekeh dengan pendiriannya untuk menolak kerja sama ini. Lala perlahan meletakan kontraknya dan tersenyum tulus meminta maaf, ada penyesalan di matanya tapi dengan cepat ia ubah pandangannya.“Maaf kan kami. Kami tetap tidak akan bekerja sama dengan Perusahaan Giandra.”“Apa jumlah pembayarannya kurang? Kita bisa mendiskusik
Hanum menggeleng tidak tahu. Jelas dia tidak tahu, dia kemari kan ingin mencari tahu keberadaan Ariana.“Ada di lantai empat, ruangan khusus buat Ariana latihan acting. Kamu cari saja ruangan yang ada nama Ariana di pintu,” jelas salah satu staff itu.“Siap, Kak!” jawab Hanum semangat. Akhirnya dia tahu di mana Ariana berada. Dia dengan senang hati mendorong stand hanger yang dipenuhi baju itu ke lantai empat melalui lift.Tak lama setelah dia keluar dari lift, ruangan itu tepat berada di depan. Satu-satunya ruangan yang cukup besar dan di pintu terdapat tulisan Ariana dengan huruf kapital.Hanum memasuki ruangan itu tanpa ragu. Pertama-tama dia mengetuk pintu dan membukanya sedikit mengintip keadaan di dalam ruangan itu. Ruangan yang begitu terang tempat untuk Ariana berlatih aktingnya. Dinding ruangan ini semua dilapisi kaca. Sepertinya deretan kostum ini untuk latihan Ariana.Di dalam ruangan terdapat beberapa orang. Ada sekitar lima orang yang tidak termasuk Ariana. Mungkin merek
Senyuman Hanum memudar. Apa? Bertemu dengan Abian? Bosnya? Dia tidak salah dengar, kan? Orang yang pernah ia tampar? Sungguh? Mata Hanum membulat kaget. Dia langsung teringat momen memalukan yang ingin dia kubur sedalam palung lautan itu. Memori menampar atasannya kembali berputar di benak Hanum. “A-anu … apa ada syarat yang lainnya? Apapun itu selain bertemu dengan direktur kami,” kata Hanum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Tidak. Aku hanya akan menandatangani kontrak jika direktur kalian yang membujuku,” kata Ariana dengan angkuh. “Baiklah. Saya akan mengusahakan hal tersebut. Apa syarat ini bisa kami diskusikan bersama manajer mu?” “Ya, terserah.” “Baik, saya permisi.” Hanum berbalik dan keluar ruangan. Dia berjalan dengan lesu. Tak lupa, ia juga memasukan kontraknya ke dalam tas. Saat sampai di lantai di mana Riyan berada, dia langsung dihadiahi tatapan tajam dari Riyan dan juga tatapan penuh tanya dari Lala. “Apa Anda benar-benar ke kamar mandi?” tanya Lala l
“Jadi, bagaimana hasilnya?” tanya Geo.Baru saja Riyan dan Hanum sampai di kantor dan belum sempat beristirahat sudah dimintai laporan oleh manajer mereka.Semua orang menatap ke arah Hanum dan Riyan. Mereka lagi-lagi menjadi pusat perhatian. Meskipun hari sudah sore, tapi mereka seolah lupa kalo sebentar lagi waktu jam kantor untuk pulang. Bagi mereka, topik soal Ariana Si Aktris terkenal itu lebih utama daripada pulang.“Setuju, Kak.” Hanum mengangguk.“Kerja bagus!” kata Jasmine.“Kalian hebat,” kata Titan.Sementara itu Geo hanya tersenyum bangga dan Azila yang terlihat murung karena kesal atas keberhasilan Hanum. Dia masih sedikit tidak suka dengan Hanum karena persoalan dia yang bisa bertemu dengan Abian.“Tapi ….” kata Hanum menggantung. Dan hal itu membuat semua orang langsung siaga dengan apa yang akan Hanum katakan selanjutnya.“Tapi dengan satu syarat, yaitu Ariana ingin Pak Abian atau direktur kita untuk membujuk dia langsung!” serobot Riyan langsung menjelaskan tanpa menu
“Perkembangannya sudah sampai mana?”Pertanyaan Abian membuat seluruh tim itu terdiam. Mereka menundukan kepala mereka, tidak ingin membuat kontak mata denga Abian. Namun itu berbeda dengan Hanum. Disaat semua orang menundukan kepala merasa bersalah, Hanum malah sibuk dengan khayalannya bagaimana cara membujuk Abian untuk bertemu dengan Ariana dan itu membuat Hanum sangat mencolok di mata Abian.Hanum yang melamun tidak sadar akan situasinya yang sedari tadi dipandangi oleh Abian. Saat mata mereka bertemu, Hanum membelalakan mata terkejut dan langsung mengamati sekitarnya dan mendapati bahwa hanya dirinya saja yang menegakkan kepala sedangkan orang lain semua menunduk.Aduh! Bisa-bisanya cuma aku yang seperti ini. Kenapa aku melamun coba? Kan jadi malu sendiri ketahuan melamun sama Pak Abian.Hanum merutuki dirinya dalam hati. Ingin sekali menghantamkan kepalanya ke meja di depannya. Dia malu kepergok sedang melamun.“Kenapa tidak ada yang menjawab?”“…”“Tim 1? Tim 2 dan tim 3?”“Kam