“Perkembangannya sudah sampai mana?”Pertanyaan Abian membuat seluruh tim itu terdiam. Mereka menundukan kepala mereka, tidak ingin membuat kontak mata denga Abian. Namun itu berbeda dengan Hanum. Disaat semua orang menundukan kepala merasa bersalah, Hanum malah sibuk dengan khayalannya bagaimana cara membujuk Abian untuk bertemu dengan Ariana dan itu membuat Hanum sangat mencolok di mata Abian.Hanum yang melamun tidak sadar akan situasinya yang sedari tadi dipandangi oleh Abian. Saat mata mereka bertemu, Hanum membelalakan mata terkejut dan langsung mengamati sekitarnya dan mendapati bahwa hanya dirinya saja yang menegakkan kepala sedangkan orang lain semua menunduk.Aduh! Bisa-bisanya cuma aku yang seperti ini. Kenapa aku melamun coba? Kan jadi malu sendiri ketahuan melamun sama Pak Abian.Hanum merutuki dirinya dalam hati. Ingin sekali menghantamkan kepalanya ke meja di depannya. Dia malu kepergok sedang melamun.“Kenapa tidak ada yang menjawab?”“…”“Tim 1? Tim 2 dan tim 3?”“Kam
Benar saja, saat Hanum selesai berbicara, dan saat dia melihat Abian, bosnya itu sudah mengerutkan dahi seperti tidak suka dengan isi perkataan Hanum. Nyali Hanum langsung menciut dan tidak berani berbicara lagi.Ruangan kembali hening. Semua orang sibuk menahan napas mereka supaya tidak terdengar begitu keras. Mereka ibaratnya sedang menunggu gunung berapi yang kapan saja bisa Meletus. Mereka takut Abian akan memarahi kinerja mereka. Sebenarnya, jika dibandingkan dengan karyawan perusahaan lain, kinerja karyawan Perusahaan Damanta bisa dibilang di atas rata-rata jika soal performa. Mereka sudah memiliki kemajuan yang cukup signifikan padahal ini baru sehari ditugaskan. “Oke. Semua tim boleh keluar kecuali tim 3 merketing,” kata Abian yang membuat sebagian orang menghela napas lega kecuali tim 3 marketing yang masih harus bertahan satu ruangan dengan bos mereka.Satu persatu orang-orang keluar ruangan dan hanya menyisakan anggota tim 3 marketing.Abian sebenarnya tidak ada tujuan unt
Hanum menghampiri kursi Abian dan memegang lengan Abian dengan cepat. Dia juga panik saat melihat kondisi Abian yang tiba-tiba berubah. Dia terlihat sangat kesakitan sampai keringat dingin keluar dari dahinya.“A-apa seperti ini, Pak?” Tangan Hanum gemetar. Dia dengan hati-hati memegang lengan Abian.“Bukan.” Abian langsung menarik jemari Hanum dan menautkan jarinya. Hanum membelalakan matanya saat Abian mengubah postur duduknya.Saat ini Abian sedang menghadap Hanum yang masih berdiri tak lebih dari lima puluh sentimeter itu dan kedua tangan Abian tertaut pada kedua telapak tangan Hanum. Jika orang lain melihatnya itu terlihat intim seperti sepasang kekasih yang sedang saling menautkan jemari mereka.“Lima menit. Hanya lima menit saja, aku mohon,” pinta Abian dengan lirih.Hanum yang hanya bisa membeku di tempat tidak tahu harus merespon seperti apa. Haruskah dia menampar Abian lagi? Tidak, tidak! Dia masih membutuhkan pekerjaan ini.Tanpa Hanum sadari, tingkah Abian ini membuat deb
Hanum tidak terima saat dia dikatai bau. “Maksud Anda apa mengatai saya bau?!” kesal Hanum seolah lupa orang di depannya ini adalah bosnya.“Siapa yang mengataimu bau?”“Tadi Anda berbicara sendiri. Anda bilang saya berbau aneh,” keluh Hanum.“Bukan itu maksud saya. Sudah, kamu boleh pulang. Ini sudah lewat jam kerja kantor.”Memang benar ini sudah melebihi jam kerja kantor. Hanum juga tidak mau berlama-lama di satu ruangan dengan Abian. Dia merasa aneh jika dekat-dekat dengan Abian. Sebuah perasaan yang lagi-lagi tidak bisa ia gambarkan.“Kalau begitu saya permisi.” Hanum keluar dari ruangan rapat. Hanya ada dia sendiri di kantornya, semua orang sepertnya sangat senang bisa pulang tepat waktu, tidak seperti dirinya yang tertahan oleh Abian dan malah disuruh melakukan hal di luar nalar.Hanum memberesi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Tak dia sangka, saat keluar dari gedung kantor, dia kembali melihat mobil kevin yang melaju di depannya. Kevin tidak sendirian, lagi-lagi dia
Ini adalah pengalaman Hanum menaiki mobil super mewah. Dia tidak menyangka kalau dirinya bisa menaiki mobil yang hanya dimiliki oleh orang-orang kalangan tertentu saja. Interiornya jelas berbeda dan terlihat sangat mewah. Dia mencoba duduk dengan nyaman, karena di sepanjang jalan tidak ada obrolan dan Hanum merasakan kenyamanan yang teramat, tanpa sadar dia tertidur.Abian sesekali menoleh dan melihat Hanum. Saat mendapati Hanum tertidur, Abian menaikan sudut mulutnya. Dia tersenyum kecil merasa lucu. Ini adalah pertama kalinya dia memperbolehkan orang lain untuk ikut menaiki mobil kesayangannya ini. Abian tidak memiliki niatan lain, tidak! Dia hanya merasa sangat nyaman jika di dekat Hanum.Tak lama kemudian mobil memasuki area parkiran rumah sakit. Dia memarkirkan mobil dan tidak keluar. Abian menunggu cukup lama karena dia tidak tega untuk membangunkan Hanum.Hanum perlahan membuka matanya. Dia mengucek matanya, bersikap sanagat nyaman dan untuk sesaat dia lupa bahwa dia sebenarny
“Kenapa kamu di sini?” tanya Daniel dengan ketus.Abian tak menghiraukan pertanyaan ketus dari Daniel. Dia main menyelonong masuk ke ruangannya Daniel dan duduk di kursi pasien.“Aku seorang pasien, tentu saja harus konsultasi.”“Apa ada kemajuan?”“Jelas ada. Kalau tidak, aku tidak akan repot-repot menemuimu lagi di rumah sakit.”“Ap aitu?”“Ini tentang Hanum. Memang benar sepertinya ada yang spesial dari tubuhnya. Maksudku, aromanya saja bisa membuatku tenang. Kemarin saat sakit kepalakutiba-tiba kambuh, aku langsung memegang tangan Hanum sekitaran lima menit dan rasa sakit kepalaku berangsur-angsur menghilang. Berada di dekatnya membuatku tenang.”“Apa kamu juga mengantuk?” Daniel sudah siap dengan buku catatan kecilnya. “Maksudku adalah, saat kau sakit kepala dan memegang tangan Hanum, apa kau merasa mengantuk juga?”Abian berpikir cukup lama mencoba mengingat momen tadi sore. “Mm, sepertinya tidak mengantuk. Aku tidak tahu karena saat itu dibarengi rasa sakit kepala yang teramat.
Hanum langsung buru-buru mematikan teleponnya untuk memastikan bahwa dia tidak salah nomor. Tapi setelah dia cek, memang benar itu nomor ponsel Kevin, tapi kenapa yang mengangkat suaranya seorang perempuan? Seingat Hanum, Kevin tidak memiliki adik atau saudara jauh yang merupakan perempuan.Hanum mencoba berpikir positif, tapi tidak bisa. Dia sudah memikirkan scenario terburuknya. Napsu makannya langsung hilang, dia tidak ingin memakan baksonya, apalagi saat melihat kuah yang dipenuhi oleh sambel itu membuat Hanum berpikir dua kali untuk memakannya. Tapi dia juga tidak boleh membuang-buang makanan. Oleh karena itu Hanum dengan terpaksa memakan habis baksonya yang membuatnya menangis karena kepedasan.Dia menuangkan semua kesedihannya dengan memakan bakso pedas itu. Dia bisa menangis dan tersamarkan dengan alasan dia tadi salah mengambil terlalu banyak sambal. Tapi sayangnya tidak ada yang memperhatikan Hanum dan semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.Tapi dari kejauhan, dua or
“Tadi juga yang mengangkat telepon itu suara perempuan. Lagi ngapain coba malem-malem begini sama cewek. Maksudku, kenapa cewek itu bisa pegang ponselnya Kak Kevin.” Hanum kembali menangis. Kali ini dia menumpahkan keluh kesahnya pada sahabatnya. Mulai dari masalah adiknya hingga masalah bersama bosnya.“Mungkin aja lagi ada acara alumni? Atau ada acara apa mungkin.” Denta mencoba membantu Hanum untuk perpikir positif.“Oh, iya. Kamu benar juga,” kata Hanum yang langsung duduk tegak dan menghapus sisa air matanya.Denta memandang Hanum dengan tatapan aneh. Dia tidak percaya sahabatnya ini sangat mudah dibujuk untuk tenang. Denta pikir dia akan membutuhkan waktu lama untuk membujuk Hanum supaya tidak menangis lagi.“Udah nangisnya? Cuma segitu?” Denta dibuat melongo oleh tingkah konyol Hanum.Dengan polosnya Hanum menjawab, “Udah. Kan tadi nangis karena aku numpahin sambel banyak banget.”“…”“Tahu tidak, Den.”“Tidak.”“Kan aku belum ngomong. Gimana, sih!” Suasana hati Hanum berubah d