Hidangan lezat tidak membuat Nayla lahap menyantapnya. Rasanya makanan yang masuk ke dalam mulut tidak dapat tertelan. Bukan hal mudah bagi Nayla untuk bisa beradaptasi dengan orang baru. Terutama tatapan yang membuat Nayla jengah. Akbar yang mengetahui kegugupan calon istri, dia meraih tangan Nayla dan mencengkram lembut di balik meja. Nayla tersenyum lalu melanjutkan makan bersama.
Nayla melongo, tidak hanya berhenti di situ. Mereka kini mengajak Nayla mengobrol santai dengan para wanita. Sedangkan pihak lelaki berkumpul di ruang berbeda membahas bisnis. Terpaksa Nayla berpisah dengan Akbar. Pemuda gagah itu terlihat mencemaskan sang calon istri mengingat para tantenya itu sangat menyebalkan. Perbincangan bisnis tidak berlangsung baik, Akbar lebih banyak diam menyimak tetapi pikiran ke arah Nayla. Saking frustrasinya, Akbar bangkit berdiri membuat para saudara memandang ke arahnya.
"Mau kemana Akbar?" tanya sang ayah.<
Melihat sang suami memapah istri keduanya, Rere merasa cemburu. Wajar bukan, dia istri pertama Edzard. Ada sedikit rasa tidak suka melihat pemandangan harmonis itu. Mengapa wanita itu yang sang suami cintai, mengapa harus ada orang ketiga pada mahligai rumah tangganya, begitu berontak Rere dalam benak. Ah, semua kesalahan ada pada dirinya, bukan. Waktu lalu dia mengejar cinta lelaki brengsek, bernama Kenzo. Lelaki yang pada kenyataan sesungguhnya mencintai Nayla sang sahabat, orang terdekat Rere. Lalu kejadian tidak terduga, sebuah kesalah pahaman membuat ibu mertuanya menikahkan sang suami dengan Evelyn. Sungguh ironis, begitu bahagia Rere mempersiapkan pernikahan nan mewah, dia turut bahagia, bodoh. Memang bodoh, gadis itu masih menyimpan rasa pada lelaki lain. Hingga ijab qobul kedua yang sang suami ucap membuat dadanya mendadak sesak. Ah, rasa apa itu, Rere belum begitu peduli. Namun, gelebah itu semakin merasuk sukma ketik
Sunyi, gambaran pada malam syahdu dimana angin malam sayup-sayup halus menyapa. Gerakan anggun Rere menapaki rerumputan di sekitar taman. Sesekali dia membenahi letak syal yang merosot ke bagian lengan. Edzard berjalan di sampingnya, sepasang suami istri itu nampak harmonis, senyum Rere mengembang. Sejenak Edzard menghentikan langkah, memandangi wajah sang istri dalam remang semburat cahaya candra yang mengguyur tubuh keduanya. Langit malam nan indah bertabur bintang menjadi saksi bisu keadaan yang sangat Rere ingin, berdua bersama sang suami. Egois benar memang egois, dia ingin merengkuh sang suami untuk dirinya sendiri, setidaknya untuk malam ini. Edzard membelai rambut panjang Rere yang tergerai indah menjuntai ke bawah. Lelaki itu mengecup kening sang istri. Gelayar aneh menjalar di tubuh keduanya, tatapan mereka bertemu pandang. Cukup lama, sampai akhirnya Edzard menarik tubuh Rere dalam dekap hangat. Nyaman, wanita muda tersebut merasa
Hari masih gelap ketika Rere terbangun dari tidur, dengan keadaan masih polos. Sang suami sudah tidak lagi berada di tempatnya. Miris, dia tersenyum kecut, dada terasa sesak menyeruak, dia tidak menjadi istri Edzard sendirian, ada Evelyn di sisinya. Sepi, terasa hampa, Rere harus terima kenyataan pahit itu lapang dada, matanya berembun seketika. Dia beringsut bangun dari, ada rasa nyeri di area punggung dan perut, Rere menggigit bibir bawah, meraih selimut menutupi tubuh telanjangnya. Persetubuhan semalam lebih terasa luar biasa mengingat Edzard tidak menyentuh istri-istrinya beberapa hari. Rere sampai tidak bisa mengimbangi permainan Edzard yang lagi dan lagi. Dia tersenyum lalu menutup wajah dengan kedua tangan. Malu pada diri sendiri yang berpikiran mesum. Rere menyentuh area leher, kemudian dada dan lengan yang terasa sedikit perih. Gigitan juga cupangan Edzard masih membekas. Tubuh telanjang yang sangat mempesona itu juga masih Rere ingat dengan baik. Jantungnya m
Edzard terkekeh melihat tingkah laku menggemaskan Rere. Dia bangkit berdiri mencubit pipi Rere dengan gemas, lalu menciumnya bertubi-tubi. Rere meronta-ronta antara bahagia dan malu bercampur menjadi satu. Dekapan hangat sang suami, aroma parfum maskulin itu benar-benar terasa membahagiakan. Edzard menghentikan aksinya setelah mengecup bibir Rere. Dia mengajak Rere berdiri, menggandengnya hingga depan meja rias. Edzard mengeringkan rambut sang istri dengan hair dryer. Rere tersenyum malu sedikit menundukkan kepala, ah, betapa bahagianya dia kini. Kalau boleh memohon, Rere berharap waktu berhenti sejenak agar waktunya dengan sang suami lebih lama lagi. Andai saja, sayangnya apa yang Rere harap tidak seperti apa yang dia inginkan. Istri pertama akan tetapi lebih seperti seorang selingan, seperti dibutuhkan ketika butuh saja, sakit tentu saja. Bukan Rere namanya jika tidak berusaha bertahan. Ketika cinta Kenzo dulu untuk Nayla, Rere pun b
Rere menyibukkan diri dengan membantu Edzard merapikan beberapa dokumen, atas arahan asisten dari Devan—ayah mertuanya—yang kebetulan mampir. Edzard sendiri masih sibuk di ruangan bagian perencana. Bersama para staf, mengecek sekali lagi data yang akan dijadikan bahan meeting setelah ini. Lelaki itu membaur dan nampak serius membahas presentasi yang akan dibawakan salah satu anak buahnya. Seorang wanita cantik bertubuh sexy, tinggi semampai, rambutnya digulung ke bagian atas belakang kepala. Salah satu karyawan lama yang berada di kantor Edzard semenjak perusahaan kecilnya merintis. “Bagaimana, ok tidak, Pak?” tanya wanita tadi yang duduk di kursi sebelah Edzard. Edzard mencondongkan tubuh ke arah wanita itu, menatap lurus ke layar laptop si wanita lalu manggut-manggut, “Good,” jawab Edzard, “baik semua mari kita siap-siap, ayo semangat ya.” Edzard bangkit berdiri dari kursi bundar yang dia duduki. &nbs
Rere langsung saja memeluk sang suami, tidak peduli tatapan beberapa karyawan yang masih berada di tempat. Wanita itu menyembunyikan wajah dalam dekap hangat dada sang suami. Aroma parfum tercium, mengusik pada indra penciumannya. Edzard yang sempat terkejut ketika tiba-tiba Rere memeluknya, mengulas senyum. Lelaki bertubuh tinggi itu mengelus manja rambut panjang terurai Rere. Dia mengira-ngira apa yang sebenarnya sang istri pikirkan, Edzard mengernyikan kening lalu menghela napas, sekuat apa pun dia berpikir tetap tidak menemukan jawaban yang dicari. Edzard mengusap punggung sang istri, pasalnya pelukan Rere semakin erat. Dia menyipitkan mata, lalu mengedarkan pandang ke beberapa arah dimana anak buahnya memperhatikan dengan malu-malu. Edzard terkekeh lalu menggeleng, tingkah imut Rere benar-benar membuat para wanita iri. “Kenapa, Sayang?” tanya Edzard lirih. Rere hanya menggelengkan kepala. “ya sudah kita Kembali ke ruang
Keadaan Edzard semakin memprihatinkan, tidak merasakan sakit, tapi selalu merasa mual, ah sangat menjengkelkan bukan. Badan terasa lemas terkuras habis, bahkan saat pertemuan dengan klien di kafe yang berada di bawah kantornya, Edzard beberapa kali bolak-balik ke kamar mandi. Badannya di papah asisten sang ayah yang dia telepon sebelum jam pulang kantor usai. Mereka sempat mampir ke klinik kesehatan, tidak ada tanda-tanda sakit serius. Edzard masih di papah asisten sang ayah menaiki anak tangga pelan-pelan menuju kamar yang ditempati Rere. Tidak mungkin Edzard dengan keadaan yang demikian mengganggu Evelyn yang masih tahap pemulihan. “Kepalaku terasa berat,” keluh Edzard merebahkan tubuh di atas ranjang. “Sabar, Bang,” ujar Rere membuka sepatu milik sang suami. Dengan telaten Rere melepas jas yang masih menempel di tubuh suaminya, derik pintu terdengar, R
Edzard memeluk sang istri dengan sayang, dia menyibakkan rambut Rere ke arah samping kanan bagian depan, menghirup aroma wangi sabun yang menguar dari tubuh istrinya. Edzard benar-benar menyukai aroma tubuh itu, dia menciumi bagian leher belakang. Rere memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang Edzard berikan kepadanya. Ah, sangat manis terasa Edzard semakin gencar mencumbu, Rere mencengkeram erat handuk bagian depan yang dia pakai. Sedang menghayati setiap inci tubuh mulus sang istri, tiba-tiba perutnya kembali bergejolak. Edzard menghentikan aksinya lalu segera berlari ke kamar mandi. Rere mengernyitkan kening melihat apa yang tengah terjadi pada sang suami. Khawatir pasti sangat, wanita itu lalu mengenakan pakaiann dan langsung memanggil dokter pribadi. Edzard terlihat keluar dari kamar mandi dengan loyo. Rambut basah, tubuh berotot itu terlihat sangat menggoda, hanya saja bibir pucat sang suami membuat Rere kembali ke alam sadar. Dia mendekat ke arah sang