Share

47. Akhirnya Pulang

“Nai, tadi siang ada apa? Umi dengar Fadil nangis. Kamu bertengkar lagi sama Andra?” tanya Umi saat kami baru saja selesai salat Magrib berjamaah. Sementara Abah dan Fadil, salat berjamaah ke mesjid.

Aku mengusap wajah sejenak, lalu meneruskan melipat sajadah. Bagaimana harus mengatakannya? Aku selalu saja membuat Abah dan Umi khawatir.

“Iya, Mi. Naira sama Mas Andra bertengkar. Dia maksa mau bawa Fadil pulang walaupun Nai gak ikut,” timpalku, terus menunduk. Dada terasa sedikit sesak.

“Astaghfirulah. Kenapa kalian sampai bertengkar di depan Fadil? Kasihan cucu Umi.”

“Ya maaf, Mi. Naira juga menyesal udah bikin Fadil ketakutan. Tapi, semua itu Mas Andra yang mulai, Mi!” rututkku tak terima.

Kalau teringat kejadian tadi siang, tengkukku merinding. Tak terbayangkan rasanya kalau Mas Andra sampai nekat memaksa membawa Fadil pergi. Sudah pasti akan ada trauma yang membekas pada anakku.

Tangan Umi terulur, memegang pundakku. Matanya yang teduh menatap lembut.

“Nai, kamu harus mengala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status