Share

Apa Yang Terjadi?

Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya.

"Maria," panggilnya pelan.

Gadis itu masih saja menundukan kepalanya.

"Maria," panggilnya lagi.

Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar.

Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh.

"Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi.

"Apa yang terjadi?" tanyanya pelan.

"Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya.

"Kenapa kamu menyerahkan diri?"

"Aku tak tau, aku merasa semua salahku."

"Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!"

"Tapi, tanganku penuh darah!"

"Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?"

"Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!"

"Itu yang aku ingat?"

Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan.

"Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu."

Maria menganggukan kepalanya.

"Aku harap kamu tak mengatakan apa-apa saat ada seseorang yang datang selain aku!"

Maria mengerutkan keningnya.

"Kamu tak boleh percaya siapapun?"

"Apa aku tak boleh percaya pada bapak juga?"

Maria menatap Monga serius.

"Itu terserah padamu!"

Maria pun menganggukan kepalanya.

Monga pun Buru-buru keluar dari penjara dan Maria pun terdiam sejenak memikirkan ucapan kepala desanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Maria bingung.

Gadis itu mencoba mengingat apa yang terjadi tapi, tak ada yang ia ingat sama sekali.

Maria pun menundukan kepalanya.

Seseorang datang menghampirinya.

"Maria," panggilnya.

Maria mengangkat kepalanya.

"Kamu harus keluar dari sini!"  serunya.

"Siapa kamu?"

"Aku bisa membebaskan mu dari sini?"

"Aku tak tau siapa kamu?"

"Kamu sangat spesial karena itu kamu tak pantas di sini?"

"Aku tak mengerti maksudmu?"

Seseorang itu pun memegang jeruji besi seketika jeruji besi itu pun terbakar membuat Maria pun terkejut.

"Ikutlah denganku?" seseorang itu pun mengulurkan tangannya.

Maria tak bisa melihat wajahnya dan tak tau siapa dia.

Gadis itu masih saja terdiam bahkan seperti tersihir untuk mengikuti seseorang yang memakai jubah itu. Saat tangan Maria akan menyentuhnya tiba-tiba saja seseorang itu pun ambruk.

"Maria, kamu jangan mempercayainya!" seru seseorang.

Seketika Maria pun sadar dan terkejut dengan apa yang terjadi di sini.

Seseorang terkapar di lantai dan setelah itu buru-buru beranjak bangun lagi. Melihat orang-orang yang berkerumun seseorang itu pun kabur dari penjara.

"Maria, kamu tak apa-apa?" tanyanya khawatir.

"Pak Monga," panggilnya.

Pria paruh baya itu pun merangkulnya dan seluruh tubuhnya bergetar sangat takut.

"Kamu aman sekarang," ungkap Monga sembari melihat ke arah orang itu.

"Siapa dia?" tanya Maria penasaran.

"Dia bukan orang baik," jawab Monga.

***

Di tempat lain seseorang berlari sekuat tenaganya menjauh dari Kerajaan Orion.

"Sial," gumamnya berhenti setelah sedari dari berlari menghindari para penjaga.

"Aku tau ini tak akan mudah jika ada mereka di sana!" serunya sendiri.

Dia membuka jubah hitamnya dan terlihat wajahnya yang begitu rupawan dan juga tampan.

"Aku harus lebih kuat lagi," ucapnya sembari melihat lengannya yang menghitam.

Laki-laki itu menoleh ke belakang dan setelah itu segera menjauh dari sana sebelum ada yang melihatnya di sini.

***

Maria langsung dibawa naik kereta kuda dengan penjagaan yang begitu ketat.

"Kita mau ke mana pak?" tanya Maria merasa bingung harus bagaimana.

"Ke tempat aman," jawab Pak Monga serius.

Maria melihat ke arah luar begitu banyak para prajurit yang menjaga termasuk Kriston.

"Pasti kamu bingung dengan semua yang terjadi padamu," ucap Monga tiba-tiba.

Maria menganggukan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.

"Nanti setelah sampai aku akan menjelaskan semua padamu," tambah Monga lagi.

Maria menganggukan kepalanya. Semuanya terjadi begitu cepat sampai ia benar-benar tak bisa mencerna semuanya.

Dalam keheningan tiba-tiba saja kereta kuda yang ditumpangi Maria dan Monga pun berhenti.

Monga melihat ke arah luar begitu banyak orang-orang yang memakai jubah hitam menyerang.

"Kamu tetap di dalam!"

"Apa pun yang terjadi jangan keluar dari sini."

Monga keluar dari kereta kuda itu dan menghadapi orang-orang itu.

"Siapa mereka?" tanya Maria dalam hatinya.

Maria sedikit mengintip ke arah luar dan seseorang melihat ke arah Maria buru-buru menutup tirai kereta kudanya.

Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Dari luar seseorang secara paksa membuka pintu kereta kuda itu tapi, Maria menahannya dari dalam.

"Tuhan, selamatkan aku," pinta Maria sembari menangis.

Entah bagaimana, diluar kereta kuda begitu banyak orang yang sedang berperang mengunakan senjata.

Maria ketakutan sendiri, merasa kalau nyawanya benar-benar terancam.

"Tuhan, kenapa semua ini terjadi padaku?" Maria terlalu takut untuk mengintip keluar lagi.

Ia meringkuk di dalam kereta kuda mencoba menutup telinganya tak ingin mendengar suara ribut-ribut di luar.

Dalam beberapa saat di luar terdengar suara ribut-ribut sampai dalam hitungan detik suasana kembali hening.

Maria membuka tangannya dari telinganya.

"Aku tak mendengar apa pun apa sudah selesai?" tanyanya sendiri.

Seseorang berusaha membuka pintu kereta kuda itu. Maria masih menahannya karena ia merasa belum aman.

"Maria, buka pintunya," pinta Monga dari luar.

"Apa benar-benar sudah aman?" tanya Maria dari dalam.

"Yah, kita menang," jawab Monga.

Maria pun membuka pintu kereta kudanya dan terlihat Monga berdiri di luar dengan tubuh yang berlumuran darah.

"Pak Monga," panggil Maria terkejut melihat keadaan pria itu.

"Apa yang terjadi pak?" tanyanya.

Monga pun masuk ke dalam kereta kuda seluruh tubuhnya sudah penuh dengan darah.

"Si-siapa mereka?" tanya Maria dengan suara bergetar.

"Mereka orang-orang jahat yang ingin menghabisimu," jawab Monga serius.

"Aku salah apa?" Maria terus saja menangis.

"Selama ada aku, kamu akan tenang."

"Apa mereka juga yang menghabisi orang tuaku?"

Monga tak mengatakan apa-apa hanya menoleh pada Maria.

"Benarkan pak?"

Monga masih belum menjawab namun, mata Maria sudah merah dan kuku-kukunya mulai memanjang.

"Tenang Maria, kamu harus bisa mengendalikannya!" seru Monga waspada.

Mendengar itu, Maria pun bisa merendam amarahnya,  Monga pun menghembuskan napas panjang. 

Maria terus saja menangis dan Monga pun membiarkannya.

"Lebih baik kamu seperti itu saja dari pada berubah menjadi monster," gumamnya dalam hati Monga.

Maria terdiam sejenak, ia merasa mendengar suara samar-samar dan suara itu tak begitu jelas.

Kereta kuda kembali berjalan hanya itu yang terdengar dan suara langkah kaki para prajurit tak ada suara lainnya.

Maria mencoba melihat keluar jendela. "Aku tak tau ke mana akan pergi?" tanyanya sendiri.

"Semuanya begitu cepat, ayah ibu aku harus membalaskan dendam kalian," gumam Maria dalam hatinya sembari terus saja menangis tanpa henti.

Monga menoleh pada Maria tanpa mengatakan apa-apa hanya saja sorot matanya menunjuk kebencian yang begitu dalam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status