Share

Penuh Tanya

Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran.

"Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran.

"Sepertinya dia benar-benar kesakitan!"

Monga menganggukan kepalanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri.

"Aku tak merasakan kekuatannya?"

Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya.

"Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan.

"Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut.

"Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana.

Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung.

"Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina.

"Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas.

"Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga.

"Apa di sini Maria benar-benar aman?"

"Yah, ada beberapa pasukan yang berjaga di sini."

Raja Aiden pun menganggukan kepalanya.

Bom asap pun muncul dari arah atas semua bergegas melindungi Raja Aiden buru-buru menutup hidungnya.

"Lindungi Raja Aiden dan juga Maria," teriak Mongga.

Ruangan penuh dengan asap hitam pekat sampai tak bisa melihat apa pun di sekitar.

Seseorang mendekati Maria.

"Kekuatanmu akan segera bangkit jadi bersiaplah," bisiknya pelan.

Seketika Maria pun membuka matanya. Semuanya gelap tak ada yang bisa dilihat.

"Aku ada di mana?" tanya Maria sendiri.

Gadis ini pun beranjak bangun, tak terlihat apa pun di depannya. Benar-benar gelap sekali.

"Apa itu?" tanya Maria saat sebuah cahaya menghampirinya.

Tubuh Maria pun mulai masuk ke dalam cahaya yang kini memasuki melalui aliran darahnya. Seluruh tubuhnya terasa penuh dan penuh energi.

"Maria," panggil seseorang.

Gadis tersebut tak tau siapa yang memanggilnya.

"Maria."

Suara panggilan itu tak hanya dari satu suara saja tapi mulai beberapa terdengar suara-suara memanggilnya dan setelah itu Maria tak sadar dengan semua yang terjadi padanya.

Beberapa saat kemudian Maria pun membuka matanya dan terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Apa yang terjadi?" tanyanya bingung karena semuanya hancur dihadapannya.

"Maria," panggil Monga dengan bahu yang terluka menghampirinya.

Maria melihat sekitarnya tak hanya Monga saja yang terluka akan tetapi, beberapa prajurit pun terluka.

"Apa yang terjadi?" tanya Maria tak ingat dengan semua yang terjadi.

"Nanti, akan aku ceritakan apa yang terjadi?"

Maria menganggukan kepalanya walau sebenarnya ia sangat penasaran sekali.

"Sekarang kamu yang lebih penting."

Maria beranjak dari sana beberapa orang beranjak bangun dari runtuhan bangunan rumah Rubina.

Seseorang keluar dari runtuhan bangunan dan langsung batuk-batuk karena asap terhirup banyak.

"Raja Aiden," panggil Monga meninggal Maria menghampiri raja mereka.

"Raja Aiden?" tanya Maria sendiri menoleh ke arah laki-laki yang ditolong oleh Monga.

"Aku tak apa-apa, hanya terkejut saja dengan kekuatan Maria," jawabnya menoleh ke arah Maria.

"Sepertinya kamu terluka parah Monga?"

"Tak apa-apa, hanya luka biasanya saja," jawabnya.

Maria tak mengerti apa yang mereka bicarakan.

"Apa semua ini karena aku?" tanya Maria sedih.

Rubina pun menghampiri mereka dengan tubuh yang begitu kotor.

"Beberapa korban sudah di evakuasi," ucapnya pada Monga.

"Ada korban jiwa?" tanya Monga lagi.

"Tak ada hanya luka ringan saja, karena semuanya langsung sigap menyelamatkan diri," jawab Rubina.

Rubina menoleh ke arah Maria, dengan tatapan penuh rasa khawatir dan juga takut akan tetapi, ia buru-buru tersenyum pada Maria untuk menutupi semuanya.

Semuanya pun dipindah ke paviliun belakang karena rumah utama benar-benar hancur tak tersisa.

"Semuanya sudah selamat tak ada lagi korban yang terperangkap dalam reruntuhan," lapor Kriston.

"Kalian harus menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Maria karena ia merasa semua ini terjadi karenanya.

Semuanya saling melihat bingung bagaimana menjelaskan pada Maria.

"Sebenarnya kita juga tak tau apa yang terjadi?" tanya Monga tiba-tiba berbicara saat semua orang bingung dengan pikiran masing-masing.

"Maksud Anda bagaimana?" Maria tak mengerti pertanyaan dari Monga.

Maria sedang bertanya pada Monga tapi, Monga malah bertanya balik padanya.

"Kamu tiba-tiba saja bangun dengar aura yang begitu besar seperti kerasukan sesuatu."

"Kerasukan?" Maria mengerutkan keningnya ia mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

"Kamu memang tak melakukan apa pun hanya saja bangunan rumah Rubina tiba-tiba saja bergetar seperti ada gempa bumi?"

Maria masih saja menerka-nerka ucapan Monga akan tetapi, ia tak mengerti sama sekali.

"Dalam waktu sekian detik semuanya hancur secara perlahan dan semua orang menyelamatkan diri."

"Setelah itu?" Maria penasaran cerita Monga tentang semua ini.

"Aku berusaha menyadarkanmu akan tetapi, aku terpental karena kekuatan tubuhmu begitu besar."

"Kekuatan apa?"

"Apa mungkin aku mempunyai kekuatan dalam tubuhku?" tanya Maria lagi sembari melihat kedua tangannya.

"Entahlah, karena itu kamu harus dijaga agar kekuatanmu tak menyakiti siapapun?"

Tiba-tiba saja Maria menangis. Rubina pun menghampirinya dan merangkulnya.

"Kamu tak perlu khawatir, kita akan menjagamu di sini," ucapnya.

"Maria," panggil seseorang.

Maria mengangkat kepalanya. "Siapa yang memanggilku?" tanyanya.

Semua orang saling melihat.

"Tak ada yang memanggilmu," jawab Monga melihat sekitar.

"Maria, hanya kamu yang bisa mendengarkanku," ucapnya lagi.

Maria menutup kedua telinganya. "Siapa kamu?" tanyanya.

"Dengarkan aku!"

"Aku tak mau mendengarkanmu, pergi dari pikiranku?"

"Aku tak akan pergi sebelum kamu bangkit."

"Pergi ... pergi."

Maria ketakutan sembari menutup kedua telinganya. Semuanya melihat ke arah Maria.

"Lebih baik, Maria istirahat saja mungkin dia berhalusinasi," ucap Raja Aiden sedari tadi memperhatikan Maria.

"Aku tak berhalusinasi, suara ini begitu jelas terdengar di kepalaku terus saja memanggilku," ungkap Maria memohon.

"Yah sudah biarkan Maria beristirahat," ucap Monga lagi sembari melihat ke arah Rubina.

Rubina pun menganggukan kepalanya dan membawa Maria ke kamarnya untuk istirahat.

"Rubina, percayalah padaku," ungkap Maria saat keduanya sampai di kamarnya.

"Aku mempercayaimu Maria, karena itu kamu istirahat saja," jawab Rubina meninggalkan Maria sendirian.

"Kamu tak mempercayaiku Rubina!"

Maria menundukan kepalanya.

"Maria," panggil seseorang lagi.

"Pergi," teriak Maria lagi menutup kedua telinganya.

"Aku sudah katakan hanya kamu yang bisa mendengar suaraku?"

Maria mengelengkan kepalanya benar-benar takut dengan suara itu. Semenjak kejadian itu banyak hal aneh terjadi pada Maria.

"Maria, jangan pernah mempercayai Monga ataupun Rubiana."

Maria membuka tangannya dari telinganya. Merasa bingung dengan suara entah dari mana asalnya terus saja memanggilnya.

"Sebenarnya kamu siapa?" tanya Maria merasa ketakutan sendiri.

"Aku akan membimbingmu sampai kekuatanmu bangkit karena itu bersiaplah."

"Siapa kamu?"

Maria terus saja bertanya tapi, tak ada jawaban sama sekali. Beberapa kali Maria menanyakannya tapi, Maria tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status