Sebenarnya lama-lama kesel juga sama Dinara, wkwkwk
Kata orang, Dinara seperti slogan 'i want it i get it' berjalan. Meskipun diperoleh dengan upaya keras, tapi apapun yang gadis itu inginkan pada akhirnya selalu dia dapatkan. Itu kata orang. Kata orang-orang yang hanya tahu dia di permukaan tapi tak mengenalnya lebih dalam. Mereka yang hanya silau pada pencapaian Dinara tanpa tahu sakit dan perjuangan macam apa yang harus gadis itu lewati. Berjalan dengan orientasi hasil dibarengi proses yang konsisten dia jalani. Setidaknya Dinara tahu apa yang dia inginkan dan berupaya keras untuk mewujudkannya. Tapi khusus untuk kasus Sandi Arsena, Dinara berubah menjadi payah. Jujur, dia tidak tahu apa yang ingin dilakukannya. Dinara punya ketakutan sendiri yang membuatnya jadi banyak pikiran. Kalau mau lurus pada tujuan akademik dan karirnya, harusnya Dinara bisa menolak Sandi dengan tegas sejak awal. Dinara sudah menetapkan set tujuannya sejak awal. Jadi halangan apapun pasti akan dia singkirkan agar bisa tetap fokus pada cita-citanya. Tapi
Hanya ada gemericik air keran dan detak bersahutan yang memenuhi telinga. Dinara hening saja saat lelaki bertubuh tegap dihadapannya meraih telunjuknya dan kembali dibasuh di air mengalir. Lanjut mengoles obat dan menutupnya dengan perban steril. Keduanya masih berada di dapur. Viviane tadi sempat membawakan kotak P3K dan langsung diusir Sandi untuk menyelesaikan masakan mereka. Dinara harus dia sekap sementara. Lagipula mayoritas pekerjaan tadi sudah dikerjakan Dinara, finishing lain-lain masih bisa percaya pada sobat-sobatnya lah. "Ditungguin Vela, tuh!" Dinara jelas merasa tak nyaman berada di ruangan berdua usai perdebatan alot yang tak menghasilkan putusan apa-apa itu. Apalagi sekarang mereka seperti mengasingkan diri dari kawan-kawan yang sibuk menyelesaikan persiapan makan malam. Sandi meliriknya dengan jenis pandangan tak suka. "Kenapa jadi Vela?"Berdecih sinis sembari memutar bola matanya malas, "kan masih asik sandar-sandaran, ngapain juga lama-lama disini?"Sandi mau ta
Lagi dan lagi Sandi seolah lupa daratan kalau sudah bersama Dinara Jeandra. Waktu itu di lift usai wisuda, di muka umum yang untungnya tidak disergap langsung oleh sang mama. Kali ini justru di dapur villa yang tiba-tiba dibuka duo upin ipin paling ember seantero sekolah pada zamannya. Malu! Dinara menarik diri dan membalik tubuhnya kembali menghadap wastafel. Sementara Sandi bergerak canggung sembari berdehem mengamati perubahan ekspresi di wajah dua kawannya itu. Dia dengan cepat memahami situasi, "Free Pass Sky High VIP minggu depan," ucapnya enteng. Nathan dan Kevin saling berpandangan saat mendengar nama klub mahal itu. Sandi sepertinya tahu saja jenis sogokan yang tepat untuk mereka. "Padahal kita gak niat kasitau siapa-siapa, ya kan? Udah pada gede masa hal kaya gini digemborin juga?" Kevin si munafik senyum-senyum dengan tampang tengilnya. Nathan mengangguk mengiyakan, "tapi karena udah lo tawarin, ya gak bisa diambil balik! Jangan lupa plus minum sama jatah rokok!" Nath
"Aku rasa kamu terlalu berlebihan."Sandi mengernyitkan alisnya saat sebuah kalimat merayap menyapa pendengarannya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi yang terletak tak jauh dari dapur dan taman tempat pesta sederhana teman- temannya berlangsung. Begitu berbalik badan, dia menemukan gadis yang cukup dikenalnya bersandar pada tembok sembari bersidekap di depan dada memandangnya dengan jenis tatapan aneh."Maksudnya?"Mau tak mau Sandi menghentikan langkahnya, memberi pertanyaan sekaligus raut tanya pada sang pelempar kalimat. Vela menghela nafas lalu berjalan mendekat, refleks membuat Sandi mundur karena tak mau terlalu dekat. Ingat sekali bahwa sekarang ada hati yang harus dia jaga, hehehe.Melihat Sandi mundur dua langkah membuat Vela otomatis mengembangkan seringaian tipis. Biasanya Sandi tidak pernah berlaku seperti itu sebelumnya. Laki- laki yang dikenalnya sedari remaja itu tipikal yang santai dalam pergaulan dengan siapapun. "Aku gak tau kalau selama tinggal di Jakarta kamu
Semuanya kembali duduk di taman dekat kolam renang. Memulai sesi makan cemilan santai, minum-minum dan sesekali meledek siapapun yang kebetulan menjadi sasaran. Adegan kekerasan berupa jewer menjewer bahkan menggeplak duo Upin Ipin yakni Kevin Nathan juga tak ketinggalan dilakukan oleh Julie yang seolah berperan menjadi Kak Ros. Mereka duduk melingkar di taman belakang, dekat dengan kolam renang yang bahkan belum sempat mereka jajal sama sekali selama berada disini. Obrolan dan gelak tawa kali ini juga pastinya tak lepas dari permainan tadi siang yang pada akhirnya mereka lanjutkan. Truth or Dare. Biarpun awalnya Kevin dan Nathan sempat berkomentar miring soal games yang sudah terlalu umum ini, pada akhirnya mereka semua bergabung dalam satu kesatuan. Bedanya, kali ini terdapat sanksi bagi mereka yang tidak menjawab atau melakukan dare. Minum dua gelas minuman beralkohol yang baru saja keluar dari koleksinya James. "Yaelah, niat banget ya lo pengen bunuh gue?" Nathan melengos s
"Mau sekali lagi?" Dinara seolah mati rasa. Begitu kalimat ambigu yang diucap oleh bibir seksi itu merayap menyapa rungunya, gadis itu mendadak punya tenaga lebih untuk loncat dari kasur empuk tempatnya berbaring tadi. Dia menarik selimut lalu duduk meringkuk di depan walk in closet sembari menggigit bibir gelisah. Ini tidak seperti yang terjadi pada film-film, kan? Tanah serasa bergetar, pun kepalanya masih pening serta perut rasanya seperti diobrak abrik. Dinara meringis saat merasakan nyeri disekujur tubuhnya. Ditambah lagi kini netranya yang perlahan fokus seperti efek bukaan pada bokeh kamera baru semakin tajam. Dinara menggigit bibir bawahnya gelisah, apa yang Sandi Arsena lakukan diatas ranjangnya shirtless seperti itu? Laki- laki itu tersenyum bak iblis sembari menyangga kepalanya dengan tangan sebelah kanan, menatap Dinara bak om-om pedo yang hendak menyergap mangsa. "Good morning sweet heart! Feel better?" Sandi kembali berujar santai seolah tak ada yang salah dengan
Usai menyelesaikan sarapan hampir kesiangan dan merapikan aneka barang- barang di Villa Ubud, rombongan itu akan mulai bergerak menuju Pelabuhan Padang Bay guna menyebrang ke Nusa Penida. Tentunya mereka sudah mengkompress barang- barang menjadi lebih sedikit dari sebelumnya karena Kiran dibantu ciwi- ciwi sudah menyeleksi mana- mana saja yang benar- benar perlu dibawa. Sisanya dititipkan di Villa dan nanti akan bantu dikirim balik ke Jakarta oleh James. Kalo gak nyusahin, ya bukan Kiran namanya! Mereka semua bekerja keras menata barang masuk ke dalam mobil. Sementara perjalanan kali ini akan menggunakan dua mobil karena muatan mereka juga bertambah. Selain menggunakan mobil milik James, ada mobil Sandi juga yang akan bergerak menuju pelabuhan. Dinara masih menjadi objek utama bahan ledekan oleh teman- temannya yang pada akhirnya mengetahui fakta bahwa Dinara dan Sandi memang tengah dalam status hubungan. Sedikit memalukan baginya karena ternyata akibat alkohol sialan semalam Dina
Sedikit ricuh kala manusia- manusia rempong itu turun dari fastboat di Pelabuhan rakyat. Boat menurunkan penumpang di pesisir sehingga mereka harus sedikit nyebur sebelum bisa menapakkan kaki di pasir yang lebih kering. Untungnya mereka diwanti- wanti sebelumnya untuk menggunakan pakaian nyaman dan celana pendek sehingga drama ribet pakaian dan basah bisa diminimalisir. Khusus untuk liburan di Nusa Penida, barang- barang bawaan mereka sudah dikompres sedemikian rupa, dipilah sehingga tidak terlalu banyak. Biar bagaimanapun, para lelaki juga yang akan repot kalau ada terlalu banyak barang yang dibawa. Seperti sekarang ini, para gadis turun boat tanpa menjinjing apapun, sementara laki-laki membawa masing-masing tas ransel dan tas jinjing."Pusing banget ! Gak lagi-lagi deh naik fastboat!" celetuk Kiran yang merasa mabuk laut setelah empat puluh lima menit berada dalam terjangan ombak."Terus baliknya mau naik kapal besar? Tapi sampainya jadi agak lama tuh nanti," sahut Viviane. Biar