Share

8. Menyukai Pria Lain

Sementara itu, Riti memasuki toserba bersama dengan Jojo dan langsung melakukan tugas mereka.

Disela-sela waktu bekerja Riti menceritakan semua tentang bagaimana cara ia mendapatkan uang dengan mudahnya. Ia juga mengungkapkan kekecewaan, karena tidak bisa membelikan jam tangan dengan harga satu juta untuk Leri, orang yang disukainya.

Ia sadar kalau dirinya sudah menikah, tapi ia masih berhak menyukai pria lain karena Tama tidak mungkin mencintainya dan pernikahan mereka hanya sementara.

Tak lama setelah itu, beberapa orang berpakaian resmi memasuki toserba. Mereka berkerumun di sekitar Riti dan Jojo, yang sedang membersihkan area belanja.

“Apa di sini ada acara makan siang bersama?” tanya Jojo sambil membereskan beberapa produk di rak, saat ia melihat pemandangan yang tidak biasa, ada rombongan berpakaian seragam di sekelilingnya.

Riti berdiri tak jauh darinya, ia mendengar pertanyaan Jojo dan menggelengkan kepala.

“Di sini tidak ada restoran! Sialan!” ujarnya gelisah. Ia menangkap tanda bahaya dari beberapa orang yang masuk dengan berpura-pura sebagai pelanggan.

Riti melihat sebuah logo di kancing manset dari salah satu dari mereka sama dengan yang di pakai Tama. Ia melihat jelas logo itu, saat Tama memegang dadanya.

“Riti! Apa kamu mengumpatku, siapa yang kamu sebut sialan? Aku tidak jadi mengajakmu makan siang kalau begitu!” seru Jojo berkelakar.

“Terserah! Aku tidak lapar!”

Riti dan Jojo melanjutkan pekerjaannya tanpa menaruh curiga. Tak lama kemudian, seorang rekan memanggil Jojo, untuk mengajaknya pergi.

Cukup lama Jojo tidak juga kembali dan aaat Riti bertanya ke mana Jojo pergi, semua rekannya tidak ada yang tahu. Namun, ia heran dengan kepergian Jojo hampir bersamaan, dengan menghilangnya para gerombolan berbaju seragam.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Jojo tampak terkejut saat penutup matanya dibuka.

Setelah Jojo diajak menjauhi Riti oleh temannya, ia masuk ke sebuah mobil. Lalu, temannya itu pergi begitu saja, saat itu pula matanya di tutup, hingga ia tidak tahu lagi apa yang terjadi.

Lalu, ia dibawa ke sebuah perusahaan besar yang belum pernah dilihat sebelumnya. Ia berbicara dengan seseorang di balik kursi tinggi, dan orang itu membelakanginya. Ia berada di ruangan eksklusif dan memiliki ciri khas serta, gaya yang elegan. Kemewahan yang terlihat di luar batas kewajaran kantor pada umumnya. Itu sebuah ruang pribadi yang memadukan semua kearoganan dan efisien dalam satu rancangan.

“Jelaskan apa hubungan kamu dengan Riti Valina?” tanya laki-laki yang duduk itu, sementara ada dua orang memegangi Jojo agar tetap berlutut di lantai.

“Siapa kamu, kenapa kamu tanya soal Riti?”

“Kamu tidak diizinkan bertanya di sini, selain menjawab pertanyaanku dengan jujur!”

“Baiklah! Kamu bertanya soal Riti, kan? Aku temannya, itu saja!”

“Ceritakan secara lengkap padaku pertemanan seperti apa antara seorang laki-laki dan perempuan?”

“Oh, aku memang menyukainya!”

Buk!

Sebuah tinju tiba-tiba melayang di pipinya, padahal luka pukul karena ulah preman jam sembilan tadi, belum juga hilang. Namun, ia harus kembali mendapatkan pukulan.

“Biarkan dia bicara tentang Riti!” kata pria di kursi itu lagi.

Setelah mendengar ucapannya, Jojo memulai cerita dari sejak awal bertemu dengan Riti, pada semester pertama di kampus mereka. Tanpa ada yang ia tutupi, termasuk perasaan dan hubungannya dengan Leri, perjuangan mereka mendapatkan pekerjaan, wisuda secara bersamaan dan tetap menjadi teman. Jojo tahu semua tentang Riti, termasuk soal keluarga dan juga pernikahannya.

“Jadi, kamu tahu dia sudah menikah?” tanya pria di kursi.

“Ya, aku kasihan padanya, dia menikah demi melunasi biaya rumah sakit ibunya! Dia bilang mungkin tidak akan bebas lagi seperti dulu karena suaminya itu, ia tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan! Apa itu adil?”

“Apa dia masih menyukai laki-laki yang bernama Leri?”

“Ya, dia tadi baru saja mengakuinya dan akan memberikan Leri hadiah ulang tahun!”

Laki-laki di balik kursi itu diam dan hanya memikirkan Riti, kemungkinan istrinya itu akan pergi ke pesta Leri. Ia tahu dari mana Riti mendapatkan uangnya. Ia pikir uang itu untuk ibunya, tapi ternyata untuk laki-laki yang disukainya.

“Eum ... aku kira Riti mendapatkan uang itu dari suaminya!” gumam Jojo seraya mengerutkan alisnya.

“Apa dia bilang dengan siapa dia menikah?”

“Eum .... dia tidak mengatakannya!”

Jojo ragu soal nama suami yang disebutkan temannya itu. Dia hanya tahu bahwa, semua karena hutang ayahnya pada orang itu, padahal, seharusnya Yuna yang menikah dengannya. Namun, hanya karena Yuna artis terkenal, tidak mungkin menikah karena terpaksa.

Seseorang di kursi itu tiba-tiba berbalik arah dan menampakkan wajahnya.

“Ya, aku yang menikah dengan Riti, apa menurut kamu aku tidak pantas?”

Jojo tampak terkejut, ia tahu siapa laki-laki itu, dan ia berkata, “Kamu, Pratama Raziel Brawijaya? Tidak mungkin!” kata Jojo dan ia nyaris berdiri, tapi dua penjaga menekan bahunya hingga ia terduduk kembali.

Jojo dipersilahkan keluar dari ruangan itu setelah Tama memberikan banyak pesan padanya. Mulai sekarang Jojo tahu bagaimana ia harus bersikap dan ia juga merasa harus menasihati Leri agar tidak lagi memanfaatkan kebaikan Riti. Ia menuliskan beberapa pesan pada temannya itu dengan kalimat yang ia pikir akan mudah dimengerti.

Menyadari bahwa suami Riti bukanlah orang sembarangan, maka Jojo tidak bisa lagi seenaknya berbicara seperti biasanya. Walaupun, pria itu heran kenapa Riti masih bekerja, ia tetap memutuskan untuk menjaga jarak karena, akan lebih baik baginya.

Sementara itu, Riti pulang ke kediaman Tama seorang diri dan sesuai janji, sopir yang menjemput dan mengantarkannya. Namun, gadis itu heran karena Tama tidak juga pulang, untuk istirahat di rumahnya. Bahkan, sampai keesokan harinya pria itu tidak menampakkan batang hidungnya. Riti mulai penasaran dan curiga kalau ia sebenarnya tidak diinginkan, karena Tama memang awalnya mau menikahi Yuna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status