Share

5. Hari Pernikahan

Persiapan pernikahan dilakukan dengan cepat. Gaun pernikahan, catering dan segala macamnya. Untung saja dua paman Gauri meminta bantuan keluarga yang lain. Membagi tugas agar semua bisa selesai tepat waktu.

Walau itu berarti Gauri harus menjawab puluhan pertanyaan---yang intinya sama saja--- dari para keluarga yang datang. Ingin menutupi juga percuma karena berita cepat sekali tersebar apalagi dikawasan perkampungan. Bisa dikatakan Gauri dan Satya seketika jadi buah bibir semua orang.

Gauri sendiri jadi malu untuk keluar rumah membuatnya hanya bisa berdiam diri di kamar. Seperti orang bodoh. Dia hanya akan keluar jika itu hal mendesak. Itupun Gauri akan mengenakan masker untuk menutupi sebagian wajahnya. 

"Padahal aku gak ngapa-ngapain, terus kenapa sih aku harus ngerasa takut dan malu kayak gini?" erang Gauri frustasi melempar masker yang ia kenakan. Andai saja tidak teringat janjinya mungkin Gauri akan ke mesjid dan mengumumkan jika semua yang terjadi adalah kebohongan yang dibuat Satya.

Gauri dan Satya baru saja pulang dari kantor KUA untuk mengurus surat nikah. 

"Gauri?" panggil Satya.

"Apa?" ketus Gauri tanpa berbalik sedikitpun ke arah Satya.

"Saya mau pamit pulang."

"Ya udah pulang aja."

Gauri benar-benar kesal sekarang membuatnya berbicara sangat ketus. Satya hanya bisa memaklumi. Jika dia ada diposisi Gauri pun mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama.

"Assalamualaikum," kata Satya memberi salam.

"Walaikumsalam." Walaupun sedang marah Gauri tetap menjawab salam dari calon suaminya itu. Wanita itu masih ingat dosa rupanya. Namun dia tidak ingat jika mempermainkan sebuah pernikahan juga termasuk dosa.

Satya tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya yang rapih. Tingkah Gauri selalu berhasil membuatnya terhibur.

Satu minggu terasa berjalan begitu cepat. Besok Gauri akan resmi menjadi istri dari seorang Mahardika Satya. Meski bukan pernikahan yang Gauri inginkan, dia tetap merasa gugup dan deg-degan. Gauri menunduk melihat ukiran henna di tangannya.

Sangat indah dengan inisial namanya dan Satya. Untuk pertama kalinya Gauri tersenyum namun wanita itu segera menggeleng.

'Tidak, Gauri! Kamu gak boleh baper!' Ujar Gauri dalam hati mengingatkan dirinya akan batasannya. 

Raut wajah yang semula berseri kembali murung. Bagi setiap wanita hari pernikahan menjadi hari membahagiakan dalam hidup jika pernikahan itu dilakukan dengan orang kita cintai. Namun dalam kasus Gauri berbeda. Bahkan dia hanya menjadi seorang tamu di pernikahan Satya. Tak pernah terbesik sedikitpun dalam benaknya jika kini justru dia yang akan duduk bersanding dengan Satya.

Seorang tamu yang menjadi pengantin.

Sungguh takdirnya begitu menggelikan.

"Eh, calon pengantin gak boleh kebanyakan bengong!" 

Gauri sampai kaget dengan suara cempreng Clara yang entah kapan datang dan duduk di depannya.

"Bikin kaget aja kamu," protes Gauri dengan nada pelan seraya mengepalkan kembali tangannya.

"Liat dong!" Namun belum sempat dia menyembunyikannya Clara sudah menarik lagi tangan Gauri untuk melihat ukiran henna di sana. "Wah! Bagus banget, Ri!" pujinya membuat Gauri sedikit tersipu.

"Oh iya, Ra. Pintunya udah dikunci kan?" tanya Gauri tiba-tiba.

"Tenang aja. Udah aku kunci kok," jawab Clara cengengesan. Gauri ikut tersenyum lega. "Kamu males ya ketemu sama orang-orang?" lanjut Clara bertanya.

Gauri mengangguk pelan. "Iya. Soalnya mereka gak cuma nanya tapi juga mencibir. Sampai banding-badingin aku sama anak mereka. Aku dijadiin contoh yang gak baik."

"Ya Allah. Sampai segitunya, Ri?" Clara sama sekali tidak tahu hal itu. Dia pikir orang-orang hanya bertanya hal yang wajar tanpa menyakiti perasaan Gauri. Clara membawa Gauri dalam pelukannya. Pasti sangat sulit untuk Gauri melewati semua ini.

"Mereka pikir aku mau kayak gini? Aku juga gak mau! Aku juga pengen nikah tanpa ada cerita jelek di baliknya," kata Gauri terisak. Sungguh dia tak sanggup lagi menahan segala sesak dalam dadanya.

"Udah, Ri. Gak usah dipikirin. Orang-orang emang suka kayak gitu. Main hakim sendiri tanpa tahu rasa sakit seperti apa yang udah dilaluin sama orang yang mereka hakimi," kata Clara mencoba menenangkan Gauri.

"Tapi masalahnya aku gak ...." Hampir sama Gauri keceplosan mengatakan hal yang sebenarnya. Untung saja mulutnya masih bisa dia rem dengan baik.

"Iya, Ri. Aku ngerti." Dan untung saja Clara juga tidak terlalu mendengarkan perkataannya jika tidak wanita itu pasti akan mewawancarai Gauri sampai akhirnya wanita itu tidak bisa berkutik dan mengatakan semuanya.

Setelah merasa cukup baik, kedua sahabat itu mengurai pelukan. Clara dengan lembut menghapus air mata Gauri yang masih tersisa.

"Malam ini kamu tidur di sini aja, yah?" pinta Gauri pada Clara.

"Iyalah. Aku bakalan tidur di sini. Soalnya besok udah gak bisa lagi. Kamu udah jadi miliknya Kak Satya," kata Clara dengan nada menggoda.

"Ih ... apaan sih! Lebay tau gak!" protes Gauri memasang wajah kesal untuk menutupi rona merah yang menjalar di pipinya. Ah, Gauri tersipu hanya dengan kata-kata 'Milik Kak Satya'.

***

Hari yang ditunggu- tunggu akhirnya datang juga. Pernikahan dadakan Gauri dan Satya. Sekarang Gauri sudah sangat cantik dibalut gaun berwarna putih. Wanita itu menatap datar pantulan dirinya di cermin. Padahal ibunya sudah melarang agar Gauri jangan sampai bercermin, katanya pamali. Namun wanita itu tetap melakukannya.

Dan saat mendengar riuh suara dari luar kamar Gauri segera duduk di tepi tempat tidur seakan tidak melakukan apa-apa. Pintu terbuka dan di sana ada Maria, ibu Gauri dan Clara serta istri dari paman Darma dan paman Agung. Mereka yang akan mendampingi Gauri menuju tempat akad nikah.

"Udah gak usah gugup. Di sana Satya udah ganteng banget loh nungguin kamu," goda salah satu tante Gauri membuatnya malah semakin gugup. Bukan karena Satya yang katanya sangat tampan namun wanita itu tengah membayangkan bagaimana jika apa yang terjadi beberapa hari yang lalu di pernikahan Satya dan Lia juga terjadi padanya hari ini?

Dengan langkah pelan, Gauri digiring menuju tempat ijab kabul. Wanita itu sama sekali tidak menampilkan senyuman. Wajahnya justru terlihat begitu tegang. Dan saat sampai di samping Satya, Gauri menghela napas berkali-kali.

'Astagfirullah! Kenapa harus kumat sekarang sih?' Protes Gauri pada dirinya sendiri yang tengah dilanda rasa panik. Napasnya terasa begitu pendek. Hingga tanpa Gauri duga Satya memegang tangannya. Wanita itu pun menoleh.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Satya sedikit berbisik namun dengan nada yang begitu khawatir.

"Gak kok," jawab Gauri cepat. Secepat dia menarik tangannya agar tidak disentuh Satya. Namun tidak berhasil karena genggaman tangan Satya ternyata lebih kuat dari dugaan.

"Lepasin, Kak," pinta Gauri ikut berbisik.

"Ini supaya kamu bisa tenang, Ri," jawab Satya tanpa melihat ke arah Gauri.

Pada akhirnya Gauri mengalah. Dia membiarkan Satya menggenggam tangannya. Merasa tidak ada penolakan lagi membuat Satya melonggarkan sedikit genggaman tangannya. Ibu jarinya mengelus pelan tangan Gauri.

Ya. Satya berhasil membuat serangan panik Gauri beransur reda. Namun hal lain justru terjadi. 

'Loh, kok malah deg-degan sih?'

Tbc...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status