Hormon ibu hamil terkadang suka berubah-ubah, entahlah Della merasakan sesak yang mendalam saat teringat penghianat nya waktu yang lalu.
"Ck, apa ini. Berhentilah kalian, mataku terasa terkontaminasi." Gerutu Audy saat sudah sampai ruang makan melihat Della dan Hendra sedang bermesraan. Hendra dan Della terkekeh saat mendengar gerutuan Audy. "Pagi, Audy." Sapa Della setelah selesai menahan tawanya. "Pagi Bun. Pagi Ayah." Sapa Audy matanya berbinar-binar, ia bersyukur Tuhan memberikan kebahagiaan yang sangat luar bisa setelah badai menghampiri. "Pagi juga, Sayang. Oh ya kamu sudah ijin kantor kamu kan? Kita akan liburan ke Bandung." Ujar Hendra."Sudah Ayah. Audy tidak akan melewatkan moment ini." Audy berseru riang, sambil mengambil sarapannya lalu ditaruh ke piring. Hendra menatap Audy penuh keperihatinan. Ia menyesal dengan keputusan yang telah dibuatnya, tanpa membicarakan terlebih dahKedua keluarga besar itu saling berdiam, menatap makanan yang sudah tersaji di meja makan. Hendra dengan wajah terlihat sangat cemas, sedangkan Della dengan wajah yang gelisah sekaligus cemas.Satu jam yang lalu sebelum kedatangan Audy. Hendra berdebat panjang dengan keluarga Purnama. Ia tak bisa lagi memendam kegelisahannya. Saat dirinya memberanikan diri mengutarakan keinginannya yang akan membatalkan perjodohan Audy dan Gerald, disitulah Keluarga Purnama merespon unjuk gigi."Jadi bagaimana Pak Hendra?. Apa kamu sudah membicarakan dengan Audy?" tnya mommy Mika yang terlihat sangat menggebu-gebu langsung ke pokok inti.Dirinya yang sudah sangat menginginkan Audy sebagai menantunya tak mau mengulur waktu lebih lama lagi. Saat mendengar keluarga Gunawan berlibur di Bandung, langsung saja Keluarga Purnomo menyusulnya dan berniat untuk melamarnya sekaligus."Saya sudah membicarakannya dengan Audy, tapi semua keputusan akan kembali lagi pad
Tubuh Audy luruh ke tanah. Air matanya tak mampu dibendung lagi. Satu tetes air bening jatuh menuruni pipi. Disusul tetesan bening lainnnya. Gerald berdecak kencang, ia sudah bosan melihat air Audy yang sudah sering terjatuh."Menangislah sesuka hatimu. Tapi harus kamu tau, air matamu tak akan merubah apapun." Cerca Gerald melangkah lebih dulu untuk meninggalkan Audy. Dia berjalan dengan penuh kemenangan melihat Audy yang terluka. Satu dari sekian rasa sakitnya telah terbalaskan."Ini baru permulaan Audy. Aku akan membuat air matamu kering setelah ini." Desis Gerald licik. Siulan riang terlontar dari bibir tipisnya. Ia melangkah gontai menuju ruang keluarga tempat mereka berkumpul tadi.Hanya kurang sepuluh meter Gerald akan memasuki ruang utama Villa, saat dirinya sadar tak ada Audy disisinya. Gerald memperhatikan Audy dari kejauhan. Hatinya sedikit iba saat melihat Audy yang tengah mengusap air mata."Tidak Gerald. Kamu tidak bol
Tiga hari waktu yang sangat cepat untuk Audy lalui. Audy tidak menyangka dia harus benar-benar menikah dengan Gerlad. Sepertinya semua ini sudah terencana dengan sangat matang. Dengan waktu tiga hari semua sudah siap, meskipun pernikahan dilakukan dikediaman Purnama.Audy menarik nafas dalam-dalam, ia menatap dirinya dalam pantulan cermin. Riasan tebal penuh make up telah menyatu sempurna dengan wajah bundarnya. Tak lupa pula gaun putih bertabur kristal telah Ia kenakan. Ini adalah gaun kedua yang ia pakai setelah gaun pertama untuk acara akad.Beberapa jam lagi acara resepsi akan segera dimulai. Sambil ditata riasannya, ia mengenang kembali bagaimana dia telah sah menjadi Nyonya Purnama. Hatinya berdebar saat untuk pertama kali Gerald menyentuhnya."Audy, apa kamu sudah siap? Acara sudah akan dimulai." Ucap Della memberi tahu. Ada rasa getiran aneh dihatinya, bagaimana mungkin? anak angkatnya sekarang sudah menikah dengan mantannya bahkan sempat akan menjadi suami
Gerald yang Sudah sampai didepan pintu kamarnya mengisyaratkan agar Audy membuka pintu. Bukannya Gerald tidak ingin menurunkan Audy, tapi karena kedua keluarga itu masih melihat mereka hingga sampai dikamar.Gerald membawa tubuh Audy masuk kedalam kamar, terlihat disana ranjang king zize yang sudah dihias dengan bunga mawar berbetuk love. Tak lupa mereka juga memberikan aroma terapi dalam ruangan tersebut.Gerald merebahkan tubuh Audy dengan sangat lembut. Ditatapnya manik Audy yang masih menatapnya karena Gerald tak kunjung melepaskan pegangannya.Kedua mata mereka saling beradu pandang, hal ini sukses membuat jantung Audy berdetak keras.Gerald semakin mendekatkan dirinya diatas tubuh Audy hingga tak berjarak walau sesenti. Dirinya bahkan perlahan menindih tubuh itu dengan sedikit tekanan."Yak, Gerald apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Audy memalingkan wajahnya saat Gerald hampir saja mendaratkan ciuman dibibirnya.&
Mommy Mika memandang koper yang sudah tersusun rapi. Setelah membantu membereskan baju, kini waktunya mommy Mika melepaskan Audy. Untuk orang tua Audy, mereka sudah pulang setelah sarapan pagi selesai, karena Hendra ada meeting mendadak."Ger, kalian tinggal saja disini ya?" Rengek mommy Mika tiba-tiba tidak ikhlas Gerald dan Audy pergi. Ia memegang lengan Audy erat, seolah takut kehilangan."Bukannya Mommy tadi sudah setuju?""Iya, tapi setelah seharian bersama Audy, Mommy jadi tidak ingin berpisah dengannya.""Astaga Mom. Bukankah dulu Mommy juga biasa saja saat belum mengenal Audy? kenapa sekarang jadi manja sekali dengannya?""Bersama Audy membuat Mommy merasakan punya anak perempuan. Apalagi Audy gadis yang menyenangkan, Mommy menjadi tak kesepian.""Sudahlah Mom. Biarkan mereka pergi!" Sahut Robert menengahi."Iya, mom. Nantikan Audy bisa maen kesini atau gak Mommy yang kesana. Lagian
Pagi hari kembali menyapa, pagi kedua untuk Audy setelah sah menjadi nyonya Purnama.Audy bangun terlebih dahulu dibandingkan dengan Gerald, matanya masih mengantuk badannya terasa remuk padam, karena tidur di lantai untuk dua malam ini.Matahari malu-malu menampakkan sinarnya dari ufuk timur, Audy memaksakan tubuhnya untuk beranjak, melipat kembali badcover dan selimut yang menjadi tumpukan tidurnya semalam. Malas, iya itu yang dirasakan Audy. Namun, Audy memaksakan diri mencuci muka lalu akan melakukan rutinitas paginya menjalankan kewajibannya sebagai istri yang baik."Ck, kau bilang akan menjadikan ku pembantu. Tanpa kau minta aku akan menjalankan, hanya saja aku belum bisa menerima ucapan mu secara terang-terangan." Gumam Audy menatap tubuh lelaki yang masih tertidur pulas di atas ranjang yang empuk dengan berbalut selimut menutupi tubuhnya.Bagi Audy, meskipun menikah karena terpaksa dan harus terlibat dalam perjanjian
Sejak dari supermarket hingga kini perjalanan pulang, Audy masih diam seribu bahasa. Ia merasa, jika berbicara dengan Gerald hanya akan membuang tenaganya. Karena sudah bisa dipastikan, akhir dari pembicaraan itu adalah sebuah perdebatan yang akan menambah luka di hatinya.Begitu tiba di rumah Audy langsung menuju dapur untuk menata bahan belanjaannya. Gerald terus mengikuti langkah Audy, mengamati bagaimana cekatannya wanita itu dalam memindahkan bahan - bahan makanan ke dalam kulkas. Gerald nampak kagum, wanita yang selalu dikatain sebagai gadis manja itu ternyata bisa melakukan hal seperti ini!"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanya Audy yang menangkap basah Gerald sedang memandanginya."Aku melihat belanjaan yang sudah kita beli, dan memastikan tidak ada yang terlewat. Lagi pula aku juga ingin memasak."Suasana di dapur semakin menjadi kian memanas. Keduanya tak ada yang mau mengalah.Audy meninggalkan
Tring ... Tring .... TringAudy dibuat kelabakan dengan suara alarm itu. Suara alarm yang sengaja ia pasang karena tidak ingin kesiangan. Namun, karena Gerald terus saja mengoceh tidak ada hentinya dan membuat ia susah tidur. Terpaksa ia menggunakan handset.Audy teringat kembali tindakan konyolnya semalam, ia baru saja melanggar perjanjian yang tidak akan ikut campur masalah masing-masing."Kau mau kemana malam-malam seperti ini?" t1anya Audy yang melihat Gerald sudah rapi dan terlihat sangat tampan seperti biasanya."Bukan urusanmu.""Baiklah, pergi sana. Aku bisa tidur nyenyak malam ini. Pulanglah hingga pagi menjelang." Ujar Audy sambil merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk dua hari tidur dilantai, membuat badannya terasa ngilu."Tanpa kau suruh akan kulakukan. Melihat ibu hamil yang satu itu akan membuat mood booster ku kembali normal." Ucap Gerald dengan penuh semangat, ia mengambil kunci mobilnya dan sudah siap untuk pergi.