Share

Bab 17. Mengaku Lagi

Faqih telah meletak kepala kembali di sandaran dengan memejam mata. Abai pada ucapan Jeta yang keberatan melanjutkan perjalanan sebab tidak ingin menginap di mana pun. Dirinya lebih memilih pura-pura tidur dan berlagak tidak dengar. Bahkan gadis itu juga mengultimatum akan pulang ke Jawa jika tetap saja menginap di Barelang malam ini.

"Dia belum lagi minum obat, tidurnya kayak orang sakau saja," ucap Jeta bergumam lirih, kesal sebab keluhannnya diabaikan.

Tentu saja Faqih yang pura-pura tidur itu terus memasang tegak radar telinganya. Namun, berusaha abai dan tidak memberi respon pada apa pun umpatan Jeta.

"Ilyas …," panggil si gadis lembut pada sopir. Dibalas tatap tanya oleh pemuda itu pada pantul kaca spion di atas kepala.

"Sebenarnya ... untuk urusan apa, orang ini pergi ke Barelang malam-malam begini? Bukankah di sana sedang rawan konflik?" Jeta bertanya dengan memandang Ilyas di kaca. Pemuda itu menatapnya sejenak.

"Nenek Abang Faqih cakap rindu. Terus mau jumpa pulak kawan bis
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status